© 2020 Yayasan Urantia
Makalah 144. Di Gilboa dan Dekapolis |
Indeks
Beberapa versi |
Makalah 146. Pemberitaan Keliling Perdana di Galilea |
145:0.1 YESUS dan para muridnya tiba di Kapernaum hari Selasa sore, tanggal 13 Januari[1]. Seperti biasanya, mereka membuat markas mereka di rumah Zebedeus di Betsaida. Adapun Yohanes Pembaptis telah dihukum mati, Yesus bersiap untuk memulai kunjungan pemberitaan publik dan terbuka pertama ke Galilea. Kabar bahwa Yesus telah kembali ke kota Kapernaum dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru kota, dan pagi-pagi esoknya, Maria ibu Yesus bergegas pergi ke Nazaret untuk mengunjungi anaknya Yusuf.
145:0.2 Pada hari Rabu, Kamis dan Jumat minggu itu Yesus tinggal di rumah Zebedeus sambil mengajar para rasulnya sebagai persiapan untuk tur pemberitaan publik ekstensif mereka. Dia juga menerima dan mengajar banyak penanya yang sungguh-sungguh ingin tahu, baik sendirian maupun berkelompok. Melalui Andreas, dia merencanakan untuk berbicara di sinagog pada hari Sabat mendatang.
145:0.3 Hari Jumat petang adik bungsu Yesus, Rut, diam-diam mengunjungi Yesus. Mereka duduk bersama hampir selama satu jam dalam sebuah perahu yang ditambatkan tidak seberapa jauh dari pantai. Tidak ada orang, kecuali Yohanes Zebedeus, yang mengetahui kunjungan tersebut, dan dia diperingatkan Yesus agar tidak memberitahu siapapun. Rut adalah satu-satunya anggota keluarga Yesus yang secara konsisten dan tidak goyah tetap percaya akan keilahian misi Yesus di dunia, dari sejak kesadaran rohani paling awalnya hingga melalui waktu peristiwa-peristiwa pelayanan, kebangkitan dan kenaikan Yesus; dan ia akhirnya melanjutkan ke dunia-dunia yang lebih tinggi dengan tidak meragukan jati diri supranatural dari misi kakak dan ayahnya dalam wujud daging. Rut bungsu adalah penghiburan utama bagi Yesus, sehubungan dengan keluarganya di dunia, dalam seluruh cobaan berat dirinya diadili, ditolak dan disalibkan.
145:1.1 Pada hari Jumat pagi minggu yang sama ini, ketika Yesus sedang mengajar di tepi laut, orang-orang berkerumun dan mendesak-desak dia hingga ke batas air, sehingga ia memberi tanda kepada beberapa nelayan yang sedang menempati sebuah perahu yang dekat, untuk segera datang menolong dia. Dengan masuk ke dalam perahu, dia melanjutkan mengajar kerumunan orang banyak selama lebih dari dua jam[2]. Perahu ini dinamai “Simon”; perahu itu dulu perahunya Simon Petrus untuk menangkap ikan dan dibuat oleh tangan Yesus sendiri. Pada pagi hari khusus ini perahu itu sedang digunakan oleh Daud Zebedeus dan dua rekannya, yang baru saja merapat di dekat pantai setelah semalaman tidak berhasil menangkap ikan di danau[3]. Mereka sedang membersihkan dan memperbaiki jala mereka ketika Yesus memanggil mereka untuk membantu dia.
145:1.2 Setelah Yesus selesai mengajar orang-orang, dia berkata kepada Daud: “Oleh karena kamu tertunda demi untuk menolongku, sekarang biarkanlah aku bekerja bersamamu. Marilah kita pergi menangkap ikan; tebarkan jalamu ke perairan yang dalam di sana dan turunkanlah jaringmu untuk menangkap ikan.” Tetapi Simon, salah satu asistennya Daud, menjawab: “Guru, itu tidak ada gunanya. Kami berjerih-lelah semalaman dan tidak mendapat apapun; namun begitu, karena permintaanmu kami akan menebarkan dan menurunkan jaring ini.” Dan Simon bersedia mengikuti petunjuk Yesus oleh karena tuannya, David, memberi aba-aba kepadanya. Setelah mereka sampai ke tempat yang ditunjukkan oleh Yesus, mereka menurunkan jaring dan memerangkap begitu banyak ikan sehingga mereka kuatir kalau-kalau jaring mereka akan koyak, begitu rupa sehingga mereka memberi isyarat kepada kawan-kawan mereka di pantai untuk datang membantu. Setelah mereka mengisi penuh tiga perahu, yang hampir tenggelam, Simon ini tersungkur di kaki Jesus, sambil berkata, “Tinggalkanlah aku, ya Guru, sebab aku ini orang berdosa.” Simon dan semua yang terlibat dalam episode ini takjub oleh perolehan ikan. Sejak hari itu pula Daud Zebedeus, Simon asistennya ini, dan kawan-kawan mereka meninggalkan jala mereka dan mengikuti Yesus[4].[5]
145:1.3 Akan tetapi peristiwa penangkapan ikan dalam jumlah besar ini sama sekali bukan mujizat. Yesus adalah pemerhati alam yang sungguh-sungguh; dia adalah nelayan yang berpengalaman dan tahu kebiasaan ikan di Laut Galilea. Pada kesempatan ini dia hanya menyuruh para nelayan ini ke tempat dimana ikan-ikan biasanya akan ditemui pada jam hari ini. Namun para pengikut Yesus selalu menganggap ini sebagai suatu mujizat.
145:2.1 Hari Sabat berikutnya, pada ibadah sore di sinagog, Yesus berkhotbah tentang “Kehendak Bapa di Surga[6].” Pagi harinya Simon Petrus telah menyampaikan khotbah tentang “Kerajaan.” Pada pertemuan Kamis petang di sinagog Andreas telah mengajar tentang tema “Jalan yang Baru.” Pada waktu inilah lebih banyak orang percaya kepada Yesus di kota Kapernaum, daripada semua kota lain di muka bumi.
145:2.2 Ketika Yesus mengajar di sinagog hari Sabat sore itu, sesuai kebiasaan dia membacakan teks pertama dari kitab hukum, yang dia baca dari Kitab Keluaran: “Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN, Allahmu; maka Ia akan memberkati rotimu dan airmu dan semua sakit penyakit akan dijauhkan dari tengah-tengahmu[7].” Untuk teks bacaan kedua ia mengutip dari para Nabi, yaitu dari Kitab Yesaya: “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Kegelapan mungkin menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN akan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bahkan bangsa-bangsa akan datang kepada terang ini, dan raja-raja akan tunduk pada gemilangnya terang ini[8].”
145:2.3 Khotbah ini adalah suatu upaya Yesus untuk memperjelas fakta bahwa agama itu adalah suatu pengalaman pribadi. Di antaranya Guru berkata:
145:2.4 “Kamu tahu benar bahwa seorang bapa yang baik hati tentu mengasihi seluruh anggota keluarganya, ia menganggap mereka sebagai satu kelompok seperti itu karena kasih sayangnya yang kuat untuk setiap orang anggota keluarga itu. Kamu tidak lagi harus mendekati Bapa di surga sebagai anak Israel, melainkan sebagai anak Tuhan. Sebagai satu kelompok, kamu memang anak-anak Israel, namun sebagai perorangan, masing-masing kamu adalah anak Tuhan. Aku telah datang, tidak untuk mewahyukan Bapa kepada anak-anak Israel, melainkan untuk menghantarkan pengetahuan tentang Tuhan dan tentang kasih dan rahmat-Nya bagi setiap individu yang percaya, sebagai suatu pengalaman pribadi yang sejati. Semua nabi telah mengajari kamu bahwa Yahweh peduli akan umat-Nya, bahwa Allah mengasihi Israel. Namun aku telah datang ke antara kamu untuk memberitakan kebenaran yang lebih besar, yaitu kebenaran yang juga digapai oleh beberapa nabi yang belakangan, yaitu bahwa Allah mengasihi kamu—setiap dirimu satu-persatu—sebagai individu-individu. Dalam semua generasi ini kamu telah memiliki agama yang bersifat nasional atau kebangsaan; sekarang aku telah datang untuk memberikan padamu agama yang pribadi.
145:2.5 “Namun hal inipun bukanlah gagasan yang baru. Banyak di antara kamu yang berwawasan rohani telah mengetahui kebenaran ini, lantaran beberapa nabi telah mengajarkan seperti itu. Belum pernahkah kamu membaca dalam Kitab Suci dimana Nabi Yeremia berkata: ‘Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan anggur asam, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu. Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan anggur asam, giginya sendiri menjadi ngilu. Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan umat-Ku, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir, tetapi menurut cara yang baru. Aku akan menaruh hukum-Ku dalam hati mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Pada hari itu tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku secara pribadi.’[9]
145:2.6 “Belumkah kamu menyimak semua janji ini? Apakah kamu tidak percaya kepada Kitab Suci? Apakah kamu tidak memahami bahwa kata-kata nabi itu digenapi dalam apa yang kamu lihat pada hari ini juga? Dan tidakkah Yeremia menasihati kamu agar menjadikan agama suatu urusan dari hati, untuk menghubungkan diri kamu kepada Tuhan sebagai perorangan? Tidakkah para nabi memberitahu kamu bahwa Tuhan dari surga itu akan menyelidiki hatimu perorangan? Dan bukanlah kamu diperingatkan bahwa hati manusia yang alamiah itu licik melebihi segala sesuatu, dan seringkali benar-benar parah jahatnya?[10]
145:2.7 “Belumkah kamu membaca pula dimana Yehezkiel pun mengajarkan kepada para bapa leluhurmu, bahwa agama harus menjadi suatu kenyataan dalam pengalaman peroranganmu? Tidak lagi akan kamu pakai peribahasa yang berkata, ‘para bapa telah memakan anggur asam dan dan gigi anak-anak mereka menjadi ngilu.’ ‘Demi Aku yang hidup,’ firman Tuhan Allah, ‘Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.’ Lalu Yehezkiel bahkan menerawang dalam nubuatannya hingga hari ini ketika dia berbicara atas nama Tuhan, mengatakan: ‘Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu.’[11]
145:2.8 “Tidak perlu lagi kamu kuatir kalau Tuhan akan menghukum sebuah bangsa karena dosa seseorang; demikian pula Bapa di surga tidak sekali-kali menghukum seorang anak-Nya yang percaya oleh karena dosa-dosa sebuah bangsa, walaupun seseorang sebagai anggota keluarga pastilah acapkali turut menderita dampak jasmani dari kesalahan keluarga dan pelanggaran kelompoknya. Tidakkah kamu menyadari bahwa pengharapan untuk membangun sebuah negara yang lebih baik—atau dunia yang lebih baik—itu tergantung pada kemajuan dan pencerahan dari perorangan?”
145:2.9 Lalu Guru menjelaskan bahwa Bapa di surga, setelah manusia memahami kebebasan rohani ini, berkehendak agar anak-anak-Nya di muka bumi akan memulai kenaikan kekal untuk karier Firdaus yang terdiri dalam tanggapan sadarnya makhluk itu terhadap dorongan ilahi dari roh yang mendiami dirinya, untuk menemukan sang Pencipta, untuk mengenal Tuhan dan berupaya untuk menjadi seperti Dia.
145:2.10 Para murid sangat terbantu oleh khotbah ini. Semua mereka menyadari sepenuhnya bahwa injil kerajaan itu adalah sebuah pesan yang ditujukan pada diri pribadi, bukan pada bangsa.
145:2.11 Walaupun orang-orang di Kapernaum sudah akrab dengan ajarannya Yesus, mereka terkagum-kagum pada khotbahnya pada hari Sabat itu. Dia mengajar, sungguh, sebagai yang memiliki wewenang dan bukan seperti para ahli kitab[12].
145:2.12 Tepat ketika Yesus selesai berbicara, seorang lelaki muda di antara jemaah, yang telah menjadi begitu gelisah karena perkataan Yesus, tiba-tiba kejang-kejang hebat terserang ayan dan berteriak dengan keras. Pada akhir kejang-kejang itu, ketika kembali mulai sadar, dia berbicara dalam keadaan setengah bermimpi: “Apa urusan kami denganmu, hai Yesus dari Nazaret? Engkaulah yang kudus dari Allah; apakah engkau datang hendak membinasakan kami?” Yesus menyuruh orang-orang agar diam dan, sambil mengangkat lengan anak muda itu, dia berkata, “Keluarlah daripadanya”—dan pemuda langsung tersadar[13].
145:2.13 Pemuda ini tidak dirasuki oleh roh najis atau setan; ia adalah korban epilepsi biasa. Namun ia telah lama diajar bahwa penyakitnya itu adalah akibat kerasukan roh jahat. Ia meyakini ajaran ini sehingga ia berperilaku seperti orang kesetanan dalam semua yang ia pikir dan katakan mengenai penyakitnya. Orang-orang juga beranggapan bahwa fenomena tersebut adalah disebabkan langsung oleh kehadiran roh-roh najis. Karena itu mereka percaya bahwa Yesus telah mengusir setan keluar dari pemuda ini. Namun Yesus pada waktu itu belum menyembuhkan penyakit epilepsinya. Belakangan, hari itu setelah matahari terbenam, barulah orang itu benar-benar disembuhkan. Lama setelah hari Pentakosta, Rasul Yohanes, yang menjadi orang terakhir yang menulis tentang perbuatan Yesus, menghindari segala referensi pada apa yang disebut perbuatan ‘mengusir setan’ ini, dan hal ini dia lakukan melihat fakta bahwa kasus-kasus kerasukan setan seperti itu sudah tidak pernah terjadi lagi setelah Pentakosta.
145:2.14 Sebagai dampak dari kejadian yang lumrah ini, tersiarlah kabar dengan cepat di seluruh Kapernaum bahwa Yesus telah menengking setan keluar dari seorang pemuda dan secara mujizat menyembuhkannya di dalam sinagog pada akhir khotbah sorenya[14]. Hari Sabat memang waktu yang paling cepat dan efektif untuk menyebarkan desas-desus yang mengagetkan semacam ini. Laporan ini juga dibawa ke semua kampung-kampung yang lebih kecil di sekitar Kapernaum, dan banyak orang mempercayainya.
145:2.15 Kegiatan masak-memasak dan pekerjaan rumah tangga di rumah Zebedeus yang besar itu, dimana Yesus dan keduabelas muridnya bermarkas, sebagian besar dilakukan oleh istri dan ibu mertuanya Simon Petrus. Rumah Petrus berada di dekat rumah Zebedeus; dan Yesus bersama para sahabatnya singgah di sana ketika pulang dari sinagog, karena mendengar bahwa ibu mertuanya Simon Petrus telah beberapa hari menderita sakit menggigil dan demam. Adapun kebetulan bahwa, pada waktu Yesus berdiri di dekat wanita yang sakit ini, memegang tangannya, menyeka alisnya, dan mengucapkan kata-kata penghiburan dan semangat, demam itu pergi meninggalkannya. Yesus masih belum punya waktu untuk menjelaskan kepada para rasulnya bahwa tidak ada mujizat apapun yang telah dikerjakan di sinagog; namun karena kejadian penyembuhan ini masih begitu segar dan gamblang dalam benak mereka, dan mengingat lagi oleh air dan anggur di Kana, maka mereka menangkap peristiwa-peristiwa kebetulan ini sebagai mujizat lagi, dan beberapa dari mereka bergegas keluar untuk memberitakan kabar itu ke seluruh penjuru kota[15].
145:2.16 Amatha, ibu mertuanya Petrus, sedang menderita demam malaria. Ia tidak disembuhkan secara mujizat oleh Yesus pada waktu ini. Proses penyembuhannya baru terjadi beberapa jam kemudian, sesudah matahari terbenam, sehubungan dengan peristiwa luar biasa yang terjadi di halaman depan rumah Zebedeus.
145:2.17 Kasus-kasus yang kebetulan serupa ini adalah khas bagaimana generasi yang mencari tanda ajaib dan rakyat yang cenderung pada mujizat itu selalu menganggapnya sebagai dalih untuk menyiarkan bahwa suatu mujizat lagi telah dikerjakan oleh Yesus.
145:3.1 Pada saat Yesus dan para rasulnya telah bersiap diri untuk makan malam menjelang akhir hari Sabat yang sarat peristiwa itu, seluruh Kapernaum dan sekitarnya telah begitu antusias oleh kabar tentang mujizat penyembuhan ini; maka semua yang sakit atau yang menderita mulai bersiap untuk pergi kepada Yesus atau minta dibawa oleh kawan-kawan mereka sesegera mungkin sementara matahari terbenam. Menurut ajaran Yahudi tidak diperbolehkan bahkan untuk alasan mencari penyembuhan selama jam-jam suci hari Sabat.
145:3.2 Karena itulah, secepat setelah matahari terbenam di balik cakrawala, banyak laki-laki, perempuan dan anak-anak yang menderita mulai berbondong-bondong pergi ke rumah Zebedeus di Betsaida. Seorang lelaki berangkat dengan anak perempuannya yang lumpuh tepat ketika matahari baru saja terbenam di belakang rumah tetangganya[16].
145:3.3 Peristiwa-peristiwa yang berlangsung sepanjang hari itu menyiapkan pentas untuk adegan senja yang luar biasa ini. Bahkan bacaan yang telah digunakan Yesus untuk khotbah sorenya itu menyiratkan bahwa penyakit akan diberantas; dan Yesus telah berbicara dengan kuasa dan otoritas yang belum pernah terjadi sebelumnya! Pesannya begitu meyakinkan! Meskipun dia tidak membuat daya tarik menggunakan kewenangan manusiawi, namun dia berbicara secara langsung kepada nurani dan jiwa manusia. Walaupun dia tidak beralih pada logika, dalih hukum, atau pepatah pintar, namun dia membuat daya tarik yang kuat, langsung, jelas dan pribadi kepada hati para pendengarnya.
145:3.4 Hari Sabat itu memang merupakan hari akbar dalam hidup Yesus di bumi, ya, dalam kehidupan suatu alam semesta. Bagi semua tujuan dan maksud alam semesta lokal, kota Yahudi Kapernaum yang kecil itu adalah ibukota sebenarnya Nebadon. Sejumlah kecil orang Yahudi dalam sinagog Kapernaum itu bukanlah makhluk-makhluk satu-satunya yang mendengarkan kalimat penutupan khotbah yang penuh makna itu: “Kebencian adalah bayang-bayang ketakutan; balas dendam topeng dari sikap pengecut.” Para pendengarnya juga tidak bisa melupakan kalimat berkatnya, menyatakan, “Manusia adalah anak Tuhan, bukan anak setan.”
145:3.5 Sesaat setelah terbenamnya matahari, sementara Yesus dan para muridnya masih tinggal berlama-lama seputar meja makan malam, istrinya Petrus mendengar suara-suara dari halaman depan, dan ketika ia pergi ke pintu, dilihatnya serombongan besar orang-orang sakit sedang berkumpul, dan bahwa jalanan dari Kapernaum disesaki oleh mereka yang sedang di dalam perjalanan, untuk mencari kesembuhan di tangan Yesus. Menyaksikan pemandangan ini, ia langsung pergi memberitahukan pada suaminya, yang menyampaikannya kepada Yesus.
145:3.6 Ketika Guru melangkah keluar ke halaman depan rumah Zebedeus, matanya bertemu dengan jajaran manusia yang susah dan menderita. Ia memandangi hampir seribuan orang yang sakit dan sengsara; paling tidak memang itulah jumlah orang yang berkumpul di hadapannya. Tidak semua yang ada di sana menderita sakit; beberapa datang membantu mengantarkan kekasih-kekasih mereka dalam upaya mendapat kesembuhan.
145:3.7 Pemandangan manusia fana yang menderita tersebut, para lelaki, wanita dan anak-anak yang sengsara begitu rupa sebagai akibat dari kesalahan dan penyimpangan dari Putra-putranya sendiri yang Yesus percayai untuk administrasi alam semesta, amat khusus menyentuh hati manusiawi Yesus dan menantang belas kasihan ilahi dari Putra Pencipta yang baik ini. Namun Yesus tahu benar bahwa ia tidak mungkin akan dapat membangun suatu pergerakan rohani yang langgeng jika dilandaskan pada keajaiban jasmani belaka. Sudah menjadi kebijakannya secara konsisten untuk menghindari agar tidak menunjukkan hak istimewanya sebagai pencipta. Barulah setelah di Kana hal supranatural atau bersifat mujizat menyertai pengajarannya; namun demikian, begitu orang banyak yang menderita ini menyentuh hatinya yang simpatik dan dengan kuat menarik kasih sayangnya yang memahami.
145:3.8 Suatu suara dari halaman depan berseru: “Guru, ucapkan sabda, pulihkanlah kesehatan kami, sembuhkanlah sakit-penyakit kami, dan selamatkanlah jiwa-jiwa kami.” Sekejap setelah kalimat tersebut diucapkan, sejumlah besar serafim, pengendali fisik, Pembawa Kehidupan, dan makhluk tengah, yang selalu mendampingi Pencipta alam semesta yang dijelmakan ini, telah bersiap-siap untuk beraksi dengan kuasa daya cipta kalau Daulat mereka memberikan aba-aba. Ini salah satu dari saat-saat dalam karier Yesus di bumi ketika hikmat ilahinya begitu terpaut erat dengan belas kasihan manusiawinya, dalam pertimbangan Anak Manusia sehingga dia mencari pertolongan dengan memohon pada kehendak Bapanya.
145:3.9 Ketika Petrus memohon dengan sangat kepada Gurunya agar mendengarkan seruan minta tolong mereka, Yesus, sambil memandang atas kerumunan orang yang menderita itu, menjawab: “Aku telah datang ke dalam dunia untuk mewahyukan Bapa dan mendirikan kerajaan-Nya. Untuk tujuan itulah aku menjalani hidupku hingga sekarang ini. Jadi, karena itu, jika adalah kehendak Dia yang mengutus aku dan tidak berlawanan dengan pengabdianku untuk pemberitaan injil kerajaan surga, aku akan ingin melihat anak-anakku disembuhkan—dan—” namun kata-kata Yesus selanjutnya itu tenggelam dalam keributan.
145:3.10 Yesus telah mengalihkan tanggung jawab untuk keputusan penyembuhan ini kepada keputusan Bapanya. Ternyata kehendak Bapa tidak mengajukan keberatan, karena kata-kata Guru itu belum banyak diucapkan, namun kumpulan kepribadian selestial (angkasa) yang melayani di bawah komando Pelaras Pikiran Dipersonalisasi itu bergerak dengan hebat. Rombongan yang sangat banyak tersebut turun ke tengah-tengah aneka ragam kerumunan manusia yang menderita ini, dan dalam satu momen waktu sebanyak 683 laki-laki, perempuan dan anak-anak dipulihkan, secara sempurna disembuhkan dari segala penyakit maupun dari segala kelainan jasmani mereka[17]. Adegan semacam ini belum pernah disaksikan di bumi sebelum hari itu, atau setelahnya. Dan menurut kami yang hadir menyaksikan gelombang daya cipta penyembuhan ini, sungguh itu pemandangan yang menggetarkan hati.
145:3.11 Namun dari sekian banyak makhluk yang heran terhadap ledakan penyembuhan adikodrati yang mendadak dan tidak terduga ini, Yesuslah yang paling terkejut. Dalam sesaat ketika perhatian dan simpati manusiawinya dipusatkan ke atas peristiwa penderitaan dan kesengsaraan orang-orang yang terhampar di hadapannya, dia lupa dalam benak manusiawinya peringatan-peringatan dari Pelarasnya mengenai ketidakmungkinan membatasi unsur waktu terhadap hak istimewa Putra Pencipta di bawah kondisi tertentu dan dalam keadaan tertentu. Yesus ingin untuk melihat manusia yang menderita ini dipulihkan, asalkan kehendak Bapanya tidak dilanggar. Pelaras Dipersonalisasinya Yesus, seketika itu pula memutuskan bahwa tindakan energi kreatif demikian pada waktu itu tidak akan melanggar kehendak Bapa Surgawi, dan oleh keputusan tersebut—dari sudut ekspresi Yesus sebelumnya yang ingin menyembuhkan—tindakan kreatif itu terjadilah. Apa yang Putra Pencipta inginkan dan Bapa kehendaki MENJADI ADA. Di sepanjang perjalanan hidup Yesus selanjutnya di bumi, tidak pernah lagi terjadi penyembuhan jasmani manusia secara massal seperti itu.
145:3.12 Seperti yang telah diharapkan, ketenaran penyembuhan kala senja di Betsaida di Kapernaum ini menyebar ke seluruh Galilea dan Yudea dan ke wilayah-wilayah sekitarnya. Sekali lagi kekuatiran Herodes muncul, dan ia mengirim para pengintai untuk melaporkan pekerjaan dan ajaran Yesus, dan untuk memastikan apakah dia mantan tukang kayu dari Nazaret itu ataukah Yohanes Pembaptis yang bangkit dari kematian.
145:3.13 Terutama oleh karena demonstrasi penyembuhan badaniah yang tidak direncanakan ini, sejak itu, dalam sepanjang sisa kariernya di bumi, Yesus menjadi sebagai tabib sebanyak sebagai pengkhotbah. Benar, dia memang masih melanjutkan pengajarannya, namun pekerjaan pribadinya sebagian besar terdiri dalam melayani orang-orang sakit dan yang menderita, sementara para muridnya melakukan pekerjaan pengajaran publik dan membaptiskan orang-orang percaya.
145:3.14 Namun sebagian besar dari mereka yang menerima penyembuhan badaniah secara supranatural dan kreatif pada demonstrasi energi ilahi pada senja hari tersebut tidak beroleh manfaat permanen secara rohani oleh manifestasi rahmat yang luar biasa ini. Memang ada sejumlah kecil yang benar-benar mendapat manfaat dari pelayanan jasmani ini, namun kerajaan rohani tidak dimajukan dalam hati manusia oleh ledakan menakjubkan dari penyembuhan kreatif yang nirwaktu ini.
145:3.15 Keajaiban penyembuhan yang sekali-sekali menyertai misi Yesus di muka bumi itu bukan termasuk bagian dari rencananya untuk memberitakan kerajaan. Hal-hal itu sudah melekat tak terpisahkan secara kebetulan dengan beradanya di atas bumi sesosok pribadi ilahi yang memiliki hak-hak istimewa pencipta yang nyaris tak terbatas, dalam hubungan dengan kombinasi yang luar biasa antara rahmat ilahi dan simpati manusiawi. Namun apa yang disebut mujizat ini memberikan Yesus banyak kesulitan sebab hal-hal itu membuat publisitas yang membangkitkan prasangka dan menghasilkan nama buruk yang sangat tidak dikehendaki.
145:4.1 Sepanjang malam setelah peristiwa ledakan penyembuhan besar-besaran ini, kerumunan orang banyak yang bersukacita dan riang gembira itu membanjiri rumah Zebedeus, dan rasul-rasul Yesus gembira setinggi-tingginya dalam antusiasme emosional. Dari sudut pandang manusiawi, barangkali inilah hari terbesar dari sekian banyak hari besar lainnya dalam hubungan kerjasama mereka dengan Yesus. Tidak pernah lagi, baik sebelum atau sesudahnya, harapan mereka melambung ke puncak-puncak harapan percaya diri. Beberapa hari sebelumnya mereka baru saja diberitahu oleh Yesus, ketika mereka masih berada di dalam wilayah Samaria, bahwa waktunya telah tiba ketika kerajaan akan dikabarkan dalam kuasa, dan sekarang mata mereka melihat apa yang mereka duga sebagai penggenapan terhadap janji tersebut. Mereka tergetar oleh visi tentang apa yang akan datang jika manifestasi ajaib dari kuasa penyembuhan ini barulah permulaannya. Keraguan yang membayangi mereka mengenai keilahian Yesus menjadi lenyap. Mereka benar-benar mabuk kepayang dengan kegembiraan luar biasa dari pesona keheranan mereka.
145:4.2 Tetapi ketika mereka mencari Yesus, mereka tidak dapat menemukannya. Guru sangat gelisah oleh apa yang telah terjadi. Para lelaki, perempuan, dan anak-anak yang telah dsembuhkan dari berbagai sakit penyakit itu masih terus berada di situ hingga larut malam, mengharapkan agar Yesus kembali sehingga mereka bisa mengucapkan terima kasih. Para rasulnya tidak bisa memahami perilaku Guru sementara jam-jam terus berlalu dan dia tetap mengasingkan diri; sukacita mereka akan penuh dan sempurna kalau saja dia hadir. Ketika Yesus kembali ke tengah mereka, malam sudah larut, dan hampir semua orang yang menerima kesembuhan telah pulang ke rumah masing-masing. Yesus menolak ucapan selamat dan pemujaan dari dua belas dan beberapa orang lain yang masih menunggu untuk menyambut dia, dan hanya berujar: “Janganlah bersukacita karena Bapaku berkuasa untuk menyembuhkan tubuh, melainkan karena Dia perkasa untuk menyelamatkan jiwa. Marilah kita beristirahat, sebab besok kita harus mengerjakan urusannya Bapa.”
145:4.3 Lagi-lagi dua belas rasul yang kecewa, bingung, dan bersedih hati itu beranjak untuk tidur; sedikit dari mereka, kecuali si kembar, yang bisa tidur lelap malam itu. Baru saja Guru melakukan sesuatu yang menggembirakan jiwa dan menyukakan hati para rasulnya, ternyata dia tampaknya langsung membuat kandas harapan mereka hingga berkeping-keping, dan sama sekali meremukkan dasar-dasar keberanian dan semangat mereka. Ketika para nelayan yang limbung ini saling berpandangan satu sama lain, hanya ada satu pikiran mereka: “Kita tidak mampu memahami dia. Apa arti semua ini?”
145:5.1 Hari Sabtu malam itu Yesus juga tidak bisa tidur nyenyak. Dia menyadari bahwa dunia itu penuh berisi kesengsaraan badani dan dilanda kesulitan-kesulitan jasmani, dan dia merenungkan betapa bahayanya jika dia terpaksa menghabiskan begitu banyak waktunya untuk perawatan orang yang sakit dan menderita, sehingga misinya untuk mendirikan kerajaan rohani dalam hati manusia akan terganggu atau paling tidak dikalahkan oleh kepentingan pelayanan terhadap perkara-perkara badani. Oleh karena pikiran-pikiran ini dan yang serupa yang memenuhi benak manusiawi Yesus sepanjang malam itu, dia bangun Minggu pagi itu jauh sebelum fajar dan dia pergi sendirian ke salah satu tempat yang dia sukai untuk bersekutu bersama Bapanya. Tema dari doanya Yesus pagi-pagi buta itu adalah agar dia beroleh hikmat dan pertimbangan sehingga dia tidak membiarkan simpati manusiawinya, yang digabungkan dengan rahmat ilahinya, agar tidak membuat daya tarik terhadap dirinya di hadapan penderitaan manusia, supaya jangan seluruh waktunya dihabiskan dengan pelayanan jasmani sehingga mengabaikan yang rohani[18]. Meskipun dia sama sekali tidak berharap untuk menghindari pelayanan pada yang sakit, dia tahu bahwa dia juga harus melakukan pekerjaan yang lebih penting, yaitu pengajaran rohani dan pelatihan keagamaan.
145:5.2 Yesus begitu sering pergi ke perbukitan untuk berdoa kepada Bapa sebab tidak ada ruangan tersendiri yang sesuai untuk ibadah pribadinya.
145:5.3 Petrus tidak bisa tidur malam itu; maka dini hari itu pula, sesaat setelah Yesus keluar untuk berdoa, dia membangunkan Yakobus dan Yohanes, dan ketiganya pergi untuk mencari Guru mereka[19]. Setelah lebih dari satu jam mencari mereka menemukan Yesus dan memohon kepadanya agar memberitahu alasan untuk tingkah lakunya yang aneh. Mereka ingin tahu mengapa dia tampak gundah karena pencurahan dahsyat roh penyembuhan itu sedangkan semua orang sangat bersukacita dan para rasulnya amat bergembira.
145:5.4 Selama empat jam lebih Yesus berupaya untuk menjelaskan kepada ketiga rasulnya ini tentang apa yang telah terjadi. Dia mengajar mereka tentang apa yang telah berlangsung dan menjelaskan tentang bahaya-bahaya dari manifestasi semacam itu. Yesus menceritakan pada mereka perihal alasan dia pergi untuk berdoa. Dia berusaha menjelaskan kepada para rekan-rekan pribadinya itu alasan-alasan sebenarnya mengapa kerajaan Bapa tidak dapat dibangun di atas pekerjaan ajaib dan penyembuhan badani. Namun mereka tidak bisa memahami ajarannya.
145:5.5 Sementara itu, pada hari Minggu pagi-pagi, kerumunan lain orang menderita dan banyak orang yang ingin tahu mulai berkumpul di sekitar rumah Zebedeus. Mereka ramai memanggil-manggil Yesus. Andreas dan para rasul menjadi begitu bingung sehingga, sementara Simon Zelot berbicara pada kumpulan orang banyak, Andreas dengan beberapa rekannya pergi mencari Yesus. Ketika Andreas berhasil menemukan Yesus, sedang bersama tiga rasul, ia berkata: “Guru, mengapa engkau meninggalkan kami sendirian dengan orang banyak? Lihatlah, semua orang mencarimu; tidak pernah kami melihat orang sebanyak itu mencari ajaranmu. Bahkan sekarang rumahnya dikelilingi oleh mereka yang datang dari dekat dan jauh karena pekerjaanmu yang hebat. Tidakkah engkau mau kembali dengan kami untuk melayani mereka?”[20]
145:5.6 Ketika Yesus mendengar ini, dia menjawab: “Andreas, bukankah aku mengajar kamu dan juga yang lainnya bahwa misiku di bumi ini adalah untuk pewahyuan Bapa, dan pesanku adalah tentang proklamasi kerajaan surga? Lalu bagaimana ini, kamu hendak membujuk aku supaya menyimpang dari pekerjaanku, hanya demi kesenangan orang-orang yang ingin tahu dan kepuasan mereka yang mencari tanda dan keajaiban? Bukankah kita sudah berada di tengah orang-orang ini selama berbulan-bulan ini, dan apakah mereka pernah berduyun-duyun datang untuk mendengar kabar baik tentang kerajaan? Lalu mengapa baru sekarang mereka datang untuk mengepung kita? Apakah itu bukannya karena penyembuhan tubuh badani mereka, bukannya karena hasil dari penerimaan kebenaran rohani untuk keselamatan jiwa mereka? Ketika orang-orang tertarik kepada kita oleh karena manifestasi-manifestasi yang luar biasa, banyak dari mereka yang datang bukan untuk mencari kebenaran dan keselamatan melainkan memburu penyembuhan atas sakit penyakit badan mereka dan agar terlepas dari kesulitan jasmani mereka.
145:5.7 “Selama ini aku telah berada di Kapernaum, dan di sinagog maupun di tepi laut aku telah memberitakan kabar baik kerajaan bagi semua yang mempunyai telinga untuk mendengar dan hati untuk menerima kebenaran. Bukan kehendak Bapaku kalau aku harus kembali bersamamu untuk memuaskan orang-orang yang ingin tahu dan untuk disibukkan oleh pelayanan pada perkara-perkara badani semata sehingga mengabaikan yang rohani. Aku telah menahbiskan kamu untuk memberitakan injil dan melayani yang sakit, tetapi aku tidak boleh terperangkap dalam penyembuhan semata sehingga mengabaikan pengajaranku. Tidak, Andreas, aku tidak akan kembali bersamamu. Pergi dan beritahu orang-orang agar percaya pada apa yang telah kita ajarkan kepada mereka dan untuk bersukacita dalam kemerdekaan anak-anak Tuhan, dan siapkan untuk keberangkatan kita ke kota-kota lain di Galilea, dimana jalan telah dipersiapkan untuk pemberitaan kabar baik kerajaan. Untuk tujuan inilah aku datang dari Bapa. Maka pergilah dan persiapkan untuk kepergian kita segera sementara aku di sini menunggu kamu kembali.”[21]
145:5.8 Setelah Yesus usai berbicara, Andreas dan rekan-rekan rasulnya dengan sedih berjalan kembali ke rumah Zebedeus, membubarkan orang banyak yang berkumpul itu, dan dengan cepat bersiap-siap untuk perjalanan yang Yesus telah perintahkan. Demikianlah, pada hari Minggu sore, 18 Januari, tahun 28 M, Yesus dan para rasul bertolak pada perjalanan keliling pemberitaan kabar baik secara benar-benar umum dan terbuka untuk yang pertama kalinya ke kota-kota Galilea. Pada perjalanan keliling perdana tersebut mereka memberitakan injil kerajaan di banyak kota, namun mereka tidak mengunjungi Nazaret[22].
145:5.9 Hari Minggu sore itu, segera setelah Yesus dan para rasulnya pergi ke Rimmon, adik-adik kandung Yesus yaitu Yakobus dan Yudas datang untuk menemuinya, singgah di rumah Zebedeus. Sekitar siang pada hari itu, Yudas telah mencari kakaknya Yakobus dan bersikeras agar mereka pergi kepada Yesus. Pada waktu Yakobus bersedia pergi dengan Yudas, Yesus telah berangkat.
145:5.10 Para rasul enggan untuk meninggalkan minat besar yang telah dibangkitkan di Kapernaum. Petrus menghitung-hitung paling tidak ada seribu orang percaya yang bisa dibaptiskan masuk ke dalam kerajaan. Yesus mendengarkan mereka dengan sabar, namun dia tidak bersedia untuk kembali. Keheningan terjadi beberapa saat, dan kemudian Tomas berkata pada rekan-rekan rasulnya: “Marilah kita pergi! Guru telah bersabda. Tidak apalah kalau kita tidak bisa mengerti sepenuhnya misteri-misteri tentang kerajaan surga, sebab ada satu hal yang pasti: Kita mengikuti seorang guru yang tidak mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri.” Maka dengan berat hati mereka berangkat untuk mewartakan kabar baik di kota-kota Galilea.
Makalah 144. Di Gilboa dan Dekapolis |
Indeks
Beberapa versi |
Makalah 146. Pemberitaan Keliling Perdana di Galilea |