© 2020 Yayasan Urantia
Makalah 171. Dalam Perjalanan ke Yerusalem |
Indeks
Beberapa versi |
Makalah 173. Hari Senin di Yerusalem |
172:0.1 YESUS dan rasul-rasul tiba di Betania tak lama setelah jam empat pada hari Jumat sore, 31 Maret, 30 M. Lazarus, saudari-saudari perempuannya, dan teman-teman mereka sedang menunggu mereka; dan karena begitu banyak orang datang setiap hari untuk berbicara dengan Lazarus tentang kebangkitannya, Yesus diberitahu bahwa pengaturan telah dibuat baginya untuk tinggal dengan orang percaya yang bertetangga, seorang bernama Simon, warga terkemuka di desa kecil itu sejak meninggalnya ayah Lazarus.
172:0.2 Malam itu, Yesus menerima banyak pengunjung, dan rakyat biasa di Betania serta Betfage melakukan yang terbaik untuk membuatnya merasa diterima. Meskipun banyak yang berpikir Yesus sekarang akan masuk ke Yerusalem, bertentangan terang-terangan dengan keputusan mati dari Sanhedrin, untuk memproklamirkan dirinya raja orang Yahudi, namun keluarga Betania—Lazarus, Marta dan Maria—lebih menyadari sepenuhnya bahwa Guru itu bukan raja yang seperti itu; mereka samar-samar merasa bahwa ini mungkin menjadi kunjungan terakhirnya ke Yerusalem dan Betania.
172:0.3 Imam-imam kepala diberitahu bahwa Yesus menginap di Betania, tetapi mereka pikir terbaik untuk tidak berusaha menangkapnya di tengah teman-temannya; mereka memutuskan untuk menunggu kedatangannya masuk Yerusalem[1]. Yesus tahu tentang semua ini, tapi dia tetap tenang dengan agungnya; teman-temannya tidak pernah melihatnya lebih tenang dan menyenangkan; bahkan para rasul terheran-heran karena dia tidak begitu peduli ketika Sanhedrin telah memanggil semua orang Yahudi agar menyerahkan dia ke tangan mereka. Sementara Guru tidur malam itu, para rasul menjaganya berdua-dua, dan banyak dari mereka yang menyandang pedang. Keesokan paginya mereka terbangun oleh ratusan musafir yang datang keluar dari Yerusalem, sekalipun pada hari Sabat, untuk menemui Yesus dan Lazarus, yang telah dia bangkitkan dari antara orang mati[2].
172:1.1 Para musafir dari luar Yudea, serta para penguasa Yahudi, semua telah bertanya: “Apa yang kalian pikirkan? Apakah Yesus akan datang ke perayaan?” Karena itu, ketika orang-orang mendengar bahwa Yesus berada di Betania, mereka gembira, tapi imam-imam kepala dan orang Farisi menjadi agak bingung[3]. Mereka senang memiliki dia di wilayah kewenangan mereka, tetapi mereka sedikit digelisahkan oleh keberaniannya; mereka ingat bahwa pada kunjungan sebelumnya ke Betania, Lazarus telah dibangkitkan dari yang mati, dan Lazarus itu sedang menjadi masalah besar bagi musuh-musuh Yesus.
172:1.2 Enam hari sebelum Paskah, pada malam setelah Sabat, seluruh Betania dan Betfage bergabung merayakan kedatangan Yesus dengan suatu perjamuan umum di rumah Simon[4]. Jamuan makan malam ini adalah untuk menghormati Yesus dan juga Lazarus; jamuan itu dilaksanakan dengan menentang Sanhedrin. Martha mengatur penyajian makanan; adiknya Maria ada di antara para penonton wanita karena melawan adat orang Yahudi jika seorang wanita duduk dalam perjamuan umum. Para agen Sanhedrin hadir, tetapi mereka takut untuk menangkap Yesus di tengah teman-temannya.
172:1.3 Yesus berbicara dengan Simon tentang Yosua zaman dahulu, yang senama dengan dia, dan menceritakan bagaimana Yosua dan orang-orang Israel telah datang ke Yerusalem melalui Yerikho. Waktu mengomentari legenda tembok Yerikho yang runtuh, Yesus berkata: “Aku tidak peduli dengan tembok bata dan batu itu; tapi aku akan menyebabkan tembok-tembok prasangka, pembenaran diri sendiri, dan kebencian akan runtuh menghadapi pemberitaan mengenai kasih Bapa untuk semua orang[5].”
172:1.4 Perjamuan berlangsung dengan cara yang sangat meriah dan normal kecuali bahwa semua rasul itu waspada tidak seperti biasanya. Yesus teristimewa riang dan bermain dengan anak-anak sampai waktunya datang ke meja.
172:1.5 Tidak ada yang luar biasa terjadi sampai menjelang penutupan pesta ketika Maria adik Lazarus melangkah maju dari antara kelompok penonton perempuan dan, naik ke tempat Yesus berbaring sebagai tamu kehormatan, melanjutkan dengan membuka buli-buli pualam besar berisi minyak yang sangat langka dan mahal; dan setelah mengurapi kepala Guru, ia mulai menuangkannya pada kakinya sementara ia menurunkan rambutnya dan menyekanya dengan itu. Seluruh rumah menjadi penuh dengan bau minyak wangi, dan semua orang yang hadir heran pada apa yang telah dilakukan Maria[6]. Lazarus tidak mengatakan apa-apa, tapi ketika beberapa orang menggerutu, menunjukkan ketidak-senangan karena minyak yang begitu mahal digunakan seperti itu, Yudas Iskariot melangkah ke tempat Andreas berbaring dan berkata: “Mengapa minyak ini tidak dijual dan uangnya diberikan untuk memberi makan orang miskin? Kamu harus berbicara kepada Guru agar dia menegur pemborosan seperti itu.”
172:1.6 Yesus, mengetahui apa yang mereka pikir dan mendengar apa yang mereka katakan, meletakkan tangannya di atas kepala Maria saat ia berlutut di sisinya dan, dengan raut wajah ramah mengatakan: “Biarkanlah dia, masing-masing kalian. Mengapa kalian mempermasalahkan dia tentang hal ini, melihat bahwa dia telah melakukan hal yang baik dalam hatinya? Bagi kamu yang menggerutu dan mengatakan bahwa minyak ini seharusnya dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin, aku katakan bahwa kamu memiliki orang-orang miskin selalu bersamamu sehingga kamu dapat melayani mereka kapan saja tampaknya baik bagi kamu; tapi aku tidak akan selalu bersamamu; aku pergi segera kepada Bapaku. Perempuan ini telah lama menyimpan minyak ini untuk tubuhku pada penguburannya, dan sekarang bahwa tampak baik baginya untuk membuat pengurapan ini sebagai persiapan untuk kematianku, dia tidak boleh dilarang dari kepuasan tersebut. Dalam perbuatan ini, Maria telah menegur kamu semua bahwa dengan tindakan ini dia telah menunjukkan iman pada apa yang aku telah katakan tentang kematianku dan kenaikan kepada Bapaku di surga. Wanita ini tidak boleh ditegur untuk apa yang telah dia lakukan malam ini; sebaliknya aku katakan kepada kamu bahwa dalam zaman-zaman yang akan datang, dimana saja injil ini akan diberitakan di seluruh dunia, apa yang telah dia lakukan akan disebutkan sebagai kenangan akan dia.”[7]
172:1.7 Karena teguran inilah, yang ia ambil sebagai teguran pribadi, maka Yudas Iskariot pada akhirnya memutuskan untuk membalas dendam karena sakit hatinya[8]. Berkali-kali telah ia menyimpan ide-ide seperti itu dalam bawah sadarnya, tapi sekarang ia berani memikirkan pikiran-pikiran jahat tersebut dalam pikiran terbuka dan sadarnya. Dan banyak orang yang lain mendorong dia dalam sikap ini karena biaya minyak ini adalah jumlah yang sama dengan pendapatan satu orang selama satu tahun—cukup untuk menyediakan roti bagi lima ribu orang[9]. Tetapi Maria mengasihi Yesus; ia telah menyediakan minyak berharga ini yang dapat digunakan untuk membalsem tubuhnya dalam kematian, karena ia percaya kata-katanya ketika dia memperingatkan mereka di muka bahwa dia harus mati, dan tidak boleh dilarang jika Maria berubah pikiran dan memilih untuk memberikan persembahan ini pada Guru sementara dia masih hidup.
172:1.8 Baik Lazarus dan Martha tahu bahwa Maria telah lama menyimpan uang untuk membeli buli-buli narwastu (spikenard) ini, dan mereka sepenuh hati menyetujui ia melakukan seperti yang hatinya inginkan dalam hal itu, karena mereka orang kaya dan bisa dengan mudah mampu membuat persembahan seperti itu.
172:1.9 Ketika imam-imam kepala mendengar tentang makan malam di Betania untuk Yesus dan Lazarus ini, mereka mulai berembuk di antara mereka sendiri tentang apa yang harus dilakukan pada Lazarus. Dan segera mereka memutuskan bahwa Lazarus juga harus mati. Mereka dengan benar menyimpulkan bahwa tak ada gunanya untuk membunuh Yesus jika mereka membiarkan Lazarus, yang dia telah bangkitkan dari antara orang mati itu, untuk tetap hidup.
172:2.1 Pada hari Minggu pagi ini, di taman yang indah milik Simon, Guru memanggil dua belas rasulnya ke sekelilingnya dan memberi mereka petunjuk terakhir mereka sebagai persiapan untuk memasuki Yerusalem. Dia mengatakan kepada mereka bahwa ia mungkin akan menyampaikan banyak pidato dan mengajarkan banyak pelajaran sebelum kembali kepada Bapa, tetapi menyarankan para rasul untuk menahan diri dari melakukan pekerjaan publik selama kunjungan Paskah di Yerusalem ini. Dia menyuruh mereka untuk tetap berada di dekatnya dan untuk “berjaga dan berdoa.” Yesus mengetahui bahwa banyak dari para rasul dan pengikut langsungnya saat itu juga membawa pedang yang disembunyikan di badan mereka, tapi dia tidak mengacu pada fakta ini.
172:2.2 Instruksi pagi ini mencakup ulasan singkat tentang pelayanan mereka dari hari pentahbisan mereka dekat Kapernaum sampai pada hari ini ketika mereka sedang bersiap-siap untuk memasuki Yerusalem. Para rasul mendengarkan dengan diam; mereka tidak mengajukan pertanyaan.
172:2.3 Pagi-pagi itu Daud Zebedeus telah menyerahkan kepada Yudas dana yang diperoleh dari penjualan peralatan perkemahan Pella, dan Yudas, pada gilirannya, telah menempatkan sebagian besar uang ini di tangan Simon, tuan rumah mereka, untuk disimpan sebagai persiapan terhadap kebutuhan-kebutuhan mendesak mereka masuk ke Yerusalem.
172:2.4 Setelah rapat dengan para rasul Yesus berbicara dengan Lazarus dan menyuruh dia agar menghindari pengorbanan hidupnya terhadap dendam Sanhedrin. Dalam ketaatan pada peringatan inilah maka Lazarus, beberapa hari kemudian, melarikan diri ke Filadelfia ketika pejabat-pejabat Sanhedrin menyuruh orang-orang untuk menangkapnya.
172:2.5 Di satu sisi, semua pengikut Yesus merasakan krisis yang di ambang pintu, tapi mereka dicegah dari sepenuhnya merasakan keseriusan hal itu oleh keceriaan yang tidak biasa dan humor baik yang istimewa dari sang Guru.
172:3.1 Betania berada sekitar tiga kilometer dari bait suci, dan jam setengah dua Minggu sore itu Yesus siap untuk berangkat ke Yerusalem. Dia memiliki perasaan sayang yang mendalam bagi Betania dan penduduknya yang sederhana itu. Nazaret, Kapernaum, dan Yerusalem telah menolaknya, tapi Betania telah menerimanya, telah percaya kepadanya. Dan di desa kecil inilah, dimana hampir setiap pria, wanita, dan anak-anak adalah orang percaya, dia memilih untuk melakukan karya terbesar dari penganugerahan buminya, kebangkitan Lazarus. Dia tidak membangkitkan Lazarus agar penduduk desa dapat percaya, melainkan karena mereka sudah percaya.
172:3.2 Sepanjang pagi Yesus telah berpikir tentang masuknya ke Yerusalem. Sampai saat itu dia selalu berusaha untuk menekan semua pengakuan publik tentang dia sebagai Mesias, tapi itu berbeda sekarang; dia mendekati akhir kariernya dalam daging, kematiannya telah diputuskan oleh Sanhedrin, dan tidak ada kerugian membiarkan murid-muridnya untuk memberikan ekspresi bebas pada perasaan mereka, seperti yang mungkin terjadi jika dia memilih untuk masuk secara resmi dan publik ke dalam kota.
172:3.3 Yesus tidak memutuskan untuk masuk secara publik ke Yerusalem ini sebagai upaya terakhir untuk dukungan orang banyak atau sebagai raihan akhir untuk kekuasaan. Dia juga tidak melakukannya sama sekali untuk memenuhi kerinduan manusiawi para murid dan rasulnya. Yesus sama sekali tidak membayangkan ilusi-ilusi sebagai pemimpi fantastis; dia tahu benar apa yang akan menjadi hasil dari kunjungan ini.
172:3.4 Setelah memutuskan masuk secara publik ke Yerusalem, Guru dihadapkan dengan perlunya memilih metode yang tepat untuk melaksanakan ketetapan hati semacam itu. Yesus memikirkan semua dari yang disebut nubuat-nubuat Mesianis, banyak yang lebih atau kurangnya bertentangan, tetapi tampaknya hanya ada satu yang benar-benar tepat baginya untuk ia ikuti[10]. Sebagian besar ucapan-ucapan kenabian ini melukiskan seorang raja, putra dan penerus Daud, seorang pembebas sementara seluruh Israel yang berani dan agresif dari penindasan dominasi asing. Tetapi ada satu bagian Kitab Suci yang kadang-kadang dikaitkan dengan Mesias oleh mereka yang memegang lebih ke konsep rohani dari misinya, yang Yesus pikir mungkin secara konsisten dapat diambil sebagai panduan untuk rencana masuknya ke Yerusalem. Ayat Kitab Suci ini ditemukan dalam Zakharia, dan berkata: “Bersorak-sorailah dengan nyaring, hai putri Sion; bersorak-sorailah, hai putri Yerusalem. Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai jantan, seekor keledai beban yang muda, (anak dari kuda dan induk keledai).”[11]
172:3.5 Seorang raja prajurit selalu memasuki kota menunggang kuda; seorang raja dalam misi perdamaian dan persahabatan selalu masuk dengan menunggang seekor keledai. Yesus tidak mau memasuki Yerusalem sebagai seorang laki-laki di atas kuda, tetapi dia bersedia untuk masuk secara damai dan dengan niat baik sebagai Anak Manusia naik seekor keledai.
172:3.6 Yesus telah lama mencoba dengan pengajaran langsung untuk menekankan kepada para rasulnya dan murid-muridnya bahwa kerajaannya itu bukan dari dunia ini, bahwa kerajaan itu adalah murni perkara rohani; tetapi dia tidak berhasil dalam upaya ini. Sekarang, apa yang telah dia gagal lakukan dengan pengajaran yang jelas dan pribadi, dia akan berusaha untuk mencapainya dengan suatu daya tarik simbolis. Oleh karena itu, tepat setelah makan siang, Yesus memanggil Petrus dan Yohanes, dan setelah menyuruh mereka untuk pergi ke Betfage, sebuah desa tetangga yang sedikit di luar jalan utama dan tidak jauh di sebelah barat laut Betania, ia lebih lanjut mengatakan: “Pergilah ke Betfage, dan ketika kamu sampai ke persimpangan jalan, kamu akan menemukan anak dari seekor keledai diikat di sana. Lepaskan keledai muda itu dan bawalah kembali bersama kamu. Jika ada yang bertanya mengapa kamu melakukan hal ini, katakan saja, 'Guru telah membutuhkannya.'” Dan setelah kedua rasul itu pergi ke Betfage seperti Guru suruhkan, mereka menemukan keledai muda itu tertambat di dekat induknya di jalan terbuka dan dekat dengan rumah di sudut. Saat Petrus mulai membuka ikatan keledai itu, pemiliknya datang dan bertanya mengapa mereka melakukan ini, dan ketika Petrus menjawabnya seperti yang Yesus telah suruhkan, orang itu berkata: “Jika Gurumu itu adalah Yesus dari Galilea, biarlah dia memiliki keledai muda itu[12].” Maka mereka kembali membawa keledai itu bersama mereka.[13]
172:3.7 Pada saat ini beberapa ratus musafir telah berkumpul sekitar Yesus dan para rasulnya. Sejak pertengahan pagi para pengunjung yang lewat dalam perjalanan mereka ke Paskah telah menunggu. Sementara itu, Daud Zebedeus dan beberapa mantan rekan utusannya memutuskan sendiri untuk buru-buru pergi ke Yerusalem, dimana mereka secara efektif menyebarkan laporan di antara kerumunan musafir yang berkunjung di seputar bait suci bahwa Yesus dari Nazaret sedang membuat pawai kemenangan masuk ke dalam kota. Oleh karena itu, beberapa ribu pengunjung ini berbondong-bondong keluar untuk menyambut nabi dan pembuat mujizat yang banyak dibicarakan ini, yang beberapa meyakininya sebagai Mesias. Orang banyak ini, yang keluar dari Yerusalem, bertemu Yesus dan kerumunan orang yang masuk ke kota tepat setelah mereka melewati punggung Bukit Zaitun dan mulai turun ke dalam kota[14].
172:3.8 Sementara arak-arakan dimulai dari Betania, terjadi antusiasme yang besar di kalangan kerumunan meriah para murid, orang percaya, dan musafir yang berkunjung, banyak yang berasal dari Galilea dan Perea. Tepat sebelum mereka mulai, dua belas wanita dari korps wanita yang asli, disertai oleh beberapa rekan mereka, tiba di lokasi dan bergabung dengan prosesi yang unik ini sementara bergerak dengan riang gembira ke arah kota.
172:3.9 Sebelum mereka berangkat, si kembar Alfeus menaruh jubah-jubah mereka di atas keledai dan memeganginya sementara Guru naik. Sementara arak-arakan bergerak menuju puncak Bukit Zaitun, kerumunan meriah melemparkan pakaian-pakaian mereka di tanah dan membawa ranting dari pohon-pohon yang berdekatan untuk membuat karpet kehormatan bagi keledai yang membawa sang Putra kerajaan, Mesias yang dijanjikan. Sementara kerumunan riang itu bergerak ke arah Yerusalem, mereka mulai bernyanyi, atau lebih tepatnya berteriak serempak, Mazmur, “Hosana bagi Anak Daud; diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan[15][16]. Hosana di tempat yang mahatinggi. Diberkatilah kerajaan yang turun dari surga.”
172:3.10 Hati Yesus ringan dan ceria saat mereka bergerak bersama hingga dia tiba di punggung Bukit Zaitun, di mana kota dan menara-menara bait suci terpampang penuh dalam pandangan; di sana Guru menghentikan pawai, dan keheningan besar menimpa semua orang karena mereka melihat dia menangis. Melihat ke atas kepada orang banyak yang datang keluar dari kota untuk menyambutnya, Guru, dengan emosi besar dan dengan suara penuh tangis, mengatakan: “O Yerusalem, jika saja kamu tahu, kamu pun, setidaknya dalam harimu ini, hal-hal yang termasuk pada damaimu, dan yang kamu bisa miliki dengan begitu cuma-cuma! Tapi sekarang kemuliaan-kemuliaan ini akan disembunyikan dari matamu. Kamu akan hendak menolak Putra Damai dan berpaling dari injil keselamatan. Hari-hari akan segera datang ke atas kamu ketika musuh-musuhmu akan menggali parit sekeliling sekitarmu dan mengepung kamu pada setiap sisi; mereka akan benar-benar menghancurkan kamu, sedemikian rupa sehingga tidak satu batu pun yang akan dibiarkan di atas yang lain. Dan semua ini akan menimpa kamu karena kamu tidak tahu waktu kunjungan ilahi kepadamu. Kamu hendak menolak pemberian Tuhan, dan semua orang akan menolak kamu[17].”
172:3.11 Setelah dia selesai berbicara, mereka mulai menuruni Bukit Zaitun dan segera bergabung dengan banyak pengunjung yang telah datang dari Yerusalem melambaikan daun-daun palem, menyerukan hosana, dan dengan kata lain menyatakan rasa gembira dan persekutuan yang baik. Guru tidak merencanakan bahwa kerumunan orang banyak ini akan keluar dari Yerusalem untuk menemui mereka; itu adalah pekerjaan orang-orang lain. Dia tidak pernah merencanakan sebelumnya sesuatu yang dramatis.
172:3.12 Seiring dengan orang banyak yang mengalir untuk menyambut Guru, datanglah juga banyak orang Farisi dan musuh-musuhnya yang lain. Mereka begitu gelisah oleh letupan pengakuan orang banyak yang tiba-tiba dan tak terduga ini sehingga mereka takut untuk menangkapnya supaya jangan sampai tindakan tersebut memicu pemberontakan terbuka rakyat. Mereka sangat takut akan sikap sejumlah besar pengunjung, yang telah mendengar banyak tentang Yesus, dan karena banyak dari mereka percaya kepadanya.
172:3.13 Saat mereka mendekati Yerusalem, orang banyak menjadi lebih demonstratif, begitu rupa sehingga beberapa orang Farisi berusaha berjalan di sisi Yesus dan berkata: “Guru, engkau harus menegur murid-muridmu dan mendorong mereka untuk berperilaku lebih pantas.” Jawab Yesus: “Sudah selayaknya anak-anak ini harus menyambut Putra Damai, yang imam-imam kepala telah tolak. Akan sia-sia untuk menghentikan mereka kalau tidak maka menggantikan mereka batu-batu di pinggir jalan ini akan berteriak[18].”
172:3.14 Orang-orang Farisi bergegas mendahului pawai untuk bergabung kembali dengan Sanhedrin, yang saat itu sedang dalam pertemuan di bait suci, dan mereka melaporkan kepada rekan-rekan mereka: “Lihat, semua yang kita lakukan itu sia-sia; kita dibingungkan oleh orang Galilea ini. Orang-orang menjadi gila karenanya; jika kita tidak menghentikan orang-orang bodoh ini, seluruh dunia akan mengikutinya[19].”
172:3.15 Benar-benar tidak ada makna mendalam yang perlu dikaitkan dengan ledakan antusiasme populer orang banyak yang dangkal dan spontan ini. Sambutan ini, meskipun gembira dan tulus, tidak menunjukkan suatu keyakinan nyata atau mendalam dalam hati orang banyak yang bergembira ini. Kerumunan orang banyak yang sama ini juga yang sama-sama bersedia dengan cepat menolak Yesus belakangan pada minggu ini begitu Sanhedrin mengambil sikap yang kuat dan pasti melawan dia, dan ketika mereka menjadi kecewa—ketika mereka menyadari bahwa Yesus tidak akan mendirikan kerajaan sesuai dengan harapan yang lama mereka idam-idamkan.
172:3.16 Namun demikian seluruh kota itu gempar, sedemikian rupa sehingga semua orang bertanya, “Siapa orang ini?” Dan orang banyak itu menjawab, “Inilah nabi dari Galilea, Yesus dari Nazaret[20].”
172:4.1 Sementara kembar Alfeus mengembalikan keledai kepada pemiliknya, Yesus dan sepuluh rasul melepaskan diri dari rekan-rekan dekat mereka dan berjalan-jalan sekitar bait suci, melihat persiapan untuk Paskah[21]. Tidak dilakukan upaya untuk menganiaya Yesus karena Sanhedrin sangat takut pada orang banyak, dan hal itu, bagaimanapun juga, adalah salah satu alasan Yesus membiarkan orang banyak itu menyambut dirinya seperti itu. Para rasul sedikit mengerti bahwa ini adalah satu-satunya prosedur manusiawi yang bisa efektif untuk mencegah penangkapan langsung Yesus pada saat memasuki kota. Guru ingin untuk memberikan para penduduk Yerusalem, yang tinggi dan yang rendah, serta puluhan ribu pengunjung Paskah, kesempatan satu lagi dan terakhir ini untuk mendengar injil dan menerima Putra Damai itu, jika mereka mau.
172:4.2 Dan sekarang, saat malam menjelang dan orang banyak pergi mencari makan, Yesus dan para pengikut-pengikut dekatnya ditinggalkan sendirian. Alangkah aneh hari itu! Para rasul termangu-mangu, tetapi tidak bisa berkata-kata. Tidak pernah, dalam beberapa tahun hubungan mereka dengan Yesus, mereka melihat hari seperti itu. Selama beberapa saat mereka duduk dekat kas perbendaharaan, menonton orang-orang memasukkan sumbangan mereka: orang kaya menempatkan banyak ke dalam kotak penerimaan dan semua memberikan sesuatu sesuai dengan kadar kepunyaan mereka. Akhirnya datanglah seorang janda miskin, berpakaian sederhana, dan mereka mengamati saat ia memasukkan dua keping (koin tembaga kecil) ke dalam kotak persembahan. Dan kemudian berkatalah Yesus, memanggil perhatian para rasul terhadap janda itu: “Perhatikan dengan baik apa yang baru saja kamu lihat. Janda miskin ini memberikan lebih dari semua yang lain, karena semua orang lain ini, dari kelebihan mereka, memberikan sedikit sebagai pemberian, tapi wanita miskin ini, meskipun berkekurangan, ia memberikan semua yang ia punya, bahkan nafkahnya[22].”
172:4.3 Sementara malam mulai tiba, mereka berjalan sekitar istana-istana bait suci dalam keheningan, dan setelah Yesus mengamati adegan-adegan yang akrab dalam ingatannya ini sekali lagi, mengingat emosi-emosinya sehubungan dengan kunjungan sebelumnya, tidak terkecuali yang terakhir sebelumnya, ia berkata, “Marilah kita pergi ke Betania untuk istirahat kita[23].” Yesus, dengan Petrus dan Yohanes, pergi ke rumah Simon, sementara para rasul yang lain menginap di antara teman-teman mereka di Betania dan Betfage.
172:5.1 Minggu malam ini saat mereka kembali ke Betania, Yesus berjalan di depan para rasul. Tak sepatah kata pun diucapkan sampai mereka berpisah setelah tiba di rumah Simon. Tidak ada dua belas orang yang pernah mengalami emosi yang begitu beragam dan tidak bisa dijelaskan yang saat itu bergelora melalui batin dan jiwa para duta kerajaan ini. Orang-orang Galilea yang kokoh ini bingung dan gelisah; mereka tidak tahu apa yang diharapkan berikutnya; mereka terlalu tercengang sehingga menjadi amat takut. Mereka tidak tahu apa-apa tentang rencana Guru untuk hari berikutnya, dan mereka tidak bertanya apa-apa. Mereka pergi ke penginapan mereka, meskipun mereka tidak tidur banyak, kecuali si kembar. Tetapi mereka tidak melakukan penjagaan bersenjata terhadap Yesus di rumah Simon[24].
172:5.2 Andreas menjadi benar-benar bingung, nyaris hampir linglung. Dia adalah satu-satunya rasul yang tidak secara serius berusaha untuk mengevaluasi ledakan pujian orang banyak. Dia terlalu disibukkan dengan pemikiran akan tanggung jawabnya sebagai kepala korps kerasulan untuk memberikan pertimbangan serius terhadap arti atau makna dari seruan hosana keras dari orang banyak itu. Andreas sibuk mengawasi beberapa rekan-rekannya karena ia takut mungkin terbawa oleh emosi mereka selama kegembiraan, terutama Petrus, Yakobus, Yohanes, dan Simon Zelot. Sepanjang hari ini dan hari-hari segera berikutnya, Andreas terganggu oleh keraguan-keraguan serius, tapi dia tidak pernah mengungkapkan rasa was-was ini pada rekan-rekan kerasulannya. Dia prihatin tentang sikap beberapa dari dua belas yang ia tahu dipersenjatai dengan pedang; tetapi ia tidak tahu bahwa saudaranya sendiri, Petrus, sedang membawa senjata seperti itu. Maka arak-arakan ke Yerusalem itu membuat kesan yang relatif dangkal pada Andreas; dia terlalu sibuk dengan tanggung jawab jabatannya sehingga tidak terpengaruh.
172:5.3 Simon Petrus pada awalnya hampir hanyut oleh manifestasi antusiasme populer ini; tetapi ia amat disadarkan pada saat mereka kembali ke Betania malam itu. Petrus hanya tidak bisa memahami tentang Guru. Dia sangat dikecewakan karena Yesus tidak menindaklanjuti gelombang dukungan populer ini dengan semacam pernyataan. Petrus tidak bisa mengerti mengapa Yesus tidak berbicara kepada orang banyak ketika mereka tiba di bait suci, atau setidaknya mengizinkan salah satu dari para rasul untuk berpidato pada kerumunan orang itu. Petrus adalah seorang pengkhotbah besar, dan ia tidak suka melihat hadirin yang besar, mau menerima, dan antusias seperti itu disia-siakan. Dia akan lebih suka untuk memberitakan injil kerajaan kepada kerumunan itu tepat di sana di bait suci; namun Guru telah secara khusus melarang mereka agar mereka tidak mengajar atau berkhotbah sementara di Yerusalem pada minggu Paskah ini. Reaksi dari prosesi spektakuler masuk ke kota itu membawa petaka bagi Simon Petrus; pada malam hari ia disadarkan dan menjadi sedih tidak kepalang.
172:5.4 Bagi Yakobus Zebedeus, hari Minggu ini adalah hari habis akal dan kebingungan yang mendalam; ia tidak bisa menangkap pemaknaan dari apa yang sedang terjadi; ia tidak bisa memahami tujuan Guru dengan mengizinkan puji-pujian liar ini dan kemudian menolak untuk mengucapkan sepatah kata pun kepada rakyat setelah mereka tiba di bait suci. Sementara prosesi bergerak menuruni Bukit Zaitun menuju Yerusalem, lebih khusus ketika mereka bertemu dengan ribuan musafir yang mengalir maju untuk menyambut Guru, Yakobus terbelah oleh konflik emosi kegembiraan dan kepuasannya terhadap apa yang ia lihat, dan dengan perasaan ketakutan mendalam mengenai apa yang akan terjadi ketika mereka nanti mencapai bait suci. Kemudian ia murung dan dikuasai kekecewaan ketika Yesus turun dari keledai dan melanjutkan dengan berjalan santai sekitar halaman bait suci. Yakobus tidak bisa mengerti alasan membuang sebuah kesempatan yang luar biasa seperti itu untuk memberitakan kerajaan. Menjelang malam, pikirannya dicengkeram oleh ketidakpastian yang menyedihkan dan mengerikan.
172:5.5 Yohanes Zebedeus yang agak memahami mengapa Yesus melakukan ini; setidaknya ia memahami sebagian makna rohani dari apa yang disebut pawai kemenangan masuk ke Yerusalem ini. Sementara orang banyak bergerak menuju bait suci, dan saat Yohanes melihat Gurunya duduk menunggang keledai, dia ingat mendengar Yesus suatu kali pernah mengutip bagian dari Kitab Suci, ucapan Zakharia, yang menggambarkan kedatangan Mesias sebagai insan damai dan berkendara masuk ke Yerusalem di atas keledai[25]. Sementara Yohanes memikir-mikirkan ayat-ayat Kitab Suci ini dalam benaknya, ia mulai memahami makna simbolis dari pertunjukan Minggu sore ini[26]. Setidaknya, ia memahami cukup tentang makna ayat ini untuk memungkinkan dia agak menikmati episode itu dan mencegahnya menjadi terlalu tertekan oleh prosesi kemenangan dengan akhir yang seperti tanpa tujuan jelas ini. Yohanes memiliki jenis pikiran yang secara alami cenderung berpikir dan merasakan dalam lambang-lambang.
172:5.6 Filipus sepenuhnya resah oleh mendadaknya dan spontanitasnya letupan itu. Sementara dalam perjalanan menuruni Bukit Zaitun, ia tidak bisa menata pikirannya sehingga tidak mengerti untuk apa semua demonstrasi itu. Di satu sisi, ia menikmati pertunjukan itu karena Gurunya sedang dihormati. Menjelang saat mereka mencapai bait suci, ia terganggu oleh pikiran bahwa Yesus bisa saja memintanya untuk memberi makan orang banyak, sehingga perilaku Yesus yang berubah menjadi santai menjauh dari keramaian, yang begitu mengecewakan sebagian besar rasul itu, justru sangat melegakan bagi Filipus. Orang banyak kadang kala menjadi cobaan besar untuk pengurus dua belas ini. Setelah ia terbebas dari kekuatiran pribadi tentang kebutuhan jasmani orang banyak ini, Filipus bergabung dengan Petrus dalam ekspresi kekecewaan karena tidak ada yang dilakukan untuk mengajar orang banyak. Malam itu Filipus memikirkan lagi semua pengalaman ini dan tergoda untuk meragukan seluruh gagasan tentang kerajaan; dia dengan jujur menjadi heran tentang apa arti semua hal ini, tetapi ia tidak menyatakan keraguannya kepada siapa pun; ia terlalu mengasihi Yesus. Ia memiliki kepercayaan pribadi yang besar pada Guru.
172:5.7 Natanael, selain dari aspek-aspek perlambang dan nubuatan, adalah yang paling memahami alasan Guru untuk menggalang dukungan populer dari para musafir Paskah. Ia memikirkan bahwa, sebelum mereka mencapai bait suci, bahwa kalau tidak masuk secara demonstratif seperti itu ke Yerusalem, Yesus tentulah akan ditangkap oleh petugas Sanhedrin dan dimasukkan ke dalam penjara saat itu juga dia berani memasuki kota. Karena itu, dia paling tidak terkejut bahwa Guru tidak memanfaatkan lebih lanjut orang banyak yang bersorak-sorai itu sekali dia sudah berada di dalam tembok kota dan dengan demikian telah begitu hebatnya memberi kesan kepada para pemimpin Yahudi agar mereka menghindari agar tidak langsung menangkap dia. Memahami alasan sebenarnya untuk Guru memasuki kota dengan cara ini, Natanael secara alami mengikutinya dengan lebih tenang dan kurang terganggu atau kecewa oleh perilaku Yesus selanjutnya daripada para rasul lainnya. Natanael memiliki keyakinan besar akan pemahaman Yesus terhadap manusia demikian pula akan kebijaksanaan dan kepandaiannya dalam menangani situasi-situasi yang sulit.
172:5.8 Matius pada awalnya tercengang oleh pertunjukan pawai ini. Ia tidak menangkap arti apa yang matanya lihat sampai ia juga mengingat Kitab Suci dalam Zakharia dimana nabi itu telah menyebutkan tentang sukacita Yerusalem karena rajanya datang membawa keselamatan dan naik di atas keledai muda. Saat arak-arakan bergerak ke arah kota dan kemudian mengarah menuju bait suci, Matius menjadi amat gembira; dia yakin bahwa sesuatu yang luar biasa akan terjadi ketika Guru tiba di bait suci di barisan depan orang banyak yang berteriak-teriak ini. Ketika salah seorang Farisi mengejek Yesus, berkata, “Lihat, semuanya, lihat siapa yang datang ke sini, raja orang Yahudi naik keledai!” Matius menjaga tangannya menjauh dari orang itu hanya dengan berusaha kuat menahan diri. Tak satu pun dari dua belas yang lebih tertekan pada perjalanan kembali ke Betania malam itu. Setelah Simon Petrus dan Simon Zelot, ia mengalami ketegangan saraf tertinggi dan berada dalam kondisi kelelahan malam harinya. Tapi paginya Matius banyak terhibur; dia, bagaimanapun, adalah seorang pecundang yang bahagia.
172:5.9 Tomas adalah orang yang paling linglung dan bingung dari seluruh dua belas. Sebagian besar waktu dia hanya mengikutinya, menatap pada tontonan itu dan dengan jujur bertanya-tanya apa yang mungkin menjadi motif Guru untuk ikut serta dalam suatu demonstrasi yang aneh seperti itu. Jauh di dalam hatinya ia menganggap seluruh pertunjukan itu sebagai agak kekanak-kanakan, bahkan betul-betul bodoh. Dia belum pernah melihat Yesus melakukan sesuatu seperti ini dan habis akal untuk menjelaskan perilakunya yang aneh pada hari Minggu sore ini. Pada saat mereka mencapai bait suci, Tomas telah menyimpulkan bahwa tujuan dari demonstrasi populer ini untuk menakut-nakuti Sanhedrin supaya mereka tidak berani segera menangkap Guru. Pada perjalanan kembali ke Betania Tomas berpikir banyak tapi diam saja. Menjelang waktu tidur kepintaran Guru dalam pementasan pawai riuh rendah masuk ke Yerusalem itu mulai membuat kesan yang agak lucu, dan dia banyak terhibur oleh reaksi ini.
172:5.10 Minggu ini dimulai sebagai hari besar bagi Simon Zelot. Dia melihat visi akan pekerjaan ajaib di Yerusalem beberapa hari ke depan, dan dalam hal itu ia benar, tetapi Simon memimpikan pembentukan pemerintahan nasional bangsa Yahudi yang baru, dengan Yesus di atas takhta Daud. Simon melihat kaum nasionalis bertindak segera setelah kerajaan itu diumumkan, dan dirinya sendiri dalam komando tertinggi atas pembentukan pasukan militer kerajaan baru itu. Pada perjalanan turun Bukit Zaitun ia bahkan membayangkan Sanhedrin dan semua simpatisan mereka mati sebelum matahari terbenam hari itu. Ia benar-benar percaya sesuatu yang besar akan terjadi. Ia adalah yang paling berisik dari seluruh orang banyak. Pada pukul lima sore itu ia menjadi seorang rasul yang diam, hancur, dan kecewa. Ia tidak pernah sepenuhnya pulih dari depresi yang menimpa dirinya sebagai akibat dari kejutan hari ini; setidaknya sampai lama setelah kebangkitan Guru.
172:5.11 Bagi si kembar Alfeus ini adalah hari yang sempurna. Mereka benar-benar menikmati sepanjang perjalanan, dan karena tidak hadir (disuruh mengembalikan keledai ke pemiliknya) selama kunjungan diam-diam di sekitar bait suci itu, mereka tidak terkena banyak antiklimaks dari pergolakan populer itu. Mereka tidak bisa memahami perilaku para rasul yang tertunduk ketika mereka kembali ke Betania malam itu. Dalam ingatan kembar, ini adalah selalu hari mereka yang nyaris surga di atas bumi. Hari ini adalah klimaks memuaskan dari seluruh karier mereka sebagai rasul. Dan ingatan dari kegembiraan hari Minggu sore ini membawa mereka melalui semua tragedi dalam minggu yang penuh peristiwa penting ini, sampai ke jam penyaliban. Pawai itu adalah pawai masuk paling tepat seorang raja yang si kembar bisa bayangkan; mereka menikmati setiap momen dari seluruh pawai. Mereka sepenuhnya setuju terhadap semua yang mereka lihat dan lama mengenangnya dalam ingatan.
172:5.12 Dari semua rasul, Yudas Iskariot adalah yang terkena dampak paling buruk dari arak-arakan masuk ke Yerusalem ini. Pikirannya dalam keadaan tidak nyaman karena teguran Guru hari sebelumnya sehubungan dengan pengurapan minyak dari Maria pada pesta di rumah Simon. Yudas merasa jijik melihat seluruh tontonan itu. Baginya hal itu tampak kekanak-kanakan, atau bahkan benar-benar konyol. Saat rasul pendendam ini memandang kegiatan hari Minggu sore ini, bagi dia Yesus tampaknya lebih menyerupai badut dari pada raja. Dia sepenuh hati membenci seluruh acara itu. Ia berbagi pandangan dengan orang Yunani dan Romawi, yang memandang rendah orang yang bersedia naik keledai atau anak keledai. Pada saat prosesi kemenangan telah memasuki kota, Yudas telah hampir mengambil keputusan untuk meninggalkan seluruh ide kerajaan yang seperti itu; ia hampir memutuskan untuk meninggalkan semua upaya jenaka seperti itu untuk mendirikan kerajaan surga. Dan kemudian ia berpikir tentang kebangkitan Lazarus, dan banyak hal lainnya, dan memutuskan untuk tetap tinggal dengan dua belas, setidaknya untuk sehari lagi. Selain itu, ia membawa tas uang, dan ia tidak mau membelot dengan dana kerasulan di tangannya. Dalam perjalanan kembali ke Betania malam itu perilakunya tidak tampak aneh karena semua rasul sama-sama murung dan diam.
172:5.13 Yudas sangat terpengaruh oleh ejekan teman-temannya orang Saduki. Tidak ada faktor tunggal lain yang memberikan pengaruh yang demikian kuat pada dirinya, dalam tekad terakhirnya untuk meninggalkan Yesus dan rekan-rekan rasulnya, seperti episode tertentu yang terjadi tepat ketika Yesus mencapai gerbang kota: Seorang Saduki terkemuka (seorang teman keluarganya Yudas) bergegas ke arahnya dengan semangat ejekan riang gembira dan sambil menampar punggungnya, mengatakan: “Mengapa begitu sedih wajahmu, teman baikku; bergembiralah dan bergabunglah dengan kami semua sementara kami memuji Yesus dari Nazaret sebagai raja orang Yahudi saat ia melalui gerbang-gerbang Yerusalem duduk di atas seekor keledai.” Yudas tidak pernah mengkerut karena penganiayaan, tetapi dia tidak tahan olokan semacam ini. Bersama emosi balas dendam yang sudah lama dipelihara, sekarang bercampur rasa takut diejek yang fatal ini, perasaan yang mengerikan dan takut dipermalukan karena Guru dan sesama rasulnya itu. Di hatinya, duta kerajaan yang ditahbiskan ini sudah menjadi pembelot; yang tersisa baginya hanyalah menemukan suatu alasan yang masuk akal untuk perpecahan terbuka dengan Guru.
Makalah 171. Dalam Perjalanan ke Yerusalem |
Indeks
Beberapa versi |
Makalah 173. Hari Senin di Yerusalem |