© 2020 Yayasan Urantia
159:0.1 KETIKA Yesus dan dua belas tiba di Taman Magadan, mereka menemukan sedang menunggu mereka sekelompok hampir seratus penginjil dan murid, termasuk korps wanita, dan mereka siap untuk segera memulai perjalanan keliling mengajar dan berkhotbah di kota-kota di wilayah Dekapolis.
159:0.2 Pada Kamis pagi ini, 18 Agustus, Guru memanggil para pengikutnya bersama-sama dan mengarahkan agar setiap rasul bekerjasama dengan salah satu dari dua belas penginjil, dan dengan para penginjil yang lain mereka harus pergi dalam dua belas kelompok untuk bekerja di kota-kota dan desa-desa Dekapolis. Korps wanita dan para murid yang lain dia arahkan agar tetap bersamanya. Yesus menentukan waktu empat minggu untuk tur ini, menginstruksikan para pengikutnya untuk kembali ke Magadan selambat-lambatnya Jumat, 16 September. Ia berjanji akan sering mengunjungi mereka selama waktu ini. Dalam perjalanan bulan ini dua belas kelompok ini bekerja di Gerasa, Gamala, Hippos, Zafon, Gadara, Abila, Edrei, Filadelfia, Hesybon, Dium, Scythopolis, dan banyak kota-kota lainnya. Sepanjang tur ini tidak ada mujizat penyembuhan atau peristiwa luar biasa lainnya terjadi.
159:1.1 Suatu malam di Hippos, menjawab pertanyaan seorang murid, Yesus mengajarkan pelajaran tentang pengampunan. Kata Guru:
159:1.2 “Jika seseorang yang baik hati memiliki seratus ekor domba dan satu dari mereka tersesat, bukankah ia segera meninggalkan yang sembilan puluh sembilan dan pergi untuk mencari satu yang tersesat itu? Dan jika ia adalah gembala yang baik, tidakkah dia akan melanjutkan pencariannya untuk domba yang hilang itu sampai ia menemukannya? Dan kemudian, setelah gembala itu menemukan dombanya yang hilang, ia meletakkannya di atas bahunya, dan pulang dengan gembira, memanggil teman-teman dan tetangganya, ‘Bersukacitalah dengan aku, karena aku telah menemukan dombaku yang hilang.’ Aku menyatakan bahwa ada lebih banyak sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, daripada sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan. Demikian pula, bukan kehendak Bapaku di surga jika salah seorangpun dari mereka yang kecil ini tersesat, apalagi agar mereka binasa. Dalam agamamu Tuhan mungkin menerima orang-orang berdosa yang bertobat; tetapi dalam injil kerajaan Bapa pergi untuk menemukan mereka bahkan sebelum mereka serius berpikir tentang pertobatan.[1]
159:1.3 “Bapa di surga mengasihi anak-anak-Nya, dan karena itu kamu harus belajar untuk mengasihi satu sama lain; Bapa di surga mengampuni dosa-dosamu; oleh karena itu, kamu harus belajar untuk mengampuni satu sama lain. Jikalau saudaramu berbuat dosa terhadap kamu, pergilah kepadanya dan dengan bijak dan kesabaran tunjukkan kepadanya salahnya. Dan lakukan semua ini antara kamu dan dia saja. Jika dia mau mendengarkan kamu, maka kamu telah berhasil memenangkan saudaramu. Tapi kalau saudaramu tidak mau mendengarmu, jika dia tetap dalam kesalahan jalannya, pergilah lagi kepadanya, bawalah satu atau dua teman bersamamu supaya kamu dapat memiliki dua atau bahkan tiga saksi untuk menguatkan kesaksianmu dan menetapkan fakta bahwa kamu telah berurusan dengan adil dan penuh belas kasihan dengan saudaramu yang bersalah kepadamu itu. Adapun jika ia menolak untuk mendengar saudara-saudaramu, kamu dapat menceritakan seluruh cerita itu kepada jemaah, dan kemudian, jika ia menolak untuk mendengarkan persaudaraan, maka biarkan mereka mengambil tindakan seperti yang mereka anggap bijaksana; biarkan anggota yang tidak taat itu menjadi orang terbuang dari kerajaan[2]. Meskipun kamu tidak boleh menganggap diri layak untuk menghakimi jiwa rekan-rekanmu, dan meskipun kamu tidak bisa mengampuni dosa atau memberanikan diri untuk merebut hak-hak istimewa dari para pengawas kawanan balatentara surgawi, namun pada saat yang sama, telah diserahkan ke dalam tangan kamu bahwa kamu harus menjaga ketertiban duniawi dalam kerajaan di bumi[3]. Meskipun kamu tidak boleh ikut campur dengan putusan-putusan ilahi tentang kehidupan kekal, namun kamu harus menentukan isu-isu perilaku yang menyangkut kesejahteraan temporal (duniawi) dari persaudaraan itu di bumi. Dan karena itu, dalam semua hal yang berhubungan dengan pendisiplinan persaudaraan ini, apapun yang kamu akan putuskan di bumi, akan diakui di surga. Meskipun kamu tidak dapat menentukan nasib kekal dari perorangan, namun kamu dapat menentukan mengenai perilaku kelompok, karena, di mana dua atau tiga orang setuju mengenai apapun hal-hal ini dan meminta kepadaku, maka hal itu akan dilakukan bagi kamu jika permohonan kamu itu tidak bertentangan dengan kehendak Bapaku yang di surga. Dan semua ini selalu benar, karena, di mana dua atau tiga orang percaya berkumpul bersama, di situ ada aku di tengah-tengah mereka[4].”
159:1.4 Simon Petrus adalah rasul yang bertanggung jawab atas para pekerja di Hippos, dan ketika ia mendengar Yesus berbicara demikian, ia bertanya: “Tuhan, berapa kali saudaraku akan berbuat salah, dan aku mengampuninya? Sampai tujuh kali?” Yesus menjawab Petrus: “Tidak hanya tujuh kali, tetapi bahkan sampai tujuh puluh tujuh kali[5]. Oleh karena itu kerajaan surga dapat diibaratkan seorang raja tertentu yang memerintahkan perhitungan keuangan dengan para pelayannya. Dan ketika mereka mulai melakukan pemeriksaan rekening-rekening ini, salah satu dari pelayan utamanya dibawa ke hadapannya mengakui bahwa ia berutang pada rajanya sepuluh ribu talenta. Namun pejabat istana raja ini mengakui bahwa masa-masa sulit telah menimpanya, dan bahwa ia tidak memiliki apa-apa untuk membayar kewajiban ini. Maka raja memerintahkan agar hartanya disita, dan bahwa anak-anaknya akan dijual untuk membayar hutangnya. Ketika pelayan kepala ini mendengar keputusan keras ini, ia sujud menyembah di hadapan raja dan memohon untuk berbelas kasihan dan memberinya waktu lagi, berkata, ‘Tuan, mohon sedikit lebih bersabar kepadaku, dan aku akan membayar semuanya.’ Dan ketika raja memandang hamba yang lalai ini dan keluarganya, ia tergerak oleh belas kasihan. Dia memerintahkan agar pelayan itu dibebaskan, dan bahwa pinjaman itu akan sepenuhnya diampuni[6].
159:1.5 “Dan pelayan kepala ini, setelah menerima belas kasihan dan pengampunan tersebut di tangan sang raja, pergi melakukan urusannya, dan menemukan salah satu pelayan bawahannya yang berutang kepadanya hanya seratus dinar, ia menangkapnya dan, sambil mencekik lehernya, berkata, ‘Bayar semua hutangmu.’ Dan saat itulah sesama pelayan ini bersujud di hadapan kepala pelayan itu, dan memohon kepadanya, mengatakan: ‘Mohon bersabarlah kepadaku, dan aku akan segera dapat membayar kepadamu.’ Tapi kepala pelayan itu tidak mau menunjukkan belas kasihan kepada sesama pelayannya melainkan melemparkannya ke dalam penjara sampai ia membayar hutangnya. Ketika rekan-rekan sesama pelayan melihat apa yang telah terjadi, mereka sangat sedih sehingga mereka pergi dan memberitahukan kepada junjungan dan tuan mereka, sang raja. Ketika raja mendengar tingkah kepala pelayannya itu, dia memanggil orang yang tidak tahu berterima kasih dan tak kenal ampun ini ke hadapannya dan berkata: ‘Kamu adalah pelayan yang jahat dan tidak layak. Ketika kamu mencari belas kasihan, aku dengan cuma-cuma memaafkan seluruh hutangmu. Mengapa kamu tidak juga menunjukkan belas kasihan kepada sesama pelayan kamu, sama seperti aku mengasihani kamu?’ Dan raja itu begitu marah sehingga ia mengirimkan kepala pelayannya yang tidak tahu berterima kasih itu kepada penjaga penjara agar mereka menahannya sampai ia membayar semua hutangnya[7]. Dan demikian pula Bapa surgawiku akan menunjukkan belas kasihan lebih berlimpah kepada mereka yang dengan cuma-cuma menunjukkan belas kasihan kepada sesama mereka[8]. Bagaimana kamu bisa datang kepada Tuhan meminta pertimbangan untuk kekuranganmu sedangkan kamu terbiasa menghukum saudara-saudaramu karena bersalah dari kelemahan manusiawi yang sama ini? Aku katakan kepada semua kamu: Dengan cuma-cuma kamu telah menerima hal-hal baik dari kerajaan; karena itu dengan cuma-cuma berilah kepada sesamamu di bumi[9].”
159:1.6 Demikianlah Yesus mengajarkan bahaya-bahaya dan menggambarkan ketidakadilan jika menghakimi secara pribadi terhadap sesama manusia. Disiplin harus dijaga, keadilan harus dijalankan, tetapi dalam semua perkara ini kebijaksanaan dari persaudaraan harus yang berlaku. Yesus melekatkan wewenang legislatif dan yudikatif dalam kelompok, bukan dalam perorangan. Bahkan pemberian wewenang dalam kelompok ini tidak boleh dilaksanakan sebagai wewenang pribadi. Selalu ada bahaya bahwa vonis dari satu individu mungkin dibengkokkan oleh prasangka atau disimpangkan oleh nafsu. Penghakiman kelompok itu lebih mungkin untuk menghilangkan bahaya dan menghapus ketidakadilan dari bias pribadi. Yesus berusaha selalu untuk meminimalkan unsur-unsur ketidakadilan, pembalasan, dan balas dendam.
159:1.7 [Penggunaan istilah tujuh puluh tujuh sebagai ilustrasi tentang rahmat dan tahan sabar itu diambil dari Kitab Suci yang mengacu pada kegembiraan meluap Lamekh karena senjata-senjata logam dari anaknya Tubal-Kain, yang, sambil membandingkan perkakas unggul itu terhadap senjata musuh-musuhnya, berseru: “sebab jika Kain, yang tanpa senjata di tangannya, harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka sekarang Lamekh akan dibalaskan tujuh puluh tujuh kali lipat.”][10]
159:2.1 Yesus mampir ke Gamala untuk mengunjungi Yohanes dan orang-orang yang bekerja dengan dia di tempat itu. Malam itu, setelah sesi pertanyaan dan jawaban, Yohanes berkata kepada Yesus: “Guru, kemarin aku pergi ke Astaroth untuk melihat seorang pria yang sedang mengajar dalam namamu dan bahkan mengaku bisa mengusir setan. Adapun orang ini belum pernah bersama kita, ia juga tidak mengikuti kita; oleh karena itu aku melarang dia untuk melakukan hal-hal seperti itu,” Maka kata Yesus: “Jangan larang dia[11]. Apakah kamu tidak paham bahwa injil kerajaan ini akan segera diberitakan di seluruh dunia? Bagaimana kamu bisa mengharapkan bahwa semua orang yang akan percaya kabar baik itu harus tunduk pada pimpinanmu? Bersukacitalah bahwa ajaran kita sudah mulai mewujudkan dirinya di luar batas-batas pengaruh pribadi kita. Tidakkah kamu lihat, Yohanes, bahwa mereka yang mengaku melakukan karya-karya besar dalam namaku itu akhirnya harus mendukung tujuan kita? Mereka tentu tidak akan cepat untuk berbicara jahat tentang aku. Anakku, dalam perkara-perkara semacam ini akan lebih baik bagi kamu untuk memperhitungkan bahwa siapa yang tidak melawan kita adalah bersama kita. Dalam generasi yang akan datang banyak orang yang tidak sepenuhnya layak akan melakukan banyak hal aneh dalam namaku, namun aku tidak akan melarang mereka[12]. Aku memberitahu kamu bahwa, bahkan ketika secangkir air dingin diberikan kepada jiwa yang haus, utusan-utusan-Nya Bapa akan selalu membuat catatan terhadap layanan kasih tersebut.”[13]
159:2.2 Petunjuk ini sangat membingungkan Yohanes. Tidakkah ia mendengar Guru berkata, “Siapa yang tidak bersama aku adalah melawan aku”? Dan ia tidak paham bahwa dalam kasus ini Yesus mengacu pada hubungan pribadi orang dengan ajaran rohani dari kerajaan, sedangkan pada kasus lain acuan dibuat pada hubungan sosial yang ke luar dan luas dari orang-orang percaya mengenai persoalan-persoalan tentang pengendalian pemerintahan dan kewenangan hukum satu kelompok orang percaya atas pekerjaan kelompok lain yang pada akhirnya akan menyusun persaudaraan seluruh dunia yang akan datang[14].
159:2.3 Tetapi Yohanes seringkali menceritakan pengalaman ini sehubungan dengan pekerjaan berikutnya atas nama kerajaan. Namun demikian, berkali-kali para rasul menyerang orang-orang yang berani untuk mengajar dalam nama Guru. Bagi mereka selalu tampak tidak pantas bahwa mereka yang belum pernah duduk di kaki Yesus akan berani untuk mengajar dalam namanya.
159:2.4 Orang ini yang Yohanes larang untuk mengajar dan bekerja dalam nama Yesus itu tidak mengindahkan perintah sang rasul. Dia terus saja dengan usahanya dan membangkitkan sekelompok besar orang percaya di Kanata sebelum pergi ke Mesopotamia. Orang ini, Aden, telah dituntun untuk percaya kepada Yesus melalui kesaksian dari orang gila yang Yesus sembuhkan dekat Kheresa, dan yang begitu yakin percaya bahwa yang dianggap roh-roh jahat yang diusir Guru dari dia memasuki kawanan babi dan membuat babi-babi itu terjun langsung dari atas tebing hingga tewas.[15]
159:3.1 Di Edrei, di mana Tomas dan rekan-rekannya bekerja, Yesus menggunakan waktu sehari dan semalam, dan dalam rangkaian diskusi malam itu, mengungkapkan prinsip-prinsip yang akan menuntun mereka yang memberitakan kebenaran, dan yang akan menggerakkan semua orang yang mengajarkan kabar baik tentang kerajaan. Diringkas dan disajikan kembali dalam ungkapan modern, Yesus mengajarkan:
159:3.2 Selalu hargailah kepribadian manusia. Jangan pernah suatu tujuan yang benar dipromosikan oleh paksaan; kejayaan rohani bisa dimenangi hanya oleh kekuatan rohani. Perintah melawan penggunaan pengaruh-pengaruh jasmani ini mengacu pada kekuatan psikis serta pada kekuatan fisik. Argumen yang lebih kuat dan keunggulan mental tidak boleh digunakan untuk memaksa laki-laki dan perempuan agar masuk ke dalam kerajaan. Pikiran manusia tidak boleh dihancurkan oleh bobot logika semata atau dibuat terkagum-kagum oleh kefasihan bicara yang pintar. Meskipun emosi sebagai suatu faktor dalam keputusan-keputusan manusia itu tidak dapat sepenuhnya dihapuskan, namun jangan dipergunakan dalam pengajaran mereka yang hendak memajukan tujuan kerajaan. Buatlah daya tarik secara langsung mempergunakan roh ilahi yang berdiam di dalam batin manusia. Jangan mempergunakan rasa takut, kasihan, atau perasaan belaka. Pada waktu berusaha menarik orang-orang, jadilah adil; lakukan pengendalian diri dan tunjukkan pengekangan diri yang sepantasnya; tunjukkan rasa hormat yang layak terhadap kepribadian murid-muridmu. Ingatlah bahwa aku telah berkata: “Lihat, aku berdiri di depan pintu dan mengetuk, dan jika siapapun mau membuka, aku akan masuk[16].”
159:3.3 Ketika membawa orang-orang masuk ke dalam kerajaan, jangan menurunkan atau menghancurkan harga diri mereka. Meskipun harga diri berlebihan mungkin merusak kerendahan hati yang pantas dan berakhir dalam kebanggaan, keangkuhan, dan kesombongan, hilangnya harga diri sering berakhir dalam kelumpuhan kehendak. Tujuan dari kabar baik ini adalah untuk memulihkan harga diri mereka yang telah kehilangan harga diri itu dan untuk mengekangnya dalam diri orang-orang yang memilikinya. Jangan membuat kesalahan dengan hanya mengutuk yang salah dalam hidup murid-muridmu; ingat juga untuk memberikan pengakuan murah hati terhadap hal yang paling terpuji dalam hidup mereka. Jangan lupa bahwa aku akan berbuat apapun untuk memulihkan harga diri mereka yang telah kehilangan harga diri itu, dan yang benar-benar ingin mendapatkannya kembali.
159:3.4 Berhati-hatilah agar kamu tidak melukai harga diri jiwa yang pemalu dan penakut. Jangan gemar sindiran-sindiran kasar dengan mengorbankan saudara-saudaraku yang berpikiran sederhana. Janganlah sinis pada anak-anakku yang dibebani rasa takut. Kemalasan merusak harga diri; oleh karena itu, tegurlah saudara-saudaramu agar selalu tetap sibuk pada tugas-tugas pilihan mereka, dan ajukan segala upaya untuk mendapatkan pekerjaan bagi mereka yang menemukan diri mereka tanpa pekerjaan.
159:3.5 Jangan bersalah karena taktik-taktik tidak layak seperti berusaha untuk menakut-nakuti pria dan wanita agar masuk ke dalam kerajaan. Seorang ayah yang penuh kasih tidak menakut-nakuti anak-anaknya agar mereka taat pada ketentuan-ketentuannya yang adil.
159:3.6 Kadang-kadang anak-anak kerajaan akan menyadari bahwa perasaan-perasaan emosi yang kuat tidak setara dengan pimpinan-pimpinan dari roh ilahi. Menjadi terkesan dengan kuat dan aneh untuk melakukan sesuatu atau pergi ke suatu tempat tertentu, tidak berarti bahwa dorongan tersebut adalah pimpinan dari roh yang berdiam di dalam.
159:3.7 Peringatkan semua orang percaya mengenai konflik sampingan yang harus dilalui oleh semua yang lewat dari kehidupan yang dijalani dalam daging menuju kehidupan yang lebih tinggi yang dijalani dalam roh. Bagi mereka yang hidup sepenuhnya di dalam salah satu dari dua wilayah itu, ada sedikit konflik atau kebingungan, tapi semua ditakdirkan untuk lebih atau kurangnya mengalami ketidakpastian pada masa-masa transisi antara dua tingkatan kehidupan itu. Ketika memasuki kerajaan, kamu tidak bisa melepaskan diri dari tanggung jawab atau menghindari kewajiban-kewajibannya, tapi ingatlah: Kuk injil itu mudah dan beban kebenaran itu ringan[17].
159:3.8 Dunia ini dipenuhi jiwa-jiwa lapar yang menderita kelaparan di hadapan roti hidup itu sendiri; orang-orang mati mencari Tuhan itu yang hidup di dalam mereka. Manusia mencari harta-harta kerajaan dengan hati rindu dan kaki lelah padahal itu semua dalam jangkauan langsung iman yang hidup. Iman itu pada agama adalah bagaikan layar pada kapal; iman itu adalah tambahan kekuatan, bukan beban tambahan kehidupan. Hanya ada satu perjuangan bagi mereka yang memasuki kerajaan itu, dan itu adalah untuk memperjuangkan pertarungan iman yang baik[18]. Orang percaya hanya memiliki satu pertempuran, dan itu adalah melawan kebimbangan, yaitu ketidakpercayaan[19].
159:3.9 Dengan memberitakan kabar baik kerajaan, kamu sebenarnya mengajarkan persahabatan dengan Tuhan. Dan persekutuan ini akan menarik sama bagi pria dan wanita dalam hal bahwa keduanya akan menemukan apa yang paling benar-benar memenuhi kerinduan dan cita-cita khas mereka. Beritahu anak-anakku bahwa aku tidak hanya lembut pada perasaan mereka dan sabar pada kelemahan mereka, tetapi bahwa aku juga bengis terhadap dosa dan tidak toleran terhadap perilaku bejat. Aku memang lemah lembut dan rendah hati di hadapan Bapaku, tetapi aku sama-sama dan terus-menerus tak kenal ampun dimana ada perbuatan jahat dan dosa pemberontakan yang disengaja melawan kehendak Bapaku yang di surga.
159:3.10 Kamu jangan menggambarkan gurumu sebagai seorang manusia susah[20]. Generasi-generasi mendatang akan mengetahui juga pancaran sukacita kita, luapan dari niat baik kita, dan ilham dari lelucon sehat kita. Kita memberitakan pesan kabar baik yang menular dalam kuasanya yang mengubahkan. Agama kita itu berdenyut dengan kehidupan baru dan makna-makna baru. Mereka yang menerima ajaran ini dipenuhi dengan sukacita dan dalam hati mereka cenderung bersukacita selalu lagi. Meningkatnya kebahagiaan selalu menjadi pengalaman semua orang yang yakin tentang Tuhan.
159:3.11 Ajari semua orang percaya untuk menghindari bersandar pada peragaan simpati palsu yang tidak pasti. Kamu tidak dapat mengembangkan karakter yang kuat dari kegemaran mengasihani diri sendiri; dengan jujur berusahalah untuk menghindari pengaruh menipu dari hanya persekutuan dalam penderitaan semata-mata. Berikan simpati kepada yang berani dan tabah sementara kamu menahan rasa kasihan berlebihan terhadap jiwa-jiwa pengecut yang hanya berdiri setengah hati menghadapi cobaan-cobaan hidup. Jangan tawarkan penghiburan kepada mereka yang menyerah menghadapi masalah mereka tanpa perjuangan. Jangan bersimpati pada sesamamu hanya agar mereka kembali bersimpati kepadamu sebagai balasan.
159:3.12 Ketika anak-anakku sekali menjadi sadar diri akan kepastian dari kehadiran ilahi, iman tersebut akan memperluas batin, memuliakan jiwa, memperkuat kepribadian, meningkatkan kebahagiaan, memperdalam persepsi roh, dan menambah kekuatan untuk mengasihi dan dikasihi.
159:3.13 Ajarilah semua orang percaya agar mereka yang memasuki kerajaan itu tidak dengan demikian menjadi kebal terhadap kecelakaan yang kebetulan atau pada bencana-bencana alam yang biasa. Mempercayai injil tidak akan mencegah dari mendapatkan masalah, tetapi akan menjamin bahwa kamu akan tidak takut ketika masalah memang menimpa kamu. Jika kamu berani untuk percaya padaku dan dengan sepenuh hati terus berjalan mengikuti aku, kamu akan tentulah dengan berbuat demikian akan masuk ke jalur pasti menuju kesulitan. Aku tidak berjanji untuk melepaskanmu dari rawa-rawa kesukaran, tapi aku berjanji untuk pergi bersamamu melalui semua itu.
159:3.14 Dan banyak lagi yang Yesus ajarkan pada kelompok orang percaya ini sebelum mereka bersiap untuk tidur malam itu. Mereka yang mendengar perkataan-perkataan ini menyimpan dalam hati mereka dan sering menceritakannya untuk kemajuan rohani para rasul dan murid yang tidak hadir ketika kata-kata ini diucapkan.
159:4.1 Kemudian pergilah Yesus ke Abila, dimana Natanael dan rekan-rekannya bekerja. Natanael banyak terganggu oleh beberapa pernyataan Yesus yang tampaknya mengurangi otoritas kitab suci Ibrani yang diakui. Sesuai dengan hal itu, pada malam ini, setelah periode tanya jawab yang biasa, Natanael membawa Yesus menjauh dari yang lain dan bertanya: “Guru, bisakah engkau mempercayaiku untuk mengetahui kebenaran tentang Kitab Suci? Aku mengamati bahwa engkau mengajarkan kami hanya sebagian dari tulisan-tulisan suci—yang terbaik menurutku -- dan aku menyimpulkan bahwa engkau menolak ajaran-ajaran rabi-rabi yang menyatakan bahwa kata-kata hukum itu adalah firman Tuhan itu sendiri, karena telah ada dengan Tuhan di surga bahkan sebelum zaman Abraham dan Musa. Apakah itu yang benar mengenai Kitab Suci?” Ketika Yesus mendengar pertanyaan rasulnya yang kebingungan itu, dia menjawab:
159:4.2 “Natanael, kamu telah dengan benar menilainya; aku tidak menganggap Kitab Suci seperti halnya rabi-rabi. Aku akan berbicara dengan kamu tentang hal ini dengan syarat bahwa kamu tidak menyampaikan hal-hal ini kepada saudara-saudaramu, yang tidak semua siap untuk menerima ajaran ini. Kata-kata dari hukum Musa dan ajaran-ajaran Kitab Suci itu belum ada sebelum Abraham. Hanya dalam waktu baru-baru ini saja Kitab Suci itu telah dikumpulkan seperti yang sekarang kita miliki. Meskipun kitab-kitab itu memuat yang terbaik dari pikiran dan kerinduan yang lebih tinggi dari orang-orang Yahudi, namun hal-hal itu juga memuat banyak hal yang jauh dari mewakili karakter dan ajaran Bapa di surga; oleh karena itu haruslah aku memilih, dari antara ajaran-ajaran yang lebih baik, kebenaran-kebenaran tertentu yang harus diambil sedikit-sedikit untuk kabar baik kerajaan.
159:4.3 “Tulisan-tulisan ini adalah karya manusia, beberapa dari mereka orang suci, yang lain tidak begitu suci. Ajaran dari kitab-kitab ini mewakili pandangan dan tingkat pencerahan pada zaman yang di dalamnya hal-hal itu berasal. Sebagai suatu pewahyuan kebenaran, yang terakhir lebih dapat diandalkan daripada yang pertama. Kitab Suci itu memiliki cacat dan sama sekali manusiawi asal-usulnya, tapi jangan salah, mereka memang merupakan koleksi terbaik kebijaksanaan agama dan kebenaran rohani yang dapat ditemukan di seluruh dunia pada saat ini.
159:4.4 “Banyak dari buku-buku ini tidak ditulis oleh orang-orang yang namanya dipakai, tapi hal itu sama sekali tidak mengurangi nilai kebenaran yang dikandungnya. Jika saja kisah Yunus bukan sebuah fakta, bahkan seandainya Yunus tidak pernah hidup, masih ada kebenaran yang mendalam dari cerita ini, yaitu kasih Tuhan untuk Niniwe dan yang disebut orang kafir, sehingga kisah ini masih tetap berharga di mata semua orang yang mengasihi sesama mereka. Kitab Suci itu suci karena kitab-kitab itu menyajikan pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan orang-orang yang sedang mencari Tuhan, dan yang dalam tulisan-tulisan ini meninggalkan dalam catatan konsep tertinggi mereka tentang kebajikan, kebenaran, dan kekudusan. Kitab Suci berisi banyak hal yang benar, sangat banyak, tetapi dalam terang pengajaranmu saat ini, kamu tahu bahwa tulisan-tulisan ini juga mengandung banyak gambaran keliru tentang Bapa di surga, Tuhan pengasih yang aku telah datang untuk wahyukan ke seluruh dunia-dunia.
159:4.5 “Natanael, jangan pernah mengizinkan dirimu sesaatpun untuk percaya catatan-catatan Kitab Suci yang mengatakan bahwa Allah yang kasih itu menyuruh nenek moyangmu maju dalam pertempuran untuk membantai semua musuh mereka -- pria, wanita, dan anak-anak[21]. Catatan-catatan tersebut adalah kata-kata manusia, manusia yang tidak terlalu suci, dan catatan-catatan itu bukan firman Tuhan. Kitab Suci selalu telah, dan akan selalu, mencerminkan status intelektual, moral, dan spiritual dari orang-orang yang membuatnya. Apakah kamu tidak mencatat bahwa konsep Yahweh itu bertumbuh dalam keindahan dan kemuliaan sementara para nabi membuat tulisan-tulisan mereka dari Samuel sampai Yesaya? Dan kamu harus ingat bahwa Kitab Suci itu dimaksudkan untuk petunjuk keagamaan dan bimbingan rohani. Kitab-kitab itu bukan karya dari para sejarawan ataupun filsuf.
159:4.6 “Hal yang paling patut disesalkan adalah bahwa bukan hanya ide yang keliru tentang kesempurnaan mutlak tulisan Kitab Suci dan ketanpa-salahan ajaran-ajarannya ini, melainkan tafsir membingungkan terhadap tulisan-tulisan yang disucikan ini oleh para ahli kitab dan orang-orang Farisi yang diperbudak-tradisi itu di Yerusalem[22]. Dan sekarang akan mereka gunakan doktrin tentang pengilhaman Kitab Suci maupun kesalahan tafsirnya itu dalam upaya yang mereka tekadkan untuk melawan ajaran-ajaran yang lebih baru tentang injil kerajaan. Natanael, jangan pernah lupa, Bapa tidak membatasi pewahyuan kebenaran ke salah satu generasi atau salah satu bangsa. Banyak pencari kebenaran sungguh-sungguh yang telah, dan akan terus, dibingungkan dan dikecewakan oleh doktrin-doktrin tentang kesempurnaan Kitab Suci ini.
159:4.7 “Otoritas kebenaran itu adalah roh itu sendiri yang menempati perwujudan-perwujudan hidupnya, dan bukan kata-kata mati dari orang-orang dari generasi lalu yang kurang dicerahkan dan dianggap sebagai diilhami itu. Dan bahkan jika orang-orang suci kuno itu menghidupi kehidupan yang diilhami dan dipenuhi roh, tidak berarti bahwa kata-kata mereka itu sama juga diilhami secara rohani. Hari ini kita tidak membuat tulisan catatan tentang ajaran injil kerajaan ini supaya jangan sampai, kalau aku telah pergi, kamu dengan cepat terbagi-bagi menjadi bermacam-macam kelompok pesaing kebenaran sebagai akibat dari berbagai macam tafsiranmu terhadap ajaran-ajaranku. Untuk generasi ini yang terbaik adalah bahwa kita menghidupi kebenaran-kebenaran ini sementara kita menghindari pembuatan catatan.
159:4.8 “Ingatlah dengan baik kata-kataku, Natanael, tidak ada yang disentuh kodrat manusia itu yang dapat dianggap sebagai tidak bisa salah. Melalui batin manusia, kebenaran ilahi mungkin memang bersinar, tapi selalu dalam kemurnian relatif dan keilahian sebagian. Makhluk mungkin mendambakan kesempurnaan, tetapi hanya Pencipta yang memilikinya.
159:4.9 “Tetapi kesalahan terbesar dari ajaran tentang Kitab Suci adalah doktrin bahwa buku-buku mereka tentang misteri dan kebijaksanaan itu disegel sehingga hanya pemikir-pemikir bijak bangsa yang berani menafsirkannya. Pewahyuan kebenaran ilahi tidak disegel kecuali oleh kebodohan, kefanatikan, dan intoleransi manusia yang berpikiran sempit. Terang dari Kitab Suci hanya diredupkan oleh prasangka dan digelapkan oleh takhyul. Suatu rasa takut kesucian yang palsu telah mencegah agama sehingga tidak dijaga dan diamankan oleh akal sehat. Ketakutan terhadap otoritas tulisan-tulisan suci dari masa lalu itu secara efektif mencegah jiwa-jiwa jujur pada masa ini sehingga tidak menerima terang baru dari injil, padahal terang inilah ang sangat ingin dilihat orang-orang yang kenal-Tuhan dari generasi yang lalu tersebut.
159:4.10 “Tapi hal yang paling menyedihkan dari semua adalah kenyataan bahwa beberapa dari guru-guru kesucian aliran tradisi ini sesungguhnya tahu tentang kebenaran ini sendiri. Mereka lebih atau kurang sepenuhnya memahami keterbatasan-keterbatasan dari Kitab Suci ini, tetapi mereka adalah pengecut-pengecut moral, tidak jujur secara intelektual. Mereka tahu kebenaran mengenai tulisan-tulisan suci, tetapi mereka lebih memilih untuk menyembunyikan fakta-fakta yang mengganggu tersebut dari rakyat. Dan dengan demikian mereka menyesatkan dan menyelewengkan Kitab Suci, membuatnya menjadi panduan untuk perincian-perincian yang memperbudak untuk kehidupan sehari-hari dan suatu otoritas dalam hal-hal yang bukan rohani, bukannya menarik ke tulisan-tulisan suci itu sebagai penyimpanan kebijaksanaan moral, inspirasi keagamaan, dan ajaran rohani dari orang-orang yang mengenal Tuhan dari generasi-generasi yang lalu.”
159:4.11 Natanael dicerahkan, dan dikejutkan, oleh pernyataan Guru itu. Dia lama merenungkan pembicaraan ini dalam jiwanya, tetapi ia tidak memberitahukan siapapun mengenai temu wicara ini sampai setelah kenaikan Yesus; dan bahkan kemudian ia kuatir untuk menyampaikan cerita lengkap tentang petunjuk Guru itu.
159:5.1 Di Filadelfia, di mana Yakobus sedang bekerja, Yesus mengajar para murid tentang sifat positif dari injil kerajaan. Dalam pembicaraannya, dia menyatakan bahwa beberapa bagian dari Kitab Suci lebih mengandung kebenaran daripada yang lain dan menasihatkan para pendengarnya untuk memberi makan jiwa mereka dengan makanan rohani yang terbaik, ketika itu Yakobus memotong pembicaraan Guru, bertanya: “Apakah engkau berkenan, Guru, untuk menunjukkan kepada kami bagaimana kami dapat memilih bagian-bagian yang lebih baik dari Kitab Suci untuk manfaat rohani pribadi kami?” dan Yesus menjawab: "Ya, Yakobus, ketika kamu membaca Kitab Suci carilah ajaran-ajaran yang secara kekal benar dan yang secara ilahi indah, seperti:
159:5.2 “Jadikanlah hatiku tahir, ya Tuhan.[23]
159:5.3 “Tuhan adalah gembalaku; takkan kekurangan aku.[24]
159:5.4 “Kamu harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.[25]
159:5.5 “Sebab Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.[26]
159:5.6 “dan bangsa-bangsa tidak akan lagi belajar perang.”[27]
159:5.7 Dan ini adalah contoh dari cara Yesus, hari demi hari, mengambil yang terbaik dari kitab-kitab suci Ibrani untuk pelajaran terhadap para pengikutnya dan untuk dimasukkan ke dalam ajaran injil baru kerajaan. Agama-agama lain telah menyarankan pemikiran tentang kedekatan Tuhan kepada manusia, tetapi Yesus membuat pemeliharaan Tuhan bagi manusia itu seperti perhatian dari seorang ayah yang penuh kasih untuk kesejahteraan anak-anak yang tergantung kepadanya dan kemudian membuat ajaran ini menjadi batu penjuru agamanya. Dan dengan demikian doktrin tentang kebapaan Tuhan itu mengharuskan praktek persaudaraan manusia. Penyembahan Tuhan dan pelayanan manusia itu menjadi jumlah dan intisari agamanya. Yesus mengambil yang terbaik dari agama Yahudi dan menerjemahkannya ke suatu tatanan yang pantas dalam ajaran-ajaran baru injil kerajaan.
159:5.8 Yesus menempatkan roh untuk tindakan positif ke dalam doktrin-doktrin pasif agama Yahudi[28]. Menggantikan kepatuhan negatif pada persyaratan upacara, Yesus memerintahkan perbuatan positif sebagai apa yang diwajibkan agama barunya terhadap mereka yang menerimanya. Agamanya Yesus terdiri tidak hanya dalam mempercayai, tetapi benar-benar melakukan, hal-hal tertentu yang injil kehendaki. Dia tidak mengajarkan bahwa esensi agamanya terdiri dalam pelayanan sosial, melainkan bahwa pelayanan sosial adalah salah satu hasil yang pasti dari memiliki roh agama yang benar.
159:5.9 Yesus tidak ragu-ragu untuk mengambil bagian yang lebih baik dari Kitab Suci sementara dia menolak bagian yang kurang baik. nasihatnya yang besar, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” dia ambil dari Kitab Suci yang berbunyi: “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri[29][30].” Yesus mengambil bagian positif dari Kitab Suci ini sedangkan menolak bagian negatifnya. Dia bahkan menentang anti-perlawanan yang negatif atau murni pasif. Katanya: “Ketika musuh memukulmu pipi yang satu, jangan diam di sana bodoh dan pasif tetapi dalam sikap positif berikan yang lain; yaitu, lakukan hal yang terbaik secara aktif untuk memimpin saudaramu yang dalam kesalahan itu agar menjauh dari jalan yang jahat ke dalam cara hidup benar yang lebih baik[31].” Yesus menyuruh pengikutnya untuk bereaksi positif dan agresif terhadap setiap situasi kehidupan. Memberikan pipi yang lain, atau tindakan apapun yang mungkin menjadi contohnya, adalah menuntut inisiatif, mengharuskan ekspresi yang kuat, aktif, dan berani dari kepribadian orang percaya itu.
159:5.10 Yesus tidak menganjurkan praktek penundukan diri yang negatif terhadap penghinaan dari orang-orang yang mungkin sengaja berusaha untuk menimpakan kejahatan kepada para praktisi anti-perlawanan itu, melainkan bahwa para pengikutnya harus bijak dan waspada dalam reaksi baik yang cepat dan positif pada kejahatan dengan tujuan agar mereka dapat secara efektif mengalahkan kejahatan dengan kebaikan[32]. Jangan lupa, kebaikan yang sungguh itu selalu lebih kuat daripada kejahatan yang paling ganas. Guru mengajarkan standar positif untuk kebajikan hidup: “Barang siapa ingin menjadi muridku, biarkan ia tidak mempedulikan dirinya sendiri dan memikul takaran penuh tanggung jawabnya sehari-hari untuk mengikuti aku[33].” Dan dia menghidupinya sendiri dalam hal bahwa “ia berkeliling berbuat baik[34].” Dan aspek injil ini digambarkan dengan baik oleh banyak perumpamaan yang belakangan ia katakan kepada para pengikutnya. Dia tidak pernah mendesak pengikutnya untuk dengan sabar menanggung kewajiban mereka melainkan dengan energi dan antusiasme untuk menghidupinya sampai ukuran penuh tanggung jawab manusiawi dan hak istimewa ilahi mereka dalam kerajaan Tuhan.
159:5.11 Ketika Yesus mengajar para rasulnya agar mereka harus, ketika seseorang dengan tidak adil mengambil mantel, menawarkan pakaian lainnya, ia tidak mengacu untuk pakaian kedua secara harfiah namun ide melakukan sesuatu yang positif untuk menyelamatkan pelaku kesalahan itu, menggantikan saran lama untuk membalas “mata ganti mata” dan seterusnya[35][36]. Yesus membenci ide pembalasan ataupun juga menjadi hanya penderita pasif atau korban dari ketidakadilan. Pada kesempatan ini dia mengajari mereka tiga cara untuk melawan, dan menolak, kejahatan:
159:5.12 1. Membalas kejahatan dengan kejahatan -- metode positif tetapi tidak benar.
159:5.13 2. Menderita kejahatan tanpa keluhan dan tanpa perlawanan -- metode murni negatif.
159:5.14 3. Membalas kejahatan dengan kebaikan, untuk menegaskan kehendak sehingga menjadi penguasa atas situasi, untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan -- metode positif dan benar.
159:5.15 Salah seorang rasul pernah bertanya: “Guru, apa yang harus kulakukan jika orang asing memaksaku untuk membawa barang bebannya sejauh satu mil?” Jawab Yesus: “Jangan duduk dan menghela napas lega sementara kamu di belakang mencaci maki orang asing itu. Kebajikan bukan berasal dari sikap pasif seperti itu. Jika kamu dapat memikirkan apapun yang lebih efektif positif untuk dilakukan, kamu setidaknya dapat membawa beban itu untuk mil kedua. Kemauan itu pasti menantang orang asing yang tidak benar dan tidak bertuhan itu.”[37]
159:5.16 Orang Yahudi telah mendengar tentang Tuhan yang akan mengampuni orang-orang berdosa yang bertobat dan mencoba untuk melupakan kesalahan-kesalahan mereka, tetapi baru setelah Yesus datang, manusia mendengar tentang Tuhan yang pergi mencari domba yang hilang, yang mengambil inisiatif dalam mencari orang-orang berdosa, dan yang bersukacita ketika Ia menemukan mereka bersedia untuk kembali ke rumah Bapa[38][39][40]. Nada positif dalam agama ini diperluas Yesus bahkan ke doa-doanya. Dan dia mengubah aturan emas negatif menjadi suatu anjuran positif tentang keadilan manusia[41][42].
159:5.17 Dalam semua pengajarannya Yesus selalu menghindari rincian yang mengganggu. Dia menjauhi bahasa berbunga-bunga dan menghindari penggambaran semata-mata puitis bermain pada kata-kata. Dia terbiasa menempatkan makna-makna besar menjadi pernyataan-pernyataan kecil. Untuk tujuan ilustrasi Yesus membalik makna saat itu terhadap banyak istilah, seperti garam, ragi, menangkap ikan, dan anak-anak kecil. Dia paling efektif menggunakan antitesis, membandingkan menit dengan yang tak terbatas dan seterusnya. Gambarannya mencolok, seperti, “Orang buta menuntun orang buta[43].” Tetapi kekuatan terbesar yang dapat ditemukan dalam contoh pengajarannya adalah hal alaminya. Yesus membawa filsafat agama dari surga turun ke bumi. Dia menggambarkan kebutuhan dasar jiwa dengan suatu wawasan baru dan suatu penganugerahan kasih sayang yang baru.
159:6.1 Misi empat minggu di Dekapolis itu cukup berhasil. Ratusan jiwa diterima ke dalam kerajaan, dan para rasul dan penginjil memiliki pengalaman berharga dalam menjalankan pekerjaan mereka tanpa inspirasi dari kehadiran pribadi langsung Yesus.
159:6.2 Pada hari Jumat, 16 September, seluruh korps pekerja dikumpulkan sesuai pengaturan sebelumnya di Taman Magadan. Pada hari Sabat sebuah sidang lebih dari seratus orang percaya diselenggarakan dan waktu itu rencana masa depan untuk memperluas pekerjaan kerajaan sepenuhnya dipertimbangkan. Para utusannya Daud Zebedeus hadir dan membuat laporan mengenai kesejahteraan orang-orang percaya di seluruh Yudea, Samaria, Galilea, dan wilayah-wilayah yang bersebelahan.
159:6.3 Sedikit pengikut Yesus saat ini yang sepenuhnya menghargai nilai besar dari jasa korps kurir itu. Tidak hanya para utusan itu menjaga orang-orang percaya di seluruh Palestina tetap berhubungan satu sama lain dan dengan Yesus dan para rasul, tetapi selama hari-hari sulit ini mereka juga bertugas sebagai pengumpul dana, tidak hanya untuk kebutuhan hidup Yesus dan rekan-rekannya, tetapi juga untuk dukungan keluarga dua belas rasul dan dua belas penginjil.
159:6.4 Sekitar pada saat ini Abner memindahkan markas operasinya dari Hebron ke Betlehem, dan tempat yang terakhir ini juga merupakan markas besar di Yudea untuk para utusan Daud. Daud mempertahankan suatu layanan kurir estafet semalam antara Yerusalem dan Betsaida. Pelari-pelari ini meninggalkan Yerusalem setiap malam, berganti di Sikhar dan Scythopolis, tiba di Betsaida saat sarapan pagi hari berikutnya.
159:6.5 Yesus dan rekan-rekannya sekarang bersiap untuk mengambil istirahat satu minggu sebelum mereka siap untuk memulai babak terakhir dari pekerjaan mereka demi kerajaan. Ini adalah istirahat terakhir mereka, karena misi Perea berkembang menjadi kampanye berkhotbah dan mengajar yang memanjang tepat hingga waktu kedatangan mereka di Yerusalem dan pada waktu diperankannya babak-babak penutup karier buminya Yesus.