© 2020 Yayasan Urantia
186:0.1 SAAT Yesus dan para penuduhnya berangkat menemui Herodes, Guru berpaling ke Rasul Yohanes dan berkata: “Yohanes, kamu tidak dapat berbuat apa-apa lagi bagi aku. Pergilah ke ibuku dan bawa dia untuk melihat aku sebelum aku mati.” Ketika Yohanes mendengar permintaan Gurunya, meskipun enggan untuk meninggalkan dia sendirian di antara musuh-musuhnya, ia bergegas pergi ke Betania, dimana seluruh keluarga Yesus berkumpul menunggu di rumah Marta dan Maria, saudari-saudari Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati.
186:0.2 Beberapa kali selama pagi hari, utusan-utusan telah membawa berita kepada Marta dan Maria mengenai perkembangan pengadilan Yesus. Tapi keluarga Yesus baru mencapai Betania hanya beberapa menit sebelum Yohanes tiba membawa permintaan Yesus untuk melihat ibunya sebelum ia dihukum mati. Setelah Yohanes Zebedeus memberitahukan kepada mereka tentang semua yang telah terjadi sejak penangkapan Yesus tengah malam, Maria, ibu Yesus langsung pergi ditemani Yohanes untuk melihat anak sulungnya. Pada saat Maria dan Yohanes mencapai kota, Yesus, disertai oleh tentara-tentara Romawi yang akan menyalibkan dia, sudah tiba di Golgota.
186:0.3 Ketika Maria ibu Yesus berangkat dengan Yohanes untuk pergi kepada anaknya, adiknya Rut menolak untuk tetap ditinggalkan dengan keluarga yang lain. Karena ia bertekad untuk menemani ibunya, kakaknya Yudas pergi bersamanya. Seluruh keluarga Guru yang lain tetap di Betania di bawah pimpinan Yakobus adik Yesus, dan hampir setiap jam utusan Daud Zebedeus membawa pada mereka laporan mengenai perkembangan urusan mengerikan untuk menjatuhkan hukuman mati terhadap kakak tertua mereka, Yesus dari Nazaret.
186:1.1 Sekitar jam setengah sembilan Jumat pagi ini ketika pemeriksaan Yesus di hadapan Pilatus berakhir dan Guru ditaruh dalam penjagaan para tentara Romawi yang akan menyalibkan dia[1]. Segera setelah orang-orang Romawi itu mengambil alih Yesus, kapten penjaga Yahudi berbaris bersama orang-orangnya kembali ke markas bait suci mereka. Imam-imam kepala dan rekan-rekan Sanhedrinnya mengikuti dari dekat di belakang para penjaga, pergi langsung ke tempat pertemuan biasa mereka di aula batu pahatan di bait suci. Di sini mereka menemukan banyak anggota Sanhedrin yang lain sedang menunggu untuk mengetahui apa yang telah dilakukan terhadap Yesus. Sementara Kayafas membuat laporannya pada Sanhedrin mengenai pengadilan dan penghukuman Yesus, Yudas muncul di depan mereka untuk menuntut upahnya untuk bagian yang telah ia mainkan dalam penangkapan dan hukuman mati Gurunya.
186:1.2 Semua orang Yahudi ini membenci Yudas; mereka memandang pengkhianat itu dengan perasaan sama sekali menghina. Sepanjang pengadilan Yesus di hadapan Kayafas dan selama penampilannya di hadapan Pilatus, Yudas tertusuk dalam hati nuraninya tentang perilaku khianatnya itu[2]. Dan dia juga mulai menjadi agak terbuka matanya mengenai upah yang akan ia terima sebagai pembayaran atas jasanya sebagai pengkhianat Yesus. Dia tidak suka sikap dingin dan acuh tak acuh dari para penguasa Yahudi itu; namun demikian, ia berharap akan diberi imbalan berlimpah untuk perilaku pengecutnya itu. Ia bersiap dipanggil di depan pertemuan penuh Sanhedrin dan di sana mendengar dirinya dipuji-puji sementara mereka memberikan kepadanya gelar kehormatan yang sesuai sebagai hadiah atas layanan besar yang ia banggakan telah ia persembahkan pada bangsanya. Bayangkan, oleh karena itu, betapa terkejutnya pengkhianat yang egois ini ketika seorang hamba imam besar, sambil menepuk bahunya, memanggilnya persis di luar ruangan aula dan berkata: “Yudas, aku telah ditunjuk untuk membayar kamu untuk pengkhianatan Yesus. Ini adalah upahmu.” Dan sambil berbicara demikian, hamba Kayafas itu menyerahkan Yudas sebuah tas berisi tiga puluh keping perak—harga saat itu untuk seorang budak yang baik dan sehat[3].
186:1.3 Yudas tertegun, ternganga. Dia bergegas kembali untuk memasuki aula tapi dihalangi oleh penjaga pintu. Dia ingin banding ke Sanhedrin, tetapi mereka tidak mau mengizinkan dia masuk. Yudas tidak percaya bahwa para penguasa orang Yahudi itu akan membiarkan dia mengkhianati teman-temannya dan Gurunya dan kemudian menawari dia sebagai upahnya tiga puluh keping perak. Dia terhina, terbuka matanya, dan sama sekali hancur. Dia berjalan menjauh dari bait suci, saat itu, dalam keadaan setengah sadar. Dia secara otomatis memasukkan kantong uang itu di sakunya yang dalam, saku yang sama dimana ia begitu lama membawa tas berisi dana kerasulan. Dan ia mengembara keluar melalui kota mengikuti orang banyak yang sedang dalam perjalanan untuk menyaksikan penyaliban.
186:1.4 Dari jauh Yudas melihat mereka mengangkat batang salib dengan Yesus dipaku di atasnya, dan setelah melihat ini ia buru-buru kembali ke bait suci, dan memaksa masuk melewati penjaga pintu, menemukan dirinya berdiri di hadapan Sanhedrin, yang masih dalam pertemuan[4]. Pengkhianat itu nyaris tak bernapas dan sangat bingung, tapi ia berusaha dengan terbata-bata mengucapkan kata-kata ini: “Aku telah berdosa karena telah mengkhianati darah tak berdosa. Kalian telah menghina aku. Kalian telah memberi aku sebagai upah untuk jasaku, uang—hanya seharga seorang budak. Aku menyesal bahwa aku telah melakukan ini; ini adalah uang kalian. Aku ingin buang rasa bersalah dari perbuatan ini."
186:1.5 Ketika penguasa-penguasa Yahudi mendengar Yudas, mereka mencemooh dia. Salah satu dari mereka duduk di dekat dimana Yudas berdiri, memberikan isyarat bahwa ia harus meninggalkan aula itu dan berkata: “Gurumu telah dihukum mati oleh orang Romawi, dan tentang rasa bersalahmu itu, apa itu bagi kami? Bawa saja itu—dan pergi!"[5]
186:1.6 Saat Yudas meninggalkan ruang Sanhedrin, ia mengeluarkan tiga puluh keping perak dari tas dan melemparkannya berserakan di lantai bait suci[6]. Ketika pengkhianat itu meninggalkan bait suci, ia hampir lupa ingatan. Yudas sekarang melewati pengalaman kesadaran akan sifat sebenarnya dari dosa. Semua daya pikat, pesona, dan kemabukan dari perbuatan salah itu telah lenyap. Sekarang pelaku kejahatan itu berdiri sendirian dan berhadapan muka dengan putusan penghakiman atas jiwanya yang terbuka-matanya dan kecewa. Dosa itu menyihir dan penuh petualangan dalam melakukannya, tapi sekarang haruslah tuaian kenyataan yang telanjang dan tidak romantis itu dihadapi.
186:1.7 Mantan duta utusan kerajaan surga di bumi ini sekarang menyusuri jalan-jalan di Yerusalem, ditinggalkan dan sendirian. Keputus-asaannya sangat menyedihkan dan nyaris mutlak. Dia terus berjalan melalui kota dan ke luar tembok, terus turun ke dalam kesendirian mengerikan lembah Hinom, dimana ia memanjat bebatuan yang curam dan, mengambil sabuk jubahnya, mengikatkan satu ujungnya ke sebuah pohon kecil, mengikat ujung satunya ke lehernya, dan melemparkan dirinya ke bibir jurang. Sebelum ia mati, simpul yang telah diikat oleh tangannya yang gugup itu terlepas, dan tubuh si pengkhianat itu hancur berkeping-keping saat jatuh di batu-batu bergerigi di bawah[7].
186:2.1 Ketika Yesus ditangkap, ia tahu bahwa pekerjaannya di bumi, dalam rupa manusia fana, sudah selesai. Dia sepenuhnya memahami jenis kematian bagaimana ia akan mati, dan ia tidak terlalu peduli dengan perincian dari apa yang disebut pengadilannya itu.
186:2.2 Di hadapan pengadilan Sanhedrin Yesus menolak untuk membuat jawaban terhadap kesaksian saksi-saksi yang bersumpah palsu[8]. Hanya ada satu pertanyaan yang akan selalu menimbulkan jawaban, apakah ditanyakan oleh teman atau musuh, dan itu adalah pertanyaan tentang sifat dasar dan keilahian dari misinya di bumi. Ketika ditanya apakah dia adalah Anak Tuhan, dia tidak pernah gagal membuat jawaban[9]. Dia dengan kukuh tetap menolak untuk berbicara ketika di hadapan Herodes yang penasaran dan jahat itu[10]. Di hadapan Pilatus ia berbicara hanya ketika ia berpikir bahwa Pilatus atau beberapa orang jujur lain mungkin tertolong agar lebih tahu tentang kebenaran oleh apa yang dia katakan. Yesus telah mengajarkan para rasulnya tentang tidak bergunanya melemparkan mutiara ke depan babi, dan sekarang dia berani mempraktekkan apa yang telah dia ajarkan[11]. Perilakunya pada saat ini mencontohkan penundukan diri sabar dari kodrat manusiawi digabung dengan keheningan megah dan martabat khidmat dari kodrat ilahinya. Dia sepenuhnya bersedia untuk membahas dengan Pilatus setiap pertanyaan yang terkait pada tuduhan politis yang diajukan terhadapnya—setiap pertanyaan yang dia kenali sebagai termasuk pada kewenangan hukum gubernur itu.
186:2.3 Yesus yakin bahwa adalah kehendak Bapa agar dia menaklukkan dirinya pada proses alamiah dan biasa dari peristiwa-peristiwa manusia seperti halnya setiap insan fana lainnya harus, dan oleh karena itu dia menolak untuk menggunakan kekuatan murni manusiawinya yaitu kefasihan persuasif untuk mempengaruhi keluaran dari intrik-intrik manusia sesamanya yang rabun sosial dan buta rohani itu. Meskipun Yesus hidup dan wafat di Urantia, seluruh karier manusiawinya, dari awal sampai akhir, adalah sebuah tontonan yang dirancang untuk mempengaruhi dan mengajar alam semesta seluruhnya yang ia ciptakan dan pelihara dengan tak henti-hentinya.
186:2.4 Orang-orang Yahudi yang picik ini berteriak-teriak tidak sepantasnya untuk kematian Guru sementara dia berdiri di sana dengan diam mengerikan melihat pada adegan kematian sebuah bangsa—bangsa bapa buminya sendiri.
186:2.5 Yesus telah memperoleh jenis karakter manusia yang bisa memelihara penguasaan diri dan menegaskan martabatnya menghadapi hinaan yang berkelanjutan dan tak beralasan. Dia tidak bisa diintimidasi. Ketika pertama kali diserang oleh hamba Hanas, dia hanya menyarankan kewajaran untuk memanggil saksi-saksi yang mungkin dengan sepatutnya bersaksi melawan dia.
186:2.6 Dari awal sampai akhir, dalam apa yang disebut sidang pengadilan di hadapan Pilatus itu, kawanan selestial tidak bisa menahan diri untuk tidak menyiarkan penggambaran tentang adegan “Pilatus diadili di hadapan Yesus” itu ke alam semesta.
186:2.7 Ketika di hadapan Kayafas, dan ketika semua kesaksian palsu telah dipatahkan, Yesus tidak ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan dari imam kepala, sehingga memberikan dalam kesaksiannya sendiri apa yang mereka inginkan sebagai dasar untuk menghukum dia karena penghujatan.
186:2.8 Guru tidak pernah menampilkan minat sedikitpun dalam upaya Pilatus yang berniat baik tapi setengah hati itu untuk menghasilkan pembebasannya. Dia benar-benar kasihan pada Pilatus dan dengan tulus berusaha untuk mencerahkan pikirannya yang gelap. Dia sepenuhnya pasif pada semua bujukan sang gubernur Romawi kepada orang Yahudi agar menarik tuntutan pidana mereka terhadap dirinya. Sepanjang seluruh siksaan yang menyedihkan itu ia tanggung sendiri dengan martabat sederhana dan keagungan bersahaja. Dia tidak mau sedemikian sehingga mencerminkan ketidak-jujuran pada calon-calon pembunuhnya ketika mereka bertanya apakah ia adalah "raja orang Yahudi." Dengan hanya sedikit penjelasan bersyarat ia menerima sebutan itu, mengetahui bahwa, meskipun mereka telah memilih untuk menolaknya, Yesus akan menjadi yang terakhir yang memberikan mereka kepemimpinan nasional yang sebenarnya, sekalipun dalam pengertian rohani.
186:2.9 Yesus sedikit berkata-kata selama pengadilan ini, tapi ia berkata cukup untuk menunjukkan pada semua manusia jenis karakter manusiawi yang manusia dapat sempurnakan dalam kemitraan dengan Tuhan dan untuk mewahyukan ke seluruh alam semesta cara bagaimana Tuhan bisa mewujud dalam kehidupan makhluk ketika makhluk tersebut benar-benar memilih untuk melakukan kehendak Bapa, sehingga menjadi seorang anak yang aktif dari Tuhan yang hidup.
186:2.10 Kasihnya bagi manusia-manusia bodoh itu sepenuhnya ditunjukkan oleh kesabaran dan penguasaan diri besar pada waktu menghadapi cemoohan, pukulan, dan hajaran dari prajurit-prajurit yang kasar dan hamba-hamba yang tidak berpikir itu. Dia bahkan tidak marah ketika mereka menutupi matanya dan, sambil mengolok-olok memukul wajahnya, berseru: “Nubuatkan kepada kami siapa itu yang memukul kamu[12].”
186:2.11 Pilatus berbicara lebih sesungguhnya daripada yang ia ketahui ketika, setelah Yesus didera cambuk, ia menampilkannya di depan orang banyak, berseru, “Lihatlah orang itu!” Memang, gubernur Romawi yang dibebani ketakutan itu sedikit memimpikan bahwa tepat pada saat itu alam semesta diam memperhatikan, menatap pada adegan unik Penguasa terkasihnya yang dikenakan penghinaan ejekan dan pukulan dari hamba-hamba manusianya yang berada dalam kegelapan dan terbelakang itu[13]. Dan saat Pilatus berbicara, menggemalah di seluruh Nebadon, “Lihatlah Tuhan dan manusia itu!” Di seluruh alam semesta, jutaan makhluk tak terhitung telah sejak hari itu terus melihat manusia itu, sementara Tuhan Havona, penguasa tertinggi alam-alam semesta, menerima manusia dari Nazaret itu sebagai pemenuhan untuk ideal makhluk fana dari alam semesta lokal waktu dan ruang ini. Dalam hidupnya yang tak tertandingi itu dia tidak pernah gagal mewahyukan Tuhan kepada manusia. Sekarang, dalam babak-babak terakhir dari karier fananya dan kemudian dalam kematiannya itu, ia membuat pewahyuan baru dan menyentuh dari manusia kepada Tuhan.
186:3.1 Segera setelah Yesus diserahkan kepada tentara Romawi pada akhir sidang pemeriksaan di hadapan Pilatus, satu detasemen penjaga bait suci bergegas keluar ke Getsemani untuk membubarkan atau menangkap para pengikut Guru. Tapi jauh sebelum kedatangan mereka para pengikut ini telah berpencar. Para rasul telah pergi ke tempat-tempat persembunyian yang ditentukan; orang-orang Yunani telah berpisah dan pergi ke berbagai rumah di Yerusalem; murid-murid lainnya juga telah menghilang. Daud Zebedeus percaya bahwa musuh-musuh Yesus akan kembali; jadi dia sejak awal memindahkan sekitar lima atau enam tenda naik ke celah (ngarai) di dekatnya yang Guru begitu sering pakai untuk berdoa dan menyembah. Di sini ia berniat untuk bersembunyi dan pada saat yang sama membangun sebuah pusat, atau pos koordinasi, untuk layanan kurirnya. Daud baru saja meninggalkan perkemahan ketika para penjaga bait suci tiba. Karena tidak menemukan siapa-siapa di sana, mereka berpuas diri dengan membakar perkemahan kemudian bergegas kembali ke bait suci. Mendengar laporan mereka, Sanhedrin puas bahwa para pengikut Yesus sepenuhnya takut dan takluk sehingga tidak akan ada bahaya pemberontakan atau upaya apapun untuk menyelamatkan Yesus dari tangan algojo-algojonya. Mereka akhirnya dapat bernapas dengan lega, dan karena itu mereka bubar, setiap orang pada urusannya untuk mempersiapkan Paskah.
186:3.2 Segera setelah Yesus diserahkan kepada prajurit Romawi oleh Pilatus untuk penyaliban, seorang kurir bergegas pergi ke Getsemani untuk memberitahu Daud, dan dalam waktu lima menit para pelari sudah berangkat dalam perjalanan mereka ke Betsaida, Pella, Filadelfia, Sidon, Sikhem, Hebron, Damaskus, dan Aleksandria. Dan kurir-kurir ini membawa berita bahwa Yesus hendak disalibkan oleh orang Romawi karena kemauan keras dari para penguasa Yahudi.
186:3.3 Sepanjang hari tragis ini, sampai pesan akhirnya disebarkan bahwa Guru telah diletakkan dalam kubur, Daud mengirim utusan setiap setengah jam dengan laporan kepada para rasul, orang-orang Yunani, dan keluarga Yesus di bumi, yang berkumpul di rumah Lazarus di Betania. Ketika utusan-utusan itu berangkat dengan berita bahwa Yesus telah dikuburkan, Daud membubarkan korps pelari lokalnya untuk perayaan Paskah dan untuk datangnya hari Sabat istirahat, memerintahkan mereka untuk melapor kepadanya secara diam-diam pada hari Minggu pagi di rumah Nikodemus, dimana ia berniat untuk pergi bersembunyi selama beberapa hari dengan Andreas dan Simon Petrus.
186:3.4 David Zebedeus yang berpikiran khusus ini adalah satu-satunya murid utama Yesus yang cenderung berpandangan secara harfiah dan polos apa adanya tentang penegasan Guru bahwa dia akan mati dan “bangkit kembali pada hari ketiga[14].” Daud pernah mendengar dia membuat prediksi ini, dan sebagai orang yang berpikiran harfiah, sekarang berniat untuk mengumpulkan para utusannya hari Minggu pagi-pagi di rumah Nikodemus sehingga mereka akan siap sedia untuk menyebarkan berita kalau Yesus bangkit dari kematian. Daud segera menemukan bahwa tidak ada pengikut Yesus yang mengharap dia bangkit begitu segera dari kubur; oleh karena itu dia hanya berkata sedikit tentang keyakinannya dan tidak berkata apa-apa tentang mobilisasi semua armada utusannya pada Minggu pagi-pagi itu kecuali kepada para pelari yang telah diberangkatkan pada Jumat pagi ke kota-kota dan pusat-pusat orang percaya yang jauh.
186:3.5 Demikianlah para pengikut Yesus ini, yang tersebar di seluruh Yerusalem dan sekitarnya, malam itu ikut makan Paskah dan hari berikutnya tetap dalam persembunyian.
186:4.1 Setelah Pilatus membasuh tangannya di hadapan orang banyak, sehingga berusaha untuk membebaskan dari rasa bersalah karena menyerahkan orang yang tidak bersalah untuk disalibkan hanya karena ia takut untuk melawan teriakan-teriakan dari para penguasa orang Yahudi, ia memerintahkan Guru diserahkan kepada tentara Romawi dan memberikan pesan kepada kapten mereka agar ia segera disalibkan[15][16]. Setelah mengambil alih tugas atas Yesus, para prajurit membawanya kembali ke halaman gedung praetorium, dan setelah melepaskan jubah yang Herodes telah pakaikan padanya, mereka memakaikan dia pakaiannya sendiri. Para prajurit ini mengejek dan mencemooh dia, tetapi mereka tidak menimpakan hukuman badan lebih lanjut[17]. Yesus kini sendirian dengan para tentara Romawi ini. Teman-temannya dalam persembunyian; musuh-musuhnya telah pergi masing-masing; bahkan Yohanes Zebedeus tidak lagi di sisinya.
186:4.2 Sedikit setelah jam delapan ketika Pilatus menyerahkan Yesus kepada para prajurit dan sedikit sebelum jam sembilan ketika mereka berangkat ke adegan penyaliban[18]. Selama periode lebih dari setengah jam ini Yesus tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun. Urusan pemerintahan sebuah alam semesta besar praktis terhenti. Gabriel dan para penguasa kepala Nebadon berkumpul di sini di Urantia, atau kalau tidak mereka mengikuti dengan saksama laporan angkasa dari para penghulu malaikat dalam upaya untuk tetap mengetahui apa yang terjadi pada Anak Manusia di Urantia.
186:4.3 Pada saat para prajurit sudah siap untuk berangkat dengan Yesus ke Golgota, mereka telah mulai terkesan oleh ketenangannya yang tidak biasa dan martabat yang luar biasa, oleh diam tanpa mengeluhnya.
186:4.4 Sebagian besar penundaan berangkat bersama Yesus menuju tempat penyaliban itu karena keputusan kapten pada menit terakhir untuk membawa serta dua penjahat yang telah dihukum mati; karena Yesus akan disalibkan pagi itu, kapten Romawi itu berpikir agar keduanya ini juga mati bersamanya selagi menunggu akhir perayaan Paskah[19].
186:4.5 Segera setelah dua penjahat itu dapat disiapkan, mereka digiring ke halaman, dimana mereka memandang kepada Yesus, salah satu dari mereka untuk pertama kalinya, tapi satunya yang lain sudah sering mendengar dia berbicara, di bait suci maupun berbulan-bulan sebelumnya di perkemahan Pella.
186:5.1 Tidak ada hubungan langsung antara kematian Yesus dan Paskah Yahudi. Benar, Guru memang meletakkan hidupnya dalam daging pada hari ini, hari persiapan untuk Paskah Yahudi, dan pada sekitar waktu pengorbanan domba Paskah di bait suci. Tapi kejadian yang kebetulan bersamaan ini tidak dengan cara apapun menunjukkan bahwa kematian Anak Manusia di bumi memiliki hubungan dengan sistem pengorbanan Yahudi. Yesus adalah seorang Yahudi, tetapi sebagai Anak Manusia dia adalah seorang manusia dari alam. Peristiwa yang sudah diceritakan dan mengarah sampai pada saat mendekatnya penyaliban Guru ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa kematiannya pada sekitar waktu ini adalah urusan yang murni alami dan diatur oleh manusia.
186:5.2 Manusia itulah dan bukan Tuhan yang merencanakan dan melaksanakan kematian Yesus di kayu salib. Benar, Bapa menolak untuk ikut campur dengan rangkaian peristiwa-peristiwa manusiawi di Urantia, tetapi Bapa di surga tidak menitahkan, menuntut, atau mengharuskan kematian Anak-Nya seperti hal itu dilaksanakan di bumi. Adalah fakta bahwa dalam cara tertentu, cepat atau lambat, Yesus akan harus melepaskan dirinya dari tubuh insaninya, inkarnasinya dalam daging, tapi ia bisa melaksanakan tugas seperti itu dalam banyak cara tak terhitung tanpa harus mati di atas salib di antara dua penjahat. Semua ini adalah perbuatan manusia, bukan Tuhan.
186:5.3 Pada saat baptisan Guru dia sudah menyelesaikan teknik untuk pengalaman yang disyaratkan di bumi dan dalam daging yang diperlukan untuk penyelesaian penganugerahan alam semestanya yang ketujuh dan terakhir. Pada saat ini juga tugas Yesus di bumi selesai. Seluruh kehidupan yang dia jalani setelah itu, dan bahkan cara kematiannya, adalah pelayanan yang murni pribadi pada perannya untuk kesejahteraan dan peningkatan makhluk-makhluk fananya di dunia ini dan di dunia-dunia yang lain.
186:5.4 Injil tentang kabar baik bahwa manusia fana mungkin, oleh iman, menjadi sadar oleh roh bahwa ia adalah anak Tuhan, adalah tidak bergantung pada kematian Yesus. Benar, memang, seluruh injil kerajaan ini telah sangat diterangi oleh kematian Guru, tetapi bahkan lebih lagi diterangi oleh kehidupannya[20].
186:5.5 Semua yang Anak Manusia katakan atau lakukan di bumi sangatlah menghiasi doktrin-doktrin tentang anak Tuhan dan persaudaraan umat manusia, tetapi hubungan pokok antara Tuhan dan manusia ini melekat dalam fakta-fakta alam semesta mengenai kasih Tuhan bagi makhluk-Nya dan rahmat bawaan Putra-putra ilahi. Hubungan yang indah menyentuh dan ilahi antara manusia dan Penciptanya ini, di dunia ini dan di semua dunia lain di seluruh alam semesta segala alam-alam semesta, telah ada dari sejak kekekalan; dan hal-hal itu bukan dalam pengertian apapun bergantung pada pelaksanaan penganugerahan Putra-putra Tuhan Pencipta secara berkala ini, yang memakai sifat dan rupa dari kecerdasan buatan mereka sebagai bagian dari harga yang harus mereka bayar untuk perolehan akhir kedaulatan tak terbatas atas alam semesta lokal mereka masing-masing.
186:5.6 Bapa di surga mengasihi manusia fana di bumi sebelum kehidupan dan kematian Yesus di Urantia, sama seperti yang Dia lakukan setelah pertunjukan transenden tentang kemitraan bersama antara manusia dan Tuhan ini. Transaksi hebat mengenai inkarnasi Tuhan dari Nebadon sebagai seorang manusia di Urantia ini tidak dapat menambahkan sifat-sifat Bapa yang kekal, tanpa batas, dan semesta itu, tapi hal itu memang memperkaya dan menerangi semua administrator dan makhluk lainnya di alam semesta Nebadon. Meskipun Bapa di surga tidak lebih mengasihi kita karena penganugerahan Mikhael ini, semua kecerdasan selestial lain menjadi lebih mengasihi kita. Dan ini adalah karena Yesus tidak hanya membuat pewahyuan dari Tuhan kepada manusia, tetapi dia demikian juga membuat pewahyuan baru dari manusia kepada Tuhan dan kepada kecerdasan-kecerdasan selestial di alam semesta segala alam-alam semesta.
186:5.7 Yesus tidak hendak mati sebagai korban bagi dosa[21]. Dia tidak akan menebus rasa bersalah moral bawaan sejak lahir dari umat manusia. Manusia tidak memiliki rasa bersalah rasial tersebut di hadapan Tuhan. Rasa bersalah itu adalah murni urusan dosa pribadi dan pemberontakan yang diketahui, disengaja melawan kehendak Bapa dan pemerintahan para Putra-Nya.
186:5.8 Dosa dan pemberontakan tidak ada hubungannya dengan rencana penganugerahan dasar dari para Putra Tuhan Firdaus itu, meskipun memang tampaknya bagi kami bahwa rencana penyelamatan adalah suatu fitur provisional (darurat) dari rencana penganugerahan.
186:5.9 Keselamatan dari Tuhan untuk manusia Urantia akan sama efektif dan pastinya jika Yesus tidak dihukum mati oleh tangan kejam manusia-manusia yang bodoh itu. Jika Guru diterima secara baik oleh manusia bumi dan telah berangkat dari Urantia oleh pelepasan sukarela hidupnya dalam daging, fakta mengenai kasih Tuhan dan rahmat Putra—fakta manusia sebagai anak Tuhan—tidak akan dalam hal apapun terpengaruh. Kamu manusia adalah anak-anak Tuhan, dan hanya satu hal yang diwajibkan untuk membuat kebenaran tersebut menjadi fakta dalam pengalaman pribadimu, dan itu adalah imanmu yang lahir oleh roh.