© 2020 Yayasan Urantia
194:0.1 SEKITAR pukul satu siang, saat seratus dua puluh orang percaya sedang berdoa, mereka semua menjadi sadar akan suatu kehadiran aneh dalam ruangan. Pada waktu bersamaan para murid ini menjadi sadar akan suatu perasaan sukacita, kepastian, dan keyakinan rohani yang baru dan mendalam[1]. Kesadaran baru tentang kekuatan rohani ini segera diikuti oleh suatu dorongan kuat untuk pergi keluar dan di depan umum memproklamasikan injil kerajaan dan kabar baik bahwa Yesus telah bangkit dari yang mati[2].
194:0.2 Petrus berdiri dan menyatakan bahwa ini pastilah kedatangan Roh Kebenaran yang Guru telah janjikan kepada mereka dan mengusulkan agar mereka pergi ke bait suci dan memulai pemberitaan kabar baik yang dipercayakan kepada mereka. Dan mereka melakukan seperti yang disarankan Petrus.
194:0.3 Orang-orang ini telah dilatih dan diajar bahwa injil yang mereka harus khotbahkan adalah tentang kebapaan Tuhan dan keanakan manusia, namun pada momen suka cita rohani dan kejayaan pribadi ini, kabar terbaik, berita terbesar, yang orang-orang ini dapat pikirkan adalah hanya tentang fakta mengenai Guru yang bangkit. Demikianlah mereka pergi diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi, memberitakan kabar gembira pada orang banyak—bahkan keselamatan melalui Yesus—tetapi mereka tanpa kesengajaan terjatuh ke dalam kekeliruan karena menggantikan pesan injil itu sendiri dengan fakta yang berhubungan dengan injil itu. Petrus tak sadar yang memimpin dalam kesalahan ini, dan yang lain mengikuti dia sampai ke Paulus, yang menciptakan sebuah agama baru yang diambil dari versi baru dari kabar baik itu.
194:0.4 Injil kerajaan itu adalah: fakta tentang kebapaan Tuhan, digabungkan dengan kebenaran akibatnya tentang persaudaraan-keanakan umat manusia. Kekristenan, yang dikembangkan dari hari itu, adalah: fakta tentang Tuhan sebagai Bapanya Tuhan Yesus Kristus, dihubungkan dengan pengalaman persekutuan orang percaya dengan Kristus yang dibangkitkan dan dimuliakan itu.
194:0.5 Tidaklah heran bahwa orang-orang yang dipenuhi roh ini telah menangkap peluang untuk menyatakan perasaan menang mereka ini terhadap kuasa-kuasa yang telah berusaha untuk menghancurkan Guru mereka dan mengakhiri pengaruh dari ajarannya. Pada waktu seperti ini lebih mudah untuk mengingat hubungan pribadi mereka dengan Yesus dan digetarkan oleh kepastian bahwa Guru masih hidup, bahwa persahabatan mereka belum berakhir, dan bahwa roh telah sungguh datang ke atas mereka seperti yang dia telah janjikan.
194:0.6 Orang-orang percaya ini merasa diri mereka tiba-tiba dipindahkan ke dunia yang lain, suatu keberadaan sukacita, kuasa, dan kemuliaan yang baru[3]. Guru telah memberitahukan mereka bahwa kerajaan akan datang dengan kuasa, dan beberapa dari antara mereka berpikir bahwa mereka mulai melihat apa yang dia maksudkan.
194:0.7 Kalau semua ini dipertimbangkan, tidak sulit untuk mengerti bagaimana orang-orang ini bisa mengabarkan suatu injil yang baru tentang Yesus menggantikan pesan mereka semula mengenai kebapaan Tuhan dan persaudaraan umat manusia.
194:1.1 Rasul-rasul telah berada dalam persembunyian selama empat puluh hari. Hari ini kebetulan adalah festival Yahudi Pentakosta, dan ribuan pengunjung dari semua bagian dunia berada di Yerusalem[4]. Banyak yang datang untuk perayaan ini, namun sebagian besar telah menunggu dalam kota sejak Paskah. Kini rasul-rasul yang ketakutan ini muncul dari berminggu-minggu pengasingan mereka untuk tampil dengan berani di bait suci, dimana mereka mulai mengkhotbahkan pesan baru tentang seorang Mesias yang bangkit. Semua murid-murid itu juga sadar telah menerima suatu kemampuan untuk kebijaksanaan dan kuasa rohani yang baru.
194:1.2 Sekitar pukul dua Petrus berdiri di tempat dimana Gurunya terakhir telah mengajar di bait suci ini, dan menyampaikan ajakan berapi-api yang mengakibatkan pemenangan lebih dari dua ribu jiwa[5]. Guru telah pergi, tetapi mereka tiba-tiba menemukan bahwa cerita mengenai dia ini memiliki kuasa besar pada orang banyak. Tidak heran mereka terbawa terus kepada proklamasi lebih lanjut mengenai apa yang membenarkan pengabdian mereka sebelumnya pada Yesus dan pada waktu yang sama mendesak orang-orang untuk percaya kepadanya. Enam rasul ikut serta dalam pertemuan ini: Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, Filipus, dan Matius. Mereka berbicara selama lebih dari satu setengah jam dan menyampaikan pesan-pesan dalam bahasa Yunani, Ibrani, dan Aram, demikian pula beberapa kata dalam bahasa lain yang mereka bisa[6].
194:1.3 Para pemimpin orang Yahudi dikejutkan oleh keberanian para rasul, tetapi mereka takut untuk menganiaya mereka karena sejumlah besar orang yang percaya cerita mereka.
194:1.4 Menjelang pukul setengah lima, lebih dari dua ribu orang percaya baru mengikuti para rasul turun ke kolam Siloam, dimana Petrus, Andreas, Yakobus, dan Yohanes membaptis mereka dalam nama Guru[7]. Dan hari telah gelap ketika mereka menyelesaikan pembaptisan orang banyak ini.
194:1.5 Pentakosta adalah festival besar pembaptisan, waktu untuk mempersekutukan para mualaf di gerbang, orang-orang bukan-Yahudi yang ingin beribadah kepada Yahweh. Oleh karena itu, lebih mudah bagi sejumlah besar orang Yahudi maupun bukan-Yahudi yang percaya untuk menyerahkan diri pada baptisan pada hari ini. Waktu melakukan hal ini, mereka sama sekali tidak memutuskan hubungan mereka dengan agama Yahudi. Bahkan selama beberapa waktu sesudahnya orang-orang percaya Yesus itu adalah sebuah sekte di dalam Yudaisme. Semua mereka, termasuk para rasul, masih setia pada persyaratan-persyaratan pokok dari sistem keupacaraan Yahudi.
194:2.1 Yesus hidup di bumi dan mengajarkan suatu injil yang menebus manusia dari takhyul bahwa manusia adalah anak dari iblis dan mengangkatnya kepada martabat seorang anak imani Tuhan. Pesannya Yesus, seperti yang dia khotbahkan dan hidupi pada masanya, adalah sebuah jawaban efektif terhadap kesulitan-kesulitan rohani manusia pada hari pengucapannya. Dan sekarang bahwa dia telah secara pribadi meninggalkan dunia, dia mengirimkan untuk menggantikannya Roh Kebenarannya, yang dirancang untuk hidup di dalam manusia dan, bagi setiap generasi baru, untuk menyatakan ulang pesan Yesus sehingga setiap kelompok manusia baru yang muncul di permukaan bumi akan memiliki suatu versi injil yang baru dan mutakhir, hanya pencerahan pribadi dan bimbingan kelompok yang demikianlah yang akan terbukti menjadi suatu jawaban efektif terhadap kesulitan-kesulitan rohani manusia yang selalu baru dan bervariasi itu.
194:2.2 Misi pertama dari roh ini adalah, tentu saja, untuk memupuk perkembangan dan mempribadikan kebenaran, karena pemahaman tentang kebenaran itulah yang merupakan bentuk tertinggi kemerdekaan manusia. Berikutnya, tujuan dari roh ini adalah untuk menghancurkan perasaan keyatim-piatuan orang percaya. Yesus telah berada di antara manusia, maka semua orang percaya akan mengalami suatu perasaan kesepian seandainya Roh Kebenaran tidak datang untuk berdiam dalam hati manusia[8].
194:2.3 Penganugerahan rohnya sang Putra ini secara efektif mempersiapkan semua batin manusia normal untuk penganugerahan menyeluruh roh-Nya Bapa (Pelaras) selanjutnya kepada seluruh umat manusia. Dalam pengertian tertentu, Roh Kebenaran ini adalah roh dari Bapa Semesta maupun juga Putra Pencipta.
194:2.4 Jangan membuat kesalahan mengharapkan untuk menyadari secara kuat dan intelektual mengenai dicurahkannya Roh Kebenaran. Roh itu tidak pernah menciptakan suatu kesadaran tentang dirinya sendiri, tetapi hanya kesadaran akan Mikhael, sang Putra. Dari permulaan Yesus mengajarkan bahwa roh tidak akan berbicara tentang dirinya sendiri[9]. Sebab itu, bukti tentang persekutuanmu dengan Roh Kebenaran tidak akan dijumpai dalam kesadaranmu tentang roh ini melainkan dalam pengalaman makin meningkatnya persekutuanmu dengan Mikhael.
194:2.5 Roh itu juga datang untuk menolong manusia mengingat lagi dan memahami perkataan Guru demikian pula untuk menerangi dan menafsirkan lagi kehidupannya di atas bumi.
194:2.6 Berikutnya, Roh Kebenaran datang untuk menolong orang percaya untuk menyaksikan tentang kenyataan-kenyataan dari ajaran Yesus dan kehidupannya seperti yang dia hidupi dalam daging, dan sementara dia sekarang lagi menghidupinya secara baru dan sekali lagi dalam diri individu orang percaya dari setiap generasi anak-anak Tuhan yang dipenuhi roh.
194:2.7 Dengan demikian tampak bahwa Roh Kebenaran datang benar-benar untuk memimpin semua orang percaya ke dalam seluruh kebenaran, ke dalam pengetahuan yang makin luas mengenai pengalaman kesadaran rohani yang hidup dan bertumbuh, tentang kenyataan sebagai anak Tuhan yang kekal dan menaik[10].
194:2.8 Yesus menghidupi sebuah kehidupan yang adalah suatu pewahyuan tentang manusia yang tunduk pada kehendak Bapa, tapi bukan suatu contoh untuk dicoba secara harfiah untuk diikuti setiap manusia. Kehidupannya dalam daging ini, bersama dengan kematiannya di atas salib dan kebangkitan berikutnya, ternyata segera menjadi injil baru tentang tebusan yang telah dibayarkan untuk membeli manusia kembali dari cengkeraman si jahat—dari hukuman Tuhan yang murka. Sekalipun demikian, walaupun injil itu telah menjadi sangat diselewengkan, tetaplah suatu fakta bahwa pesan baru mengenai Yesus ini masih membawa serta di dalamnya banyak kebenaran-kebenaran dan ajaran-ajaran mendasar dari injil kerajaan yang lebih awal. Dan, cepat atau lambat kebenaran-kebenaran yang terselubung tentang kebapaan Tuhan dan persaudaraan umat manusia ini akan bangkit untuk kemudian mengubah peradaban seluruh umat manusia.
194:2.9 Tetapi kesalahan-kesalahan dari akal ini sama sekali tidak merintangi kemajuan besar orang percaya dalam pertumbuhan dalam roh. Dalam kurang dari satu bulan setelah penganugerahan Roh Kebenaran, para rasul membuat lebih banyak kemajuan rohani perorangan daripada selama hampir empat tahun hubungan pribadi dan kasih sayang mereka dengan Guru. Tidak pula penggantian mengenai fakta kebangkitan Yesus terhadap kebenaran injil keselamatan tentang keanakan dengan Tuhan itu dalam hal apapun merintangi penyebaran cepat ajaran-ajaran mereka, sebaliknya penutupan pesan Yesus oleh ajaran baru tentang pribadi dan kebangkitannya itu tampaknya sangat membantu pemberitaan kabar baik.
194:2.10 Istilah “baptisan roh,” yang dipakai secara umum pada sekitar waktu ini, semata-mata menandakan penerimaan sadar akan karunia Roh Kebenaran ini dan pengakuan pribadi terhadap kuasa rohani yang baru ini sebagai suatu penambahan pada semua pengaruh rohani yang sebelumnya dialami oleh jiwa-jiwa yang kenal Tuhan itu[11].
194:2.11 Sejak penganugerahan Roh Kebenaran, manusia tunduk pada pengajaran dan bimbingan dari karunia roh lipat tiga: roh dari Bapa, yaitu Pelaras Pikiran; roh dari Putra, yaitu Roh Kebenaran; roh dari Roh, yaitu Roh Kudus[12].
194:2.12 Dalam cara tertentu, umat manusia itu tunduk pada pengaruh ganda dari daya tarik lipat tujuh dari pengaruh-pengaruh roh alam semesta. Ras-ras manusia evolusioner yang mula-mula itu tunduk pada kontak progresif dari tujuh ajudan roh-batin dari Roh Ibu alam semesta lokal. Sementara manusia maju ke atas dalam skala kecerdasan dan persepsi rohani, pada akhirnya akan mengambang di atas manusia itu dan berdiam di dalam manusia itu tujuh pengaruh roh yang lebih tinggi. Dan tujuh roh di dunia-dunia yang sedang berkembang ini adalah:
194:2.13 1. Roh anugerah dari Bapa Semesta—Pelaras Pikiran.
194:2.14 2. Kehadiran roh dari Putra Kekal—gravitasi roh untuk alam semesta segala alam-alam semesta dan saluran pasti untuk semua komuni (hubungan antar) roh.
194:2.15 3. Kehadiran roh dari Roh Tanpa Batas— batin-roh universal untuk semua ciptaan, sumber rohani untuk kekerabatan intelektual dari semua kecerdasan progresif.
194:2.16 4. Roh dari Bapa Semesta dan Putra Pencipta—Roh Kebenaran, umumnya disebut sebagai roh dari Putra Alam Semesta.
194:2.17 5. Roh dari Roh Tanpa-Batas dan Roh Ibu Alam Semesta—yaitu Roh Kudus, umumnya disebut sebagai roh dari Roh Alam Semesta.
194:2.18 6. Roh-batin dari Roh Ibu Alam Semesta—tujuh roh-batin ajudan dari alam semesta lokal.
194:2.19 7. Roh dari Bapa, Putra, dan Roh—roh yang bernama-baru dari para manusia-manusia yang naik dari alam-alam, setelah peleburan jiwa manusia yang dilahirkan roh dengan Pelaras Pikiran Firdaus, dan setelah pencapaian berikutnya keilahian dan kemuliaan dari status Korps Firdaus Finalitas[13].
194:2.20 Dan demikianlah penganugerahan Roh Kebenaran membawa ke dunia dan penduduknya karunia-kemampuan roh yang terakhir yang dirancang untuk membantu pencarian menaik untuk Tuhan.
194:3.1 Banyak ajaran yang ganjil dan aneh menjadi dihubungkan dengan kisah-kisah awal tentang hari Pentakosta ini. Dalam waktu-waktu berikutnya, peristiwa-peristiwa dari hari itu, pada saat Roh Kebenaran, guru yang baru itu, datang untuk tinggal bersama umat manusia, telah keliru diartikan dengan letupan-letupan bodoh dari emosi yang tak terkendali[14]. Misi utama dari roh Bapa dan Putra yang dicurahkan ini adalah untuk mengajar manusia tentang kebenaran-kebenaran mengenai kasih-Nya Bapa dan rahmat-Nya Putra. Ini adalah kebenaran-kebenaran tentang keilahian yang dapat dipahami manusia lebih sepenuhnya daripada semua sifat karakter keilahian yang lain. Roh Kebenaran berurusan terutama dengan pewahyuan tentang kodrat (sifat dasar) roh-Nya Bapa dan karakter moral-Nya Putra[15]. Sang Putra Pencipta, sebagai manusia, mewahyukan Tuhan kepada manusia; Sang Roh Kebenaran, dalam hati, mewahyukan Putra Pencipta kepada manusia. Ketika manusia menghasilkan “buah-buah dari roh” dalam kehidupannya, ia sebetulnya hanya menunjukkan sifat-sifat yang Guru manifestasikan dalam kehidupannya di bumi itu sendiri[16]. Ketika Yesus berada di bumi, dia menghidupi hidupnya sebagai satu kepribadian—Yesus dari Nazaret. Sebagai “guru baru” roh yang berdiam di dalam itu, Guru telah, sejak Pentakosta, dimampukan untuk menghidupi kehidupannya kembali secara baru dalam pengalaman setiap orang percaya yang diajar oleh kebenaran itu.
194:3.2 Banyak perkara yang terjadi dalam perjalanan kehidupan seorang manusia itu sulit dipahami, sukar untuk diselaraskan dengan gagasan bahwa ini adalah sebuah alam semesta dimana kebenaran berlaku dan dimana kebenaran berkemenangan. Begitu sering tampaknya bahwa fitnah, dusta, ketidak-jujuran, dan ketidak-benaran—dosa—masih menguasai. Pada akhirnya, apakah iman berkemenangan atas kejahatan, dosa, dan kedurhakaan? Benar. Kehidupan dan kematian Yesus adalah bukti kekal bahwa kebenaran tentang kebaikan dan iman dari makhluk yang dipimpin oleh roh akan selalu dibuktikan benar. Mereka mengejek Yesus di atas salib, mengatakan, “Marilah kita melihat apakah Tuhan akan datang dan melepaskan dia[17].” Tampaknya hari penyaliban itu kelam, namun terang benderang pada pagi kebangkitan; masih lebih terang dan lebih bersukacita lagi pada hari Pentakosta. Agama-agama putus asa yang pesimistis berusaha mendapat kelepasan dari beban-beban kehidupan; mereka merindukan kemusnahan dalam tidur dan istirahat tanpa akhir. Inilah agama-agama ketakutan dan kegentaran primitif. Agama Yesus adalah sebuah injil iman yang baru untuk diproklamasikan kepada umat manusia yang berjuang. Agama baru ini didirikan di atas iman, pengharapan, dan kasih[18].
194:3.3 Bagi Yesus, kehidupan fana telah memberikan pukulannya yang paling keras, paling kejam, dan paling pahit; dan manusia ini menghadapi keadaan putus asa ini dengan iman, semangat, dan tekad tak tergoyahkan untuk melakukan kehendak Bapanya. Yesus menghadapi kehidupan dalam semua kenyataannya yang mengerikan itu dan menguasainya—sekalipun dalam kematian. Dia tidak menggunakan agama sebagai suatu pelarian dari kehidupan. Agamanya Yesus tidak berusaha melarikan diri dari kehidupan ini supaya menikmati kebahagiaan sempurna yang menunggu di dunia lain. Agama Yesus menyediakan sukacita dan damai dari dunia lain yang rohani itu untuk meningkatkan dan memuliakan kehidupan yang sekarang manusia hidupi dalam daging.
194:3.4 Jika agama adalah candu bagi rakyat, bukanlah demikian agama Yesus. Di atas salib dia menolak minum minuman pemati rasa, dan rohnya, yang dicurahkan ke atas semua manusia, adalah suatu pengaruh dunia yang sangat kuat yang memimpin manusia naik ke atas dan mendorongnya maju ke depan. Dorongan maju rohani adalah kekuatan pendorong yang paling hebat yang ada di dunia ini; orang percaya yang belajar kebenaran itu adalah orang yang jiwanya progresif dan agresif di atas bumi.
194:3.5 Pada hari Pentakosta agama Yesus mematahkan semua batasan kenegaraan dan belenggu kebangsaan. Selamanya benar bahwa, “di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan[19].” Pada hari ini Roh Kebenaran menjadi pemberian pribadi dari Guru kepada setiap manusia fana, roh ini dianugerahkan dengan maksud untuk orang-orang percaya agar memenuhi syarat lebih efektif untuk memberitakan injil kerajaan, tetapi mereka keliru menjadikan pengalaman menerima curahan roh itu sebagai suatu bagian dari injil baru yang tidak sadar sedang mereka rumuskan.
194:3.6 Jangan mengabaikan fakta bahwa Roh Kebenaran itu dianugerahkan ke atas semua orang percaya yang tulus; karunia pemberian dari roh ini tidak datang hanya kepada para rasul. Seratus dua puluh laki-laki dan perempuan yang berkumpul dalam ruang atas itu semua menerima guru baru itu, seperti halnya semua yang tulus hati di seluruh dunia[20]. Guru yang baru ini dianugerahkan ke atas umat manusia, dan setiap jiwa menerima dia sesuai dengan kasih untuk kebenaran dan kapasitas untuk menangkap dan memahami kenyataan-kenyataan rohani. Akhirnya, agama yang benar itu dilepaskan dari simpanan imam-imam dan semua golongan kelas suci dan mendapatkan perwujudan sesungguhnya dalam jiwa-jiwa manusia perorangan.
194:3.7 Agama Yesus mendukung perkembangan jenis tertinggi peradaban manusia karena agama itu menciptakan jenis tertinggi kepribadian rohani dan memproklamirkan kesucian dari pribadi itu.
194:3.8 Kedatangan Roh Kebenaran pada hari Pentakosta memungkinkan suatu agama yang bukan radikal ataupun konservatif; agama itu bukan lama ataupun baru; agama itu tidak dikuasai oleh orang yang tua ataupun yang muda. Fakta tentang kehidupan bumi Yesus memberikan suatu titik yang tetap untuk jangkar waktu, sedangkan penganugerahan Roh Kebenaran menyediakan perluasan selama-lamanya dan pertumbuhan tanpa akhir dari agama yang dia hidupi dan injil yang dia beritakan itu. Roh itu membimbing ke dalam semua kebenaran; dia adalah guru untuk suatu agama yang berkembang dan selalu bertumbuh, agama kemajuan dan pengungkapan ilahi tanpa akhir. Guru baru ini akan selama-lamanya mengungkapkan kepada orang percaya yang mencari kebenaran tentang apa yang secara ilahi tersimpan dalam pribadi dan kodrat Anak Manusia.
194:3.9 Manifestasi-manifestasi yang terkait dengan penganugerahan “guru yang baru” itu, dan penerimaan khotbah para rasul oleh orang-orang dari berbagai suku dan bangsa yang berkumpul bersama di Yerusalem itu, menunjukkan universalitas agama Yesus[21]. Injil dari kerajaan itu tidak akan dikenali dan disamakan dengan ras, budaya, atau bahasa tertentu. Hari Pentakosta ini menjadi saksi usaha besar dari roh untuk membebaskan agama Yesus dari belenggu-belenggu Yahudi yang diwarisinya. Bahkan setelah demonstrasi pencurahan roh ke atas semua manusia ini, para rasul pertama kali masih berusaha untuk menerapkan persyaratan-persyaratan Yudaisme terhadap petobat-petobat baru mereka. Bahkan Paulus bermasalah dengan saudara-saudaranya di Yerusalem karena ia menolak untuk menundukkan orang-orang bukan-Yahudi kepada praktek-praktek Yahudi ini. Tidak ada agama yang diwahyukan yang dapat menyebar ke seluruh dunia jika agama itu berbuat kesalahan serius dengan menjadi diwarnai oleh suatu budaya bangsa tertentu atau dikaitkan dengan praktek-praktek rasial, sosial, atau ekonomis yang sudah terbentuk mapan.
194:3.10 Penganugerahan Roh Kebenaran itu independen dari semua bentuk, upacara, tempat keramat, dan perilaku khusus oleh mereka yang menerima kepenuhan manifestasinya. Ketika roh datang ke atas mereka yang berkumpul dalam ruangan atas itu, mereka hanya duduk di sana, sedang berdoa secara hening. Roh itu dikaruniakan di pedesaan dan juga di kota. Tidak perlu bagi rasul-rasul untuk pergi memisahkan diri ke suatu tempat sunyi selama bertahun-tahun meditasi sendirian supaya menerima roh itu. Untuk selamanya, Pentakosta memisahkan gagasan tentang pengalaman rohani dari pendapat perlunya lingkungan khusus tertentu yang mendukung.
194:3.11 Pentakosta dengan karunia-kemampuan rohaninya, dirancang selamanya untuk melepaskan agama dari Guru itu dari semua ketergantungan pada kekuatan fisik; guru-guru agama baru ini kini diperlengkapi dengan senjata-senjata rohani[22]. Mereka akan pergi untuk menundukkan dunia dengan pengampunan yang tidak pernah gagal, niat baik yang tanpa tanding, dan kasih yang penuh berlimpah. Mereka diperlengkapi untuk mengalahkan yang jahat dengan yang baik, untuk memusnahkan kebencian dengan kasih, untuk menghancurkan ketakutan dengan iman yang berani dan hidup dalam kebenaran[23][24]. Yesus telah mengajari para pengikutnya bahwa agamanya itu tidak pernah pasif; selalu para muridnya menjadi aktif dan positif dalam pelayanan belas kasihan mereka dan dalam pernyataan-pernyataan kasih mereka. Tidak lagi orang-orang percaya ini memandang Yahweh sebagai “TUHAN Semesta Alam[25].” Mereka sekarang menganggap Deitas yang kekal itu sebagai “Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus[26].” Mereka membuat kemajuan tersebut, setidaknya, bahkan jika mereka dalam ukuran tertentu gagal untuk memahami sepenuhnya kebenaran bahwa Tuhan (Allah) adalah juga Bapa rohani setiap individu.
194:3.12 Pentakosta melengkapi manusia fana dengan kuasa untuk mengampuni luka-luka pribadi, untuk tetap manis di tengah-tengah ketidak-adilan yang paling parah, untuk tetap tak-tergoyahkan di hadapan bahaya yang menakutkan, dan untuk menantang jahatnya benci dan amarah dengan perbuatan kasih dan ketabahan yang tidak kenal takut. Urantia telah melewati amukan perang-perang besar dan destruktif dalam sejarahnya. Semua peserta dalam perjuangan-perjuangan mengerikan ini menemui kekalahan. Hanya ada satu pemenang saja; ada hanya satu yang muncul dari perjuangan-perjuangan pahit ini dengan reputasi yang makin bertambah—itulah Yesus dari Nazaret dan injilnya tentang mengalahkan yang jahat dengan yang baik[27]. Rahasia dari suatu peradaban yang lebih baik itu tercakup dalam ajaran-ajaran Guru tentang persaudaraan manusia, niat baik dari kasih dan saling percaya.
194:3.13 Sampai dengan Pentakosta, agama telah mengungkapkan hanya manusia mencari Tuhan; sejak Pentakosta manusia masih mencari Tuhan, namun bersinarlah di seluruh dunia pemandangan tentang Tuhan yang juga mencari manusia dan mengirimkan roh-Nya untuk tinggal di dalamnya ketika Tuhan telah menemukan dia.
194:3.14 Sebelum ajaran-ajaran Yesus yang berpuncak di Pentakosta, wanita tidak atau sedikit memiliki kedudukan rohani dalam ajaran agama-agama yang lebih lama. Setelah Pentakosta dalam persaudaraan kerajaan, perempuan berdiri di hadapan Tuhan pada kesetaraan dengan laki-laki. Dari antara seratus dua puluh orang yang menerima kunjungan khusus dari roh itu ada banyak murid wanita, dan mereka berbagi berkat-berkat ini sama-sama dengan pria-pria yang percaya. Tidak lagi laki-laki berani memonopoli pelayanan ibadah keagamaan. Orang Farisi bisa mengucap syukur kepada Tuhan karena ia “tidak dilahirkan sebagai seorang perempuan, seorang kusta, atau seorang kafir,” tetapi di antara pengikut-pengikut Yesus wanita telah selamanya dibebaskan dari semua diskriminasi keagamaan yang didasarkan pada jenis kelamin. Pentakosta menghapuskan semua diskriminasi keagamaan yang didasarkan pada pembedaan rasial, perbedaan budaya, kasta sosial, atau prasangka jenis kelamin. Tidak heran orang-orang yang percaya agama baru ini bisa berseru, “di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan[28].”
194:3.15 Ibu maupun saudara Yesus keduanya hadir di antara seratus dua puluh orang-orang percaya itu, dan sebagai anggota-anggota dari kelompok murid-murid umum ini, mereka juga menerima curahan roh. Mereka tidak menerima pemberian baik ini lebih dari rekan-rekan sesama mereka. Tidak ada pemberian khusus yang dikaruniakan ke atas anggota-anggota keluarga buminya Yesus. Pentakosta menandai akhir dari keimaman khusus dan semua kepercayaan akan keluarga-keluarga yang disucikan.
194:3.16 Sebelum Pentakosta para rasul telah menyerahkan banyak hal bagi Yesus. Mereka telah mengorbankan rumah, keluarga, teman, barang-barang dunia, dan kedudukan mereka. Pada hari Pentakosta mereka memberi diri mereka kepada Tuhan, dan Bapa dan Putra menanggapinya dengan memberikan diri Mereka kepada manusia—mengirimkan roh-roh Mereka untuk hidup di dalam manusia. Pengalaman menghilangkan diri dan menemukan roh ini adalah bukan perkara emosi; hal itu adalah suatu tindakan penyerahan diri yang cerdas dan pengabdian hidup yang tanpa syarat.
194:3.17 Pentakosta adalah panggilan untuk kesatuan rohani di antara orang-orang yang percaya injil. Ketika roh itu turun ke atas murid-murid di Yerusalem, hal yang sama terjadi di Filadelfia, Aleksandria, dan di semua tempat yang lain di mana orang-orang percaya yang sejati tinggal. Secara harfiah benarlah bahwa “kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa.” Agama Yesus adalah pengaruh pemersatu yang paling kuat yang dunia pernah kenal[29].
194:3.18 Pentakosta dirancang untuk mengurangi penonjolan diri dari individu, kelompok, bangsa, dan ras-ras. Semangat penonjolan diri inilah yang demikian meningkat ketegangannya sehingga hal itu secara berkala meledak menjadi perang-perang yang menghancurkan. Umat manusia dapat dipersatukan hanya oleh pendekatan rohani, dan Roh Kebenaran itu adalah suatu pengaruh dunia yang universal.
194:3.19 Kedatangan Roh Kebenaran memurnikan hati manusia dan memimpin penerimanya untuk merumuskan suatu tujuan hidup yang tunggal hanya untuk kehendak Tuhan dan kesejahteraan umat manusia[30]. Roh jasmani kepentingan diri itu telah ditelan habis oleh anugerah rohani yang tanpa-kepentingan-diri ini. Pentakosta, saat itu dan sekarang, menandakan bahwa Yesus dari sejarah itu telah menjadi Putra ilahi dari pengalaman hidup. Sukacita dari roh yang dicurahkan ini, ketika hal itu dialami secara sadar dalam kehidupan manusia, adalah suatu obat kuat untuk kesehatan, suatu perangsang untuk pikiran, dan suatu tenaga yang tidak pernah padam untuk jiwa.
194:3.20 Doa tidak mendatangkan roh pada hari Pentakosta, tetapi doa itu banyak berpengaruh pada penentuan kapasitas penerimaan yang menjadi ciri orang-orang percaya perorangan. Doa tidak menggerakkan hati ilahi untuk pelepasan anugerah itu, tetapi doa itu sering kali menggali saluran-saluran yang lebih luas dan lebih dalam melalui mana anugerah ilahi bisa mengalir ke hati dan jiwa-jiwa mereka, mereka yang ingat untuk memelihara persekutuan yang tanpa henti dengan Pembuat mereka melalui doa yang tulus dan penyembahan yang benar itu.
194:4.1 Ketika Yesus begitu tiba-tiba ditangkap oleh musuh-musuhnya dan demikian cepatnya disalibkan di antara dua perampok, rasul-rasul dan murid-muridnya menjadi lemah semangat sama sekali. Pemikiran bahwa Guru ditangkap, dibelenggu, didera, dan disalibkan, tidak tertahankan lagi bagi para rasul. Mereka melupakan ajaran-ajarannya dan peringatan-peringatannya. Memang, dia bisa jadi “seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa,” tetapi dia hampir tidak mungkin menjadi Mesias yang mereka telah harapkan akan memulihkan kerajaan Israel[31].
194:4.2 Kemudian datanglah kebangkitan, bersama dengan pembebasannya dari keputusasaan dan kembalinya iman mereka akan keilahian Guru. Lagi dan lagi mereka melihatnya dan berbicara dengan dia, dan dia membawa mereka keluar ke bukit Zaitun, di mana dia mengucapkan kata perpisahan dan memberitahu mereka bahwa dia kembali kepada Bapa. Dia telah menyuruh mereka untuk menunggu di Yerusalem sampai mereka dilengkapi dengan kuasa—sampai Roh Kebenaran itu akan datang. Dan pada hari Pentakosta guru baru ini datang, dan mereka langsung keluar untuk memberitakan injil mereka dengan kuasa yang baru. Mereka adalah pengikut-pengikut yang gagah berani dari sosok Tuhan yang hidup, bukan seorang pemimpin yang mati dan kalah. Guru hidup dalam hati para penginjil ini; Tuhan itu bukan sebuah akidah dalam pikiran mereka; Dia telah menjadi suatu kehadiran hidup dalam jiwa mereka.
194:4.3 “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah[32]. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang[33]. Mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani. Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.”
194:4.4 Apa yang telah terjadi pada orang-orang ini yang Yesus telah urapi untuk pergi memberitakan injil kerajaan, kebapaan Tuhan dan persaudaraan manusia? Mereka mempunyai injil yang baru; mereka menyala-nyala dengan pengalaman baru; mereka dipenuhi dengan energi rohani yang baru[34]. Pesan mereka telah tiba-tiba bergeser pada pemberitaan tentang Kristus yang bangkit: “Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda; dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh. Hal-hal yang telah diberitahukan Allah sebelumnya melalui mulut semua nabi, telah Dia genapi. Tetapi Allah membangkitkan Dia. Allah telah membuat Dia menjadi Tuhan dan Kristus. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. Sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan; agar Tuhan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu.”
194:4.5 Injil kerajaan itu, pesan Yesus itu, telah tiba-tiba berubah menjadi injil tentang Tuhan Yesus Kristus. Mereka lalu memberitakan fakta-fakta tentang kehidupan, kematian, dan kebangkitannya dan mengkhotbahkan pengharapan tentang kembalinya dia segera ke dunia ini untuk menyelesaikan pekerjaan yang dia mulai. Dengan demikian berita dari orang-orang percaya mula-mula itu berhubungan dengan mengkhotbahkan mengenai fakta-fakta kedatangan pertamanya, dan dengan mengajarkan tentang pengharapan kedatangan keduanya, suatu kejadian yang mereka anggap sangat dekat tidak lama lagi.
194:4.6 Kristus akan menjadi pengakuan iman dari gereja yang sedang membentuk dengan cepat itu. Yesus hidup; dia wafat untuk umat manusia; dia memberikan roh; dia akan datang lagi. Yesus memenuhi semua pemikiran mereka dan menentukan semua konsep baru mereka tentang Tuhan dan segala sesuatu yang lain. Mereka terlalu bersemangat terhadap doktrin baru bahwa “Allah adalah Bapanya Tuhan Yesus” ketimbang berita lama bahwa “Allah adalah Bapa yang mengasihi semua manusia,” bahkan untuk setiap individu tunggal[35][36]. Benar, suatu manifestasi ajaib kasih persaudaraan dan kebaikan yang tak ada bandingnya memang muncul dalam komunitas-komunitas orang percaya mula-mula ini. Namun itu adalah persekutuan orang-orang yang percaya Yesus, bukan persekutuan saudara-saudara dalam keluarga kerajaan Bapa di surga. Niat baik mereka muncul dari kasih yang dilahirkan dari konsep tentang penganugerahan diri Yesus, dan bukan dari pengakuan tentang persaudaraan umat manusia. Namun demikian, mereka dipenuhi dengan sukacita, dan mereka menghidupi hidup yang demikian baru dan unik sehingga semua orang tertarik pada ajaran-ajaran mereka tentang Yesus. Mereka membuat kesalahan besar dengan menggunakan tafsir yang hidup dan ilustratif terhadap injil kerajaan untuk injil baru mereka itu, namun hal itupun mewakili agama terbesar yang umat manusia pernah ketahui.
194:4.7 Tak salah lagi, suatu persekutuan baru sedang bangkit dalam dunia. “Orang banyak yang percaya terus bertekun dalam pengajaran dan persekutuan para rasul, dalam memecah-mecahkan roti, dan dalam doa.” Mereka memanggil satu sama lain saudara dan saudari; mereka saling memberi salam dengan cium kudus; mereka melayani orang-orang miskin[37][38][39]. Itu adalah persekutuan hidup demikian pula persekutuan ibadah[40]. Mereka tidak hidup komunal oleh perintah tetapi oleh keinginan untuk berbagi milik mereka dengan sesama mereka orang-orang percaya[41]. Mereka dengan yakin menantikan bahwa Yesus akan kembali untuk menyelesaikan pendirian kerajaan Bapa selama generasi mereka. Saling berbagi harta milik duniawi secara spontan ini bukan suatu fitur langsung dari ajarannya Yesus; hal itu terjadi karena para pria dan wanita ini demikian tulus dan percaya bahwa dia akan kembali kapan saja untuk menyelesaikan pekerjaannya dan untuk mewujudkan kerajaan itu. Namun hasil akhir dari eksperimen berniat baik dalam kasih persaudaraan yang tidak bijaksana ini mendatangkan bencana dan dukacita. Ribuan orang percaya yang sungguh-sungguh ini menjual harta milik mereka dan melepas semua barang modal dan aset produktif mereka[42]. Dengan berlalunya waktu, menipisnya sumberdaya menyebabkan “berbagi-sama” Kristen itu berakhir—tetapi dunia belum. Segera sekali orang-orang percaya di Antiokhia menyelenggarakan suatu pengumpulan dana untuk menghindarkan rekan-rekan mereka di Yerusalem dari kelaparan[43].
194:4.8 Dalam hari-hari ini mereka merayakan Perjamuan Tuhan mengikuti cara ditetapkannya; yaitu, mereka berkumpul untuk makan bersama dalam persekutuan yang baik dan makan sakramen pada akhir makan.
194:4.9 Pertamanya mereka membaptis dalam nama Yesus; hampir dua puluh tahun kemudian barulah mereka mulai membaptis dalam “nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus[44].” Baptisan adalah semua yang disyaratkan untuk masuk ke dalam persekutuan orang-orang percaya. Mereka tidak memiliki organisasi sampai saat itu; semata-mata hanya persaudaraan Yesus.
194:4.10 Sekte Yesus ini berkembang dengan cepat, dan sekali lagi orang Saduki mengawasi mereka. Orang-orang Farisi tidak terlalu terganggu oleh situasi itu, karena melihat bahwa ajaran-ajaran itu dalam hal apapun tidak mengganggu ketaatan terhadap hukum-hukum Yahudi. Tetapi orang-orang Saduki mulai memasukkan para pemimpin sekte Yesus itu dalam penjara sampai mereka terbujuk untuk menerima nasihat dari salah seorang rabi terkemuka, Gamaliel, yang menganjurkan mereka: “Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini[45][46]. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kalian tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kalian melawan Allah[47].” Mereka memutuskan untuk menerima nasihat Gamaliel, dan akibatnya menyusul suatu masa damai dan tenang di Yerusalem, selama itu injil baru tentang Yesus menyebar dengan cepat.
194:4.11 Demikianlah semua berjalan baik di Yerusalem sampai waktu kedatangan orang-orang Yunani dalam jumlah besar dari Aleksandria. Dua dari murid-murid Rodan datang di Yerusalem dan mendapat banyak pengikut dari antara orang-orang Yunani. Di antara petobat-petobat awal mereka adalah Stefanus dan Barnabas. Orang-orang Yunani yang cakap ini tidak terlalu banyak memiliki sudut pandang Yahudi, dan mereka tidak terlalu baik menyesuaikan diri terhadap gaya ibadah Yahudi dan praktek-praktek upacara lainnya. Perbuatan dari orang-orang Yunani yang percaya inilah yang mengakhiri hubungan damai antara persaudaraan Yesus dan orang Farisi dan Saduki. Stefanus dan rekan Yunaninya mulai berkhotbah lebih seperti yang Yesus ajarkan, dan hal ini membawa mereka dalam konflik langsung dengan penguasa-penguasa Yahudi. Dalam satu khotbah publik Stefanus, ketika dia mencapai bagian ceramah yang tidak disetujui, mereka mengabaikan semua formalitas pengadilan dan kemudian melempari dia dengan batu sampai mati di tempat[48].
194:4.12 Stefanus, pemimpin koloni Yunani pengikut Yesus di Yerusalem, dengan demikian menjadi martir pertama pada kepercayaan baru itu dan penyebab khusus untuk pengorganisasian formal gereja Kristen mula-mula. Krisis baru ini dihadapi dengan kesadaran bahwa orang-orang percaya tidak dapat lebih lama lagi berlanjut sebagai sebuah sekte di dalam agama Yahudi. Mereka semua sepakat bahwa mereka harus memisahkan diri mereka dari orang-orang tidak percaya; dan dalam satu bulan sejak kematian Stefanus, gereja di Yerusalem telah diorganisir di bawah kepemimpinan Petrus, dan Yakobus saudara Yesus telah ditempatkan sebagai kepala titulernya (sebagai gelar saja).
194:4.13 Kemudian pecahlah penganiayaan yang baru dan tanpa henti oleh orang-orang Yahudi, sehingga guru-guru aktif agama baru tentang Yesus itu, yang kemudian di Antiokhia disebut Kekristenan, pergi hingga ke ujung-ujung kerajaan Romawi memberitakan Yesus[49][50]. Pada waktu membawa pesan ini, sebelum masa Paulus, kepemimpinan ada di tangan orang Yunani; dan misionaris-misionaris pertama ini, demikian pula yang berikutnya, mengikuti jalur gerakan Aleksander yang dahulu, pergi melalui Gaza dan Tirus ke Antiokhia dan kemudian seluruh Asia Kecil ke Makedonia, kemudian terus ke Roma dan ke bagian-bagian imperium Romawi yang paling jauh.