© 2020 Yayasan Urantia
56:0.1 TUHAN adalah kesatuan. Deitas itu secara semesta terkoordinir. Alam-alam semesta merupakan satu mekanisme luas terpadu yang secara mutlak dikendalikan oleh satu batin yang tanpa batas. Wilayah-wilayah ciptaan semesta fisik, intelektual, dan spiritual itu berkaitan secara ilahi. Yang sempurna dan tidak sempurna benar-benar saling terhubung, dan karena itulah makhluk evolusioner yang terbatas itu bisa naik ke Firdaus dalam ketaatan kepada amanat-Nya Bapa Semesta: “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Aku adalah sempurna[1].”
56:0.2 Beraneka ragam tingkat penciptaan semua itu dipersatukan dalam rancangan dan penatalaksanaan dari para Arsitek Alam Semesta Master. Bagi pikiran manusia yang terbatas ruang-waktu, alam semesta dapat menghadirkan banyak masalah dan situasi yang tampaknya menggambarkan ketidak-harmonisan dan menunjukkan tidak adanya koordinasi yang efektif; tetapi di antara kami yang mampu mengamati bentangan fenomena semesta yang lebih luas, dan yang lebih berpengalaman dalam seni mendeteksi kesatuan dasar yang melandasi keragaman kreatif dan yang menemukan keesaan ilahi yang meliputi semua berfungsinya pluralitas ini, akan lebih baik memahami maksud ilahi dan tunggal yang ditunjukkan dalam semua ragam manifestasi energi kreatif semesta ini.
56:1.1 Ciptaan fisik atau materi itu bukan tanpa batas, tetapi hal itu dengan sempurna dikoordinasikan. Ada forsa, energi, dan daya, tetapi mereka semua adalah satu dari asalnya. Ketujuh alam semesta super itu tampaknya rangkap dua; sedangkan alam semesta sentral, rangkap tiga; tetapi Firdaus adalah terdiri dari bahan dasar tunggal. Firdaus adalah sumber sesungguhnya untuk semua alam semesta material—masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Namun demikian penurunan (derivasi) kosmis ini adalah suatu peristiwa kekekalan; tidak ada waktu—masa lalu, masa kini, ataupun masa depan—ketika ruang ataupun kosmos material itu muncul dari Pulau Terang inti itu. Sebagai sumber kosmis, Firdaus berfungsi sebelum ruang dan sebelum waktu; sebab itu turunan-turunannya tampak menjadi terpisah-pisah dalam ruang dan waktu, seandainya turunan-turunan itu tidak muncul melalui Absolut Nirkualifikasi, penyimpanan terakhir mereka dalam ruang dan pengungkap serta pengatur mereka dalam waktu.
56:1.2 Absolut Nirkualifikasi menyokong alam semesta fisik, sedangkan Absolut Deitas memotivasi pengendalian menyeluruh yang hebat atas semua realitas material; dan kedua Absolut itu secara fungsional disatukan oleh Absolut Semesta. Korelasi kohesif untuk alam semesta material ini paling baik dipahami oleh semua kepribadian—kepribadian yang jasmani, morontia, absonit, atau rohani—dengan melalui pengamatan terhadap tanggapan gravitasi semua realitas material yang tulen terhadap gravitasi yang memusat di Firdaus bagian bawah.
56:1.3 Penyatuan gravitasi itu adalah menyeluruh dan tak berubah-ubah; tanggapan energi-murni itu demikian juga semesta dan tak bisa dihindari. Energi murni (forsa primordial) dan roh murni itu sepenuhnya praresponsif pada gravitasi. Forsa-forsa induk ini, yang melekat dalam Absolut-Absolut itu, adalah secara pribadi dikendalikan oleh Bapa Semesta; maka dengan demikian semua gravitasi itu memusat dalam hadirat pribadi Sang Bapa Firdaus untuk energi murni dan roh murni serta dalam tempat kediaman supermaterial-Nya.
56:1.4 Energi murni adalah leluhur semua realitas fungsional bukan-roh yang relatif, sedangkan roh murni adalah potensi untuk pengendalian ilahi dan pengarah atas semua sistem energi dasar. Realitas-realitas ini, meskipun begitu berbeda-beda pada saat terwujud di seluruh ruang dan pada saat diamati dalam gerakan-gerakan waktu, namun keduanya itu dipusatkan dalam pribadi Sang Bapa Firdaus. Dalam Dialah mereka adalah satu—harus disatukan—karena Tuhan adalah esa. Kepribadian-Nya Sang Bapa itu secara mutlak disatukan.
56:1.5 Dalam sifat tanpa batas Tuhan sang Bapa itu tidak mungkin ada dualitas realitas, seperti halnya fisik dan rohani; tetapi seketika kita berpaling dari tingkatan tanpa batas dan realitas mutlak dari nilai-nilai pribadi Bapa Firdaus itu, maka kita mengamati adanya dua realitas ini dan mengenali bahwa mereka sepenuhnya responsif terhadap kehadiran pribadi-Nya; segala sesuatu ada di dalam Dia[2][3].
56:1.6 Saat kamu berangkat dari konsep tanpa batasan dari kepribadian tanpa batas-Nya Bapa Firdaus itu, maka kamu harus mendalilkan adanya BATIN sebagai teknik yang tak terelakkan untuk menyatukan perbedaan yang semakin lebar antara manifestasi semesta rangkap dua dari kepribadian tunggal Pencipta yang asli, Sumber dan Pusat Pertama—AKU ADA.
56:2.1 Bapa-Pikiran itu mewujudkan ekspresi roh dalam Putra-Firman dan mencapai ekspansi realitas melalui Firdaus dalam alam-alam semesta material yang luas. Ekspresi rohani dari Putra Kekal itu dikaitkan dengan tingkat-tingkat material penciptaan oleh fungsi-fungsi dari Roh Tanpa Batas, yang melalui pelayanan batinnya yang tanggap-roh itu, dan melalui aksi-aksi batinnya yang mengarahkan-fisik itu, maka realitas rohani Deitas dan akibat material dari Deitas itu terhubungkan satu dengan lainnya.
56:2.2 Batin itu adalah karunia kemampuan fungsional dari Roh Tanpa Batas, karena itu tanpa batas dalam potensinya dan menyeluruh dalam penganugerahannya. Pikiran utama dari Bapa Semesta menjadi kekal dalam ekspresi rangkap dua: Pulau Firdaus dan Deitas setara-Nya, Sang Putra Kekal dan rohani itu. Dualitas dari realitas kekal seperti itu membuat adanya Tuhan batin, Sang Roh Tanpa Batas itu, menjadi tak bisa dihindari harus ada. Batin adalah saluran komunikasi yang sangat diperlukan antara realitas-realitas rohani dan jasmani. Makhluk evolusioner yang jasmani dapat mengerti dan memahami roh yang mendiami itu hanya melalui pelayanan batin.
56:2.3 Batin yang tanpa batas dan semesta ini dilayankan dalam alam-alam semesta ruang dan waktu sebagai batin kosmis; dan meskipun pelayanan ini membentang dari pelayanan primitif roh-roh ajudan sampai ke batin agung eksekutif kepala suatu alam semesta, namun demikian batin kosmis ini secara memadai selalu disatukan dalam pengawasan Tujuh Roh Master, yang pada gilirannya dikoordinasikan dengan Batin Mahatinggi ruang dan waktu dan dikaitkan secara sempurna dengan batin Roh Tanpa Batas yang mencakup segala sesuatu.
56:3.1 Seperti halnya gravitasi batin semesta dipusatkan dalam kehadiran pribadi Firdaus dari Roh Tanpa Batas, demikian juga gravitasi roh semesta memusat dalam kehadiran pribadi Firdaus Sang Putra Kekal. Bapa Semesta adalah satu, tetapi untuk ruang-waktu Dia diungkapkan dalam fenomena rangkap dua energi murni dan roh murni.
56:3.2 Realitas-realitas roh Firdaus demikian pula adalah satu, tetapi dalam semua situasi dan relasi ruang-waktu roh yang tunggal ini diwahyukan dalam fenomena rangkap dua kepribadian-kepribadian dan emanasi-emanasi roh dari Putra Kekal, dan pribadi-pribadi dan pengaruh roh dari Roh Tanpa Batas serta ciptaan-ciptaan yang terkait; namun masih ada yang ketiga—pecahan-pecahan roh murni—anugerah Pelaras Pikiran dari Bapa dan entitas-entitas roh lainnya yang adalah prapribadi.
56:3.3 Tidak peduli pada tingkat kegiatan alam semesta apapun kamu mungkin menjumpai fenomena atau kontak rohani dengan sosok-sosok roh, kamu bisa mengetahui bahwa mereka semua berasal dari Tuhan yang adalah roh oleh pelayanan dari Putra Roh dan Roh Batin Tanpa Batas[4]. Dan roh yang amat luas ini berfungsi sebagai suatu fenomena di dunia-dunia waktu yang evolusioner karena roh itu diatur dari markas-markas alam semesta lokal. Dari ibukota-ibukota Putra Pencipta ini datanglah Roh Kudus dan Roh Kebenaran, bersama-sama dengan pelayanan dari para roh-batin ajudan, kepada tingkat-tingkat batin jasmani yang lebih rendah dan berevolusi.
56:3.4 Sementara batin itu lebih dipersatukan pada tingkatan Roh Master dalam hubungan dengan Sang Mahatinggi dan sebagai batin kosmis yang tunduk pada Batin Absolut, pelayanan roh ke dunia-dunia yang berevolusi itu lebih secara langsung dipersatukan dalam pribadi-pribadi yang tinggal di markas alam semesta lokal dan dalam diri pribadi-pribadi dari Penatalayan Ilahi yang memimpin, yang pada gilirannya nyaris secara sempurna dihubungkan dengan sirkuit gravitasi Firdaus dari Putra Kekal, di dalam mana terjadi penyatuan akhir untuk semua manifestasi roh ruang-waktu.
56:3.5 Keberadaan makhluk yang disempurnakan dapat dicapai, dipertahankan, dan dikekalkan oleh peleburan dari batin yang sadar diri dengan suatu pecahan dari karunia roh pra-Trinitas dari salah satu pribadi Trinitas Firdaus. Batin manusia fana itu adalah ciptaan dari Putra dan Putri dari Putra Kekal dan Roh Tanpa Batas, dan ketika dilebur dengan Pelaras Pikiran yang dari Bapa, maka akan mengambil bagian dalam kemampuan roh lipat tiga di alam evolusioner. Tetapi tiga ekspresi roh ini menjadi sempurna dipersatukan dalam para finaliter, seperti saat mereka berada dalam kekekalan begitu dipersatukan dalam AKU ADA Semesta itu sebelum AKU ADA itu pernah menjadi Bapa Semesta untuk Putra Kekal dan Roh Tanpa Batas.
56:3.6 Roh haruslah selalu dan pada akhirnya menjadi lipat tiga dalam ekspresinya, dan dipersatukan-Trinitas dalam perwujudan akhirnya. Roh berasal dari satu sumber melalui ekspresi lipat tiga; dan dalam finalitasnya roh itu harus dan memang mencapai realisasi penuhnya dalam penyatuan ilahi yang dialami dengan menemukan Tuhan—yaitu kesatuan dengan keilahian—dalam kekekalan, dan melalui sarana pelayanan dari batin kosmis dari ekspresi tanpa batas dari firman kekal dari pikiran semesta-Nya Bapa.
56:4.1 Bapa Semesta adalah kepribadian yang dipersatukan secara ilahi; sebab itu semua anak-anak-Nya yang naik yang dibawa ke Firdaus oleh momentum balik dari para Pelaras Pikiran, yang keluar dari Firdaus untuk mendiami manusia jasmani dalam ketaatan pada amanat-Nya Bapa, demikian juga (manusia dan Pelaras itu) menjadi kepribadian yang dipersatukan sepenuhnya sebelum mereka mencapai Havona.
56:4.2 Kepribadian sudah menjadi sifatnya menjangkau untuk menyatukan semua realitas-realitas penyusunnya. Kepribadian tanpa batas dari Sumber dan Pusat Pertama, sang Bapa Semesta, menyatukan semua tujuh Absolut Infinitas penyusunnya, dan kepribadian manusia fana, sebagai suatu anugerah eksklusif dan langsung dari Bapa Semesta, demikian juga memiliki potensi untuk menyatukan faktor-faktor penyusun diri manusia fana itu. Adanya kreativitas pemersatu demikian pada semua kepribadian makhluk adalah ciri lahir dari Sumbernya yang tinggi dan eksklusif, dan lebih jauh membuktikan akan adanya kontak tak terputus dengan Sumbernya yang sama ini melalui sirkuit kepribadian, dengan sarana tersebut kepribadian makhluk itu menjaga kontak langsung dan terus menerus dengan Bapa semua kepribadian di Firdaus.
56:4.3 Meskipun Tuhan itu mewujud dari domain-domain Lipat Tujuh naik melalui supremasi dan ultimasi sampai kepada Tuhan Absolut, tetapi sirkuit kepribadian, yang berpusat di Firdaus dan dalam pribadi Tuhan sang Bapa, menyediakan penyatuan yang lengkap dan sempurna untuk semua ekspresi beragam kepribadian ilahi ini sejauh menyangkut semua kepribadian makhluk di semua tingkat kehidupan cerdas dan dalam semua wilayah alam-alam semesta yang sempurna, disempurnakan, dan sedang menjadi sempurna.
56:4.4 Meskipun Tuhan itu kepada dan dalam alam semesta adalah semua yang kami telah gambarkan, namun demikian, bagi kamu dan semua makhluk lain yang mengenal Tuhan, Dia adalah esa, Bapamu dan Bapa mereka[5]. Kepada kepribadian, Tuhan tidaklah bisa jamak. Tuhan adalah Bapa kepada setiap makhluk-Nya, dan benar-benar mustahil bagi setiap anak untuk memiliki lebih dari satu bapa.
56:4.5 Secara filosofis, secara kosmis, dan dengan mengacu pada tingkat-tingkat perbedaan dan lokasi-lokasi perwujudan, kamu dapat dan terpaksa harus memahami berfungsinya Deitas yang jamak dan menteorikan adanya Trinitas yang jamak; tetapi dalam pengalaman beribadah dari kontak pribadi dari setiap kepribadian yang menyembah di seluruh alam semesta master, Tuhan itu Esa; dan bahwa Deitas yang disatukan dan pribadi itu adalah orang tua Firdaus kita, Tuhan sang Bapa, sang pemberi, pemelihara, dan Bapa semua kepribadian mulai dari manusia fana di dunia-dunia yang dihuni hingga Putra Kekal di Pulau Firdaus yang sentral.
56:5.1 Keesaan, keutuhan tak terbaginya, Deitas Firdaus itu adalah tetap ada dan absolut. Ada tiga personalisasi kekal dari Deitas—Bapa Semesta, Putra Kekal, dan Roh Tanpa Batas—tetapi dalam Trinitas Firdaus mereka sebenarnya satu Deitas, tak terbagi dan tak dapat dibagi[6].
56:5.2 Dari tingkat realitas tetap adanya Havona-Firdaus yang asli, dua tingkatan di bawah absolut telah dibedakan, dan di sanalah Bapa, Putra, dan Roh terlibat dalam penciptaan banyak sederajat dan bawahan pribadi. Dan meskipun tidak pantas dalam kaitan ini untuk berusaha membahas penyatuan ketuhanan absonit pada tingkat-tingkat transendentalnya ultimasi, namun layak untuk melihat beberapa fitur dari fungsi pemersatu berbagai personalisasi Deitas yang di dalam siapa keilahian itu secara fungsional mewujud pada berbagai sektor penciptaan dan pada berbagai golongan makhluk cerdas.
56:5.3 Berfungsinya keilahian saat ini dalam alam-alam semesta super secara aktif menjadi nyata dalam pekerjaan-pekerjaan para Pencipta Tertinggi—para Putra dan Roh Pencipta alam semesta lokal, para Yang Purba Harinya alam semesta super, dan Tujuh Roh Master Firdaus. Sosok-sosok ini membentuk tiga tingkat pertama Tuhan Lipat Tujuh yang mengarah ke arah dalam kepada Bapa Semesta, dan seluruh domain Tuhan Lipat Tujuh ini berkoordinasi pada tingkat pertama ketuhanan berpengalaman dalam diri Sang Mahatinggi yang sedang berevolusi itu.
56:5.4 Di Firdaus dan dalam alam semesta sentral, keesaan Deitas itu adalah suatu fakta keberadaan. Di seluruh alam semesta waktu dan ruang yang berevolusi, keesaan Deitas itu adalah suatu pencapaian.
56:6.1 Ketika tiga pribadi Deitas kekal itu berfungsi sebagai Deitas yang tak terbagi dalam Trinitas Firdaus, mereka mencapai kesatuan yang sempurna; demikian pula, ketika mereka mencipta, baik secara bekerjasama atau sendiri-sendiri, turunan Firdaus mereka menunjukkan kesatuan keilahian yang khas. Dan keilahian tujuan ini yang dimanifestasikan oleh para Pencipta dan Penguasa Tertinggi dalam wilayah ruang-waktu itu mengakibatkan potensi kekuatan pemersatu dari kedaulatan supremasi pengalaman, yang di hadapan kesatuan energi bukan-pribadi alam semesta, membentuk suatu tegangan realitas yang dapat diselesaikan hanya melalui penyatuan yang memadai dengan realitas kepribadian pengalaman dari Deitas pengalaman.
56:6.2 Realitas-realitas kepribadian Sang Mahatinggi itu berasal dari para Deitas Firdaus, dan di dunia pilot sirkuit Havona bagian luar realitas-realitas itu menyatu dengan prerogatif-prerogatif kuasa dari Yang Mahatinggi Mahakuasa yang muncul dari keilahian-keilahian Pencipta dari alam semesta agung. Tuhan Mahatinggi sebagai sesosok pribadi berada di dalam Havona sebelum penciptaan tujuh alam semesta super, tapi Dia berfungsi hanya pada tingkat-tingkat rohani. Evolusi kuasa Supremasinya Yang Mahakuasa melalui berbagai sintesis keilahian dalam alam-alam semesta yang berevolusi itu mengakibatkan adanya suatu kehadiran kuasa baru Deitas yang dikoordinasikan dengan pribadi rohani Yang Mahatinggi di Havona melalui sarana Batin Mahatinggi, yang secara bersamaan dipindahkan dari potensi yang tinggal dalam batin tanpa batas Roh Tanpa Batas menuju ke batin fungsional aktif Sang Mahatinggi.
56:6.3 Makhluk yang memiliki batin jasmani di dunia-dunia evolusioner di tujuh alam semesta super dapat memahami kesatuan Deitas hanya saat hal itu berevolusi dalam sintesis kepribadian-kuasa Sang Mahatinggi itu. Pada setiap tingkat eksistensi, Tuhan tidak dapat melebihi kapasitas konseptual dari makhluk yang hidup pada tingkat tersebut. Manusia fana haruslah, melalui pengenalan kebenaran, penghargaan keindahan, dan pemujaan kebaikan, mengembangkan pengenalan tentang suatu sosok Tuhan yang kasih, dan kemudian maju melalui tingkat-tingkat ketuhanan menaik kepada pemahaman tentang Yang Mahatinggi. Deitas, setelah dipahami sebagai dipersatukan dalam kuasa seperti itu, kemudian dapat dipribadikan atau dipersonalisasi dalam roh untuk pemahaman dan pencapaian makhluk.
56:6.4 Meskipun manusia yang menaik mencapai pemahaman kuasa tentang Yang Mahakuasa di ibukota-ibukota alam semesta super dan pemahaman kepribadian Yang Mahatinggi di sirkuit-sirkuit bagian luar Havona, namun mereka sebenarnya tidak menemui Sang Mahatinggi karena mereka ditakdirkan untuk menemui para Deitas Firdaus. Bahkan para finaliter, roh-roh tahap keenam, belum menemui Sang Mahatinggi, dan sepertinya tidak pula seperti itu sampai mereka telah mencapai status roh-tahap-ketujuh, dan sampai Yang Mahatinggi itu telah menjadi benar-benar berfungsi dalam kegiatan-kegiatan di alam semesta bagian luar pada masa depan.
56:6.5 Namun ketika para penaik menemui Bapa Semesta sebagai tingkat ketujuh dari Tuhan Lipat Tujuh, mereka telah mencapai kepribadian sang Pribadi Pertama untuk semua tingkat ketuhanan dalam hal hubungan pribadi dengan makhluk-makhluk alam semesta.
56:7.1 Kemajuan stabil evolusi dalam alam semesta ruang-waktu itu disertai oleh semakin meluasnya pewahyuan dari Deitas kepada semua makhluk cerdas. Pencapaian puncak kemajuan evolusi di suatu dunia, dalam suatu sistem, konstelasi, alam semesta, alam semesta super, atau dalam alam semesta agung menandakan perluasan yang berkaitan dalam hal fungsi ketuhanan, ke dan dalam unit-unit penciptaan yang progresif ini. Setiap peningkatan lokal dari perwujudan keilahian seperti itu disertai oleh dampak-dampak terencana tertentu untuk perluasan manifestasi ketuhanan kepada semua sektor penciptaan yang lain. Meluas ke arah luar dari Firdaus, setiap wilayah baru evolusi yang direalisir dan dicapai itu merupakan suatu pewahyuan Deitas pengalaman yang baru dan diperluas kepada segala alam-alam semesta.
56:7.2 Sementara komponen-komponen dari suatu alam semesta lokal semakin dimapankan secara progresif dalam terang dan hidup, Tuhan Lipat Tujuh semakin mewujud. Evolusi ruang-waktu dimulai di sebuah planet dengan ekspresi pertama dari Tuhan Lipat Tujuh yang memegang kendali, yaitu kerjasama Putra Pencipta dan Roh Kreatif. Dengan pemapanan suatu sistem dalam terang, hubungan Putra-Roh ini mencapai kepenuhan fungsi; dan ketika suatu konstelasi seluruhnya ditetapkan, maka tahap kedua Tuhan Lipat Tujuh menjadi lebih aktif di seluruh wilayah alam itu. Selesainya evolusi administratif dari suatu alam semesta lokal itu disertai oleh pengaturan yang baru dan lebih langsung dari Roh-Roh Master alam semesta super; dan pada titik ini juga dimulai pewahyuan dan realisasi yang terus makin luas dari Tuhan Mahatinggi yang memuncak dalam pemahaman si penaik tentang Sang Mahatinggi sementara melewati dunia-dunia sirkuit Havona yang keenam.
56:7.3 Bapa Semesta, Putra Kekal, dan Roh Tanpa Batas adalah manifestasi ketuhanan yang tetap ada (eksistensial) kepada makhluk-makhluk cerdas, dan oleh karena itu, tidak diperluas secara serupa dalam hubungan kepribadian dengan makhluk-makhluk batin dan roh dari seluruh ciptaan.
56:7.4 Perlu dicatat bahwa manusia menaik bisa mengalami kehadiran bukan-pribadi dari tingkat-tingkat Deitas yang berturut-turut itu, jauh sebelum mereka menjadi cukup rohani dan cukup terdidik untuk mencapai pengenalan pengalaman pribadi pada, dan kontak dengan, para Deitas ini sebagai sosok-sosok yang berpribadi.
56:7.5 Setiap pencapaian evolusioner baru di dalam suatu sektor penciptaan, demikian pula setiap invasi ruang angkasa yang baru oleh manifestasi keilahian, akan disertai oleh perluasan bersamaan pewahyuan-fungsional Ketuhanan di dalam unit-unit di semua ciptaan yang saat itu ada dan yang sebelumnya diorganisir. Invasi baru dalam pekerjaan administratif alam-alam semesta dan unit-unit komponennya ini mungkin tidak selalu tampak dilaksanakan secara tepat sesuai dengan teknik yang diuraikan di sini, karena merupakan kebiasaan untuk mengirimkan di muka sebelumnya kelompok-kelompok administrator untuk mempersiapkan jalan bagi era-era selanjutnya dan berturut-turut untuk pengendalian menyeluruh administratif yang baru. Bahkan Tuhan Mahaakhir (Ultimat) menunjukkan di muka pengendalian transendentalnya terhadap alam-alam semesta selama tahap-tahap berikutnya suatu alam semesta lokal yang mapan dalam terang dan hidup.
56:7.6 Merupakan fakta bahwa, sementara ciptaan-ciptaan waktu dan ruang itu secara progresif dimapankan dalam status evolusionernya, bisa diamati suatu fungsi yang baru dan lebih lengkap dari Tuhan Mahatinggi yang bersamaan dengan penarikan berkaitan tiga manifestasi pertama dari Tuhan Lipat Tujuh. Jika dan ketika alam semesta agung sudah menjadi mapan dalam terang dan hidup, maka apakah yang kemudian akan menjadi fungsi masa depan dari manifestasi Kreator-Kreatif dari Tuhan Lipat Tujuh itu jika Tuhan Mahatinggi memegang kendali langsung atas ciptaan-ciptaan ruang dan waktu ini? Apakah para pengorganisir dan pelopor alam semesta ruang-waktu ini akan dibebaskan untuk kegiatan-kegiatan serupa dalam ruang angkasa bagian luar? Kami tidak tahu, tapi kami berspekulasi banyak mengenai hal ini dan hal-hal yang berkaitan.
56:7.7 Sementara perbatasan depan Ketuhanan yang berpengalaman itu diperluas keluar ke wilayah-wilayah Absolut Nirkualifikasi, kami melihat kegiatan Tuhan Lipat Tujuh selama zaman-zaman evolusioner awal untuk kreasi-kreasi masa depan ini. Kami tidak semua sepakat mengenai status masa depan Yang Purba Harinya dan Roh Master alam semesta super. Kami juga tidak tahu apakah Sang Mahatinggi di dalamnya akan berfungsi atau tidak seperti di dalam tujuh alam semesta super. Tetapi kami semua memprakirakan bahwa para Mikhael, para Putra Pencipta itu, akan ditakdirkan untuk berfungsi dalam alam-alam semesta bagian luar ini. Beberapa berpendapat bahwa zaman-zaman masa depan akan menyaksikan beberapa bentuk persatuan lebih erat antara Putra Pencipta dan Penatalayan Ilahi yang terkait; bahkan dimungkinkan bahwa persatuan pencipta seperti itu mungkin menjadi-adakan beberapa ekspresi baru identitas pencipta-rekan yang bersifat ultimat (terakhir). Tetapi kami sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang kemungkinan-kemungkinan masa depan yang belum diungkapkan ini.
56:7.8 Namun demikian, kami tahu bahwa dalam alam-alam semesta ruang dan waktu, Tuhan Lipat Tujuh menyediakan suatu pendekatan progresif kepada Bapa Semesta, dan bahwa pendekatan evolusioner ini secara pengalaman disatukan dalam Tuhan Mahatinggi. Kita mungkin menduga bahwa rancangan semacam itu tentulah berlaku dalam alam-alam semesta bagian luar; di sisi lain, golongan-golongan baru makhluk yang suatu kali dapat menghuni alam-alam semesta ini mungkin dapat mendekati Deitas pada tingkat terakhir (ultimat) dan dengan teknik-teknik absonit (melampaui terbatas). Singkatnya, kita tidak punya konsep sedikitpun tentang apa teknik pendekatan ketuhanan yang dapat beroperasi dalam alam-alam semesta masa depan di ruang angkasa luar itu.
56:7.9 Bagaimanapun juga, kami menganggap bahwa alam-alam semesta super yang disempurnakan itu akan dalam cara tertentu menjadi bagian dari karier-karier kenaikan-Firdaus makhluk-makhluk yang mungkin menghuni kreasi-kreasi bagian luar ini. Sangat mungkin bahwa dalam zaman masa depan kita dapat menyaksikan para makhluk angkasa luar itu mendekati Havona melalui tujuh alam semesta super, dikelola oleh Tuhan Mahatinggi dengan atau tanpa kerjasama dari Tujuh Roh Master.
56:8.1 Sang Mahatinggi memiliki fungsi lipat tiga dalam pengalaman manusia fana: Pertama, Ia adalah pemersatu untuk keilahian ruang-waktu, yaitu Tuhan Lipat Tujuh; kedua, Ia adalah maksimumnya Ketuhanan yang benar-benar dapat dipahami oleh makhluk terbatas; ketiga, Ia adalah satu-satunya jalan pendekatan manusia kepada pengalaman transendental bergaul dengan batin absonit, roh kekal, dan kepribadian Firdaus.
56:8.2 Para finaliter penaik, setelah dilahirkan dalam alam-alam semesta lokal, dibesarkan dalam alam-alam semesta super, dan dilatih dalam alam semesta sentral, mencakup dalam pengalaman pribadi mereka potensi penuh untuk pemahaman keilahian ruang-waktu dari Tuhan Lipat Tujuh yang menyatu dalam Yang Mahatinggi. Para finaliter melayani berturut-turut dalam alam-alam semesta super selain dari alam semesta super asal mereka, sehingga dengan itu menambahkan pengalaman atas pengalaman sampai kepenuhan keragaman lipat tujuh pengalaman makhluk yang mungkin itu telah dicakup. Melalui pelayanan Pelaras yang mendiami mereka, para finaliter dimampukan untuk menemukan Bapa Semesta, tetapi dengan teknik pengalaman itulah para finaliter tersebut benar-benar mengenal Sang Mahatinggi, dan mereka ditakdirkan untuk pelayanan dan pewahyuan dari Deitas Mahatinggi ini dalam dan kepada alam-alam semesta masa depan ruang angkasa di bagian luar.
56:8.3 Ingatlah, semua yang Tuhan Bapa dan para Putra Firdaus-Nya lakukan untuk kita, kita pada gilirannya dan dalam roh memiliki kesempatan untuk melakukannya untuk dan dalam Sang Mahatinggi yang sedang bangkit itu. Pengalaman kasih, sukacita, dan pelayanan dalam alam semesta itu saling timbal balik. Tuhan Bapa tidak mengharuskan agar anak-anak-Nya mengembalikan kepada-Nya semua yang Dia limpahkan ke atas mereka, tetapi mereka memang (atau mungkin) pada gilirannya memberikan semua ini kepada sesama mereka dan kepada Sang Mahatinggi yang berevolusi itu.
56:8.4 Semua fenomena kreasional itu cerminan dari kegiatan roh-pencipta pendahulunya. Kata Yesus, dan secara harfiah benar, “Anak hanya melakukan hal-hal yang ia lihat dilakukan oleh Bapa[7].” Dalam waktu kamu manusia mungkin memulai pewahyuan tentang Yang Mahatinggi kepada sesamamu, dan semakin mungkin kamu menambahkan pewahyuan ini sementara kamu naik ke arah Firdaus. Dalam kekekalan kamu bisa diizinkan untuk membuat semakin banyak pewahyuan tentang Tuhannya makhluk-makhluk evolusioner ini pada tingkat-tingkat tertinggi—bahkan tingkat terakhir—sebagai finaliter tahap ketujuh.
56:9.1 Absolut Nirkualifikasi dan Absolut Deitas itu dipersatukan dalam Absolut Semesta. Para Absolut itu dikoordinasikan dalam Yang Mahaakhir, dikondisikan dalam Yang Mahatinggi, dan dimodifikasi ruang-waktu dalam Tuhan Lipat Tujuh. Pada tingkat-tingkat subinfinit ada tiga Absolut, tetapi dalam infinitas mereka tampak sebagai satu. Di Firdaus ada tiga personalisasi Deitas, tetapi dalam Trinitas mereka adalah satu.
56:9.2 Proposisi filosofis utama dari alam semesta master adalah ini: Apakah sang Absolut (tiga Absolut yang satu dalam infinitas itu) ada sebelum Trinitas? dan apakah para Absolut ini merupakan leluhur Trinitas? ataukah Trinitas mendahului para Absolut?
56:9.3 Apakah Absolut Nirkualifikasi adalah suatu kehadiran kekuatan yang mandiri dari Trinitas? Apakah kehadiran Absolut Deitas mengandung arti fungsi tak terbatas dari Trinitas? dan apakah Absolut Semesta adalah fungsi akhir dari Trinitas, bahkan suatu Trinitas dari Trinitas-trinitas?
56:9.4 Pada pemikiran pertama, konsep tentang Yang Absolut sebagai leluhur segala sesuatu—bahkan juga leluhur Trinitas—tampaknya untuk sementara mampu memberikan kepuasan konsistensi dan kesatuan filosofis, tetapi semua kesimpulan tersebut menjadi tidak absah oleh kenyataan tentang kekekalan Trinitas Firdaus. Kami diajari, dan kami percaya, bahwa Bapa Semesta dan rekan-rekan Trinitasnya itu adalah kekal dalam kodrat dan keberadaannya. Maka, hanya ada satu kesimpulan filosofis yang konsisten, dan itu adalah: Yang Absolut, bagi semua kecerdasan alam semesta, adalah reaksi bukan-pribadi dan sederajat, dari Trinitas (dari Trinitas-Trinitas) pada semua situasi ruang yang dasar dan primer, intrasemesta dan ekstrasemesta. Bagi semua kecerdasan kepribadian dari alam semesta agung, Trinitas Firdaus selamanya berada dalam finalitas, kekekalan, supremasi, dan ultimasi, dan untuk semua tujuan praktis pemahaman pribadi dan realisasi makhluk, Trinitas Firdaus adalah sebagai yang absolut.
56:9.5 Seperti pikiran makhluk mungkin memandang masalah ini, mereka dituntun kepada dalil final tentang AKU ADA Semesta sebagai sebab utama dan sumber tanpa batasan untuk Trinitas maupun Yang Absolut. Karena itu, kalau kita mendambakan untuk memiliki konsep pribadi tentang Yang Absolut, kita alihkan kembali ke ide-ide dan ideal-ideal kita tentang Bapa Firdaus. Kalau kita ingin membantu pemahaman atau untuk meningkatkan kesadaran tentang Absolut yang (sebaliknya) tidak berpribadi ini, maka kita kembali ke fakta bahwa Bapa Semesta adalah Bapa yang tetap ada untuk kepribadian absolut; Putra Kekal adalah Pribadi Absolut, meskipun dalam pengertian pengalaman, bukan personalisasi dari Yang Absolut. Maka kemudian kita melanjutkan untuk membayangkan Trinitas yang berpengalaman itu sebagai memuncak pada personalisasi pengalaman Absolut Deitas, sementara kita memahami Absolut Semesta sebagai merupakan alam semesta itu dan fenomena ekstrasemesta dari kehadiran wujud dari kegiatan bukan-pribadi dari hubungan-hubungan Deitas supremasi, ultimasi, dan infinitas yang disatukan dan dikoordinasikan—Trinitas dari Trinitas-trinitas.
56:9.6 Tuhan sang Bapa itu dapat diamati pada semua tingkat dari yang terbatas hingga ke yang tanpa batas, dan meskipun makhluk-makhluk-Nya dari Firdaus hingga ke dunia-dunia evolusioner telah mengetahui Dia secara berbeda-beda, namun hanya Putra Kekal dan Roh Tanpa Batas yang mengenal Dia sebagai suatu ketanpa-batasan.
56:9.7 Kepribadian rohani itu absolut hanya di Firdaus, dan konsep Absolut itu tanpa batasan sifat hanya dalam infinitas. Kehadiran Deitas itu absolut hanya di Firdaus, dan pewahyuan tentang Tuhan tentulah selalu parsial, relatif, dan progresif sampai kuasa-Nya secara pengalaman menjadi tanpa batas dalam potensi ruang dari sang Absolut Nirkualifikasi, sedangkan manifestasi kepribadian-Nya secara pengalaman menjadi tanpa batas dalam kehadiran wujud Absolut Deitas, dan sementara kedua potensi ketanpa-batasan ini menjadi dipersatukan-realitas dalam Absolut Semesta.
56:9.8 Namun melampaui tingkat-tingkat di bawah yang tanpa batas, tiga Absolut itu adalah satu, dan dengan demikian adalah disadari-Deitas sebagai ketanpa-batasan, terlepas apakah ada golongan keberadaan lain yang pernah menyadari-sendiri kesadaran tentang ketanpa-batasan.
56:9.9 Status eksistensial (tetap ada) dalam kekekalan menyiratkan kesadaran diri yang tetap ada tentang ketanpa-batasan, bahkan sekalipun ada suatu kekekalan lain yang mungkin diperlukan untuk mengalami kesadaran diri untuk potensi-potensi pengalaman yang melekat dalam suatu kekekalan ketanpa-batasan—suatu ketanpa-batasan yang kekal.
56:9.10 Tuhan Bapa adalah sumber pribadi untuk semua manifestasi Deitas dan realitas pada semua makhluk cerdas dan sosok roh di seluruh alam-alam semesta. Sebagai kepribadian-kepribadian, sekarang atau dalam pengalaman semesta berturut-turut di masa depan yang kekal, tidak peduli apakah kamu meraih pencapaian Tuhan Lipat Tujuh, memahami Tuhan Mahatinggi, menemukan Tuhan Mahaakhir, atau mencoba untuk memahami konsep Tuhan Absolut, kamu akan menemukan bagi kepuasan kekalmu bahwa dalam penuntasan akhir setiap petualangan yang kamu lakukan, pada tingkat-tingkat pengalaman baru, menemukan kembali Tuhan yang kekal—yaitu Bapa Firdaus untuk semua kepribadian alam semesta.
56:9.11 Bapa Semesta adalah penjelasan tentang kesatuan semesta karena hal itu haruslah secara tertingginya, bahkan terakhirnya, direalisasikan dalam kesatuan pasca-terakhir untuk nilai-nilai dan makna-makna absolut—yaitu Realitas tanpa batasan sifat.
56:9.12 Organisator Forsa Master pergi ke ruang angkasa dan memobilisasi energi-energinya untuk menjadi responsif terhadap tarikan gravitasi Firdaus dari Bapa Semesta; dan kemudian datanglah para Putra Pencipta, yang mengorganisir forsa-forsa tanggap-gravitasi ini menjadi alam-alam semesta yang dihuni, dan di dalamnya berevolusi makhluk-makhluk cerdas yang menerima ke dalam diri mereka roh dari Bapa Firdaus, dan kemudian naik kepada Bapa untuk menjadi seperti Dia dalam semua atribut keilahian yang mungkin.
56:9.13 Barisan kekuatan-kekuatan kreatif Firdaus yang tanpa henti dan makin luas melalui ruang angkasa itu tampaknya menandakan terus meluasnya wilayah pegangan gravitasi dari Bapa Semesta, dan tidak pernah berakhirnya perbanyakan beragam jenis makhluk cerdas yang mampu mengasihi Tuhan dan dikasihi oleh-Nya, dan yang, dengan menjadi mengenal-Tuhan seperti itu, makhluk-makhluk itu dapat memilih untuk menjadi seperti Dia, bisa memilih untuk mencapai Firdaus dan menemui Tuhan.
56:9.14 Alam-alam semesta itu dipersatukan seluruhnya. Tuhan adalah satu dalam kekuasaan dan kepribadian. Ada koordinasi semua tingkat energi dan semua tahap kepribadian. Secara filosofis dan pengalaman, dalam konsep dan dalam kenyataannya, segala benda dan makhluk memusat dalam Bapa Firdaus. Tuhan adalah semuanya dan dalam semuanya, dan tidak ada benda atau makhluk yang ada tanpa Dia[8].
56:10.1 Sementara dunia-dunia yang mapan dalam terang dan hidup itu maju dari tahap awal hingga zaman ketujuh, mereka berturut-turut memahami realisasi tentang realitas Tuhan Lipat Tujuh, mulai dari penghormatan pada Putra Pencipta hingga penyembahan pada Bapa Firdausnya. Sepanjang berlanjutnya tahap ketujuh dari sejarah dunia tersebut, manusia yang terus maju itu bertumbuh dalam pengetahuan tentang Tuhan Mahatinggi, sementara mereka samar-samar melihat realitas tentang pelayanan Tuhan Mahaakhir yang menaunginya.
56:10.2 Pada seluruh zaman yang mulia ini, upaya utama manusia-manusia yang terus maju ini adalah pencarian untuk pemahaman yang lebih baik dan kesadaran lebih penuh tentang unsur-unsur Deitas yang bisa dipahami—yaitu kebenaran, keindahan, dan kebaikan. Hal ini merupakan upaya manusia untuk melihat Tuhan dalam batin, materi, dan roh. Dan sementara manusia mengejar upaya ini, ia menemukan dirinya semakin terpikat dalam studi pengalaman tentang filsafat, kosmologi, dan keilahian.
56:10.3 Filsafat itu agak dapat kamu pahami, dan keilahian kamu mengerti dalam ibadah, pelayanan sosial, dan pengalaman rohani pribadi, tetapi pengejaran untuk keindahan—kosmologi—terlalu sering kamu batasi hanya pada studi upaya kesenian manusia yang kasar itu. Keindahan, seni, terutama adalah urusan penyatuan kontras-kontras. Variasi itu pokok untuk konsep keindahan. Keindahan yang tertinggi, puncak seni terbatas, adalah drama tentang penyatuan luasnya ekstrim-ekstrim kosmis antara Pencipta dan makhluk. Manusia menemukan Tuhan dan Tuhan menemukan manusia—makhluk menjadi sempurna seperti halnya Pencipta—itulah yang merupakan pencapaian adiluhung yang paling indah, pencapaian puncak seni kosmis.
56:10.4 Oleh karena itu materialisme, ateisme, adalah maksimasi dari keburukan, klimaks dari antitesis terbatas tentang yang indah. Keindahan tertinggi terdiri dalam panorama tentang penyatuan variasi-variasi yang telah dilahirkan dari realitas harmonis yang ada sebelumnya.
56:10.5 Pencapaian tingkat-tingkat pemikiran kosmologis meliputi:
56:10.6 1. Keingin-tahuan. Kelaparan untuk harmoni dan haus akan keindahan. Upaya gigih untuk menemukan tingkat-tingkat baru hubungan-hubungan kosmis yang harmonis.
56:10.7 2. Apresiasi estetis. Mencintai yang indah dan penghargaan yang terus maju tentang sentuhan artistik untuk semua manifestasi kreatif pada semua tingkatan realitas.
56:10.8 3. Sensitivitas etis. Melalui kesadaran akan kebenaran, penghargaan akan keindahan itu membawa pada perasaan tentang kelayakan kekal tentang hal-hal yang bersinggungan dengan pengenalan akan kebaikan ilahi, dalam hubungan Deitas dengan semua makhluk; dan dengan demikian bahkan kosmologi juga mengarah ke pengejaran nilai-nilai realitas yang ilahi—yaitu kepada kesadaran-Tuhan.
56:10.9 Dunia-dunia yang mapan dalam terang dan hidup itu begitu sepenuhnya peduli dengan pemahaman kebenaran, keindahan, dan kebaikan karena nilai-nilai kualitas ini mencakup pewahyuan Deitas kepada alam-alam ruang dan waktu. Makna-makna tentang kebenaran kekal itu membuat daya tarik gabungan pada kodrat intelektual dan spiritualnya manusia fana. Keindahan universal mencakup hubungan yang harmonis dan irama-irama ciptaan kosmis; hal ini lebih jelas merupakan daya tarik intelektual dan mengarah pada pemahaman yang disatukan dan sinkron tentang alam semesta material. Kebaikan ilahi merupakan pewahyuan tentang nilai-nilai yang tak terbatas kepada batin yang terbatas, di dalamnya agar diterima dan diangkat ke ambang sebenarnya untuk tingkat rohani pemahaman manusia.
56:10.10 Kebenaran adalah dasar dari ilmu pengetahuan dan filsafat, menyajikan landasan intelektual untuk agama. Keindahan mensponsori seni, musik, dan irama-irama yang bermakna untuk semua pengalaman manusia. Kebaikan mencakup perasaan etika, moralitas, dan agama—yaitu rindu-kesempurnaan pengalaman.
56:10.11 Adanya keindahan menyiratkan hadirnya batin makhluk yang menghargainya, sama pastinya seperti fakta evolusi maju menunjukkan adanya dominasi Batin Tertinggi. Keindahan adalah pengakuan intelektual untuk sintesis ruang-waktu yang harmonis untuk diversifikasi realitas fenomenal yang amat luas, yang semuanya berasal dari keesaan yang ada sebelumnya dan kekal.
56:10.12 Kebaikan adalah pengenalan mental terhadap nilai-nilai relatif dari tingkat kesempurnaan ilahi yang berbeda-beda. Pengenalan kebaikan berarti suatu batin yang berstatus moral, suatu pikiran pribadi dengan kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang jahat. Namun kepemilikan kebaikan, atau kebesaran, adalah ukuran pencapaian keilahian yang sesungguhnya.
56:10.13 Pengenalan akan hubungan yang benar mengandung arti suatu pikiran yang mampu untuk membedakan antara kebenaran dan kesalahan. Penganugerahan Roh Kebenaran yang memberi karunia pada batin-batin manusia di Urantia adalah selalu responsif pada kebenaran—yaitu hubungan roh hidup dari segala sesuatu dan semua makhluk selagi mereka dikoordinasikan dalam kenaikan abadi menuju Tuhan.
56:10.14 Setiap impuls dari setiap elektron, pemikiran, atau roh adalah suatu unit yang beraksi di seluruh alam semesta. Hanya dosa yang adalah penolakan gravitasi yang terisolasi dan jahat pada tingkat mental dan spiritual. Alam semesta adalah suatu keseluruhan; tidak ada benda atau makhluk yang ada atau hidup dalam isolasi. Kesadaran diri itu berpotensi jahat jika hal itu antisosial. Secara harfiah adalah benar: “Manusia tidak bisa hidup sendirian[9].” Sosialisasi kosmis merupakan bentuk tertinggi dari penyatuan kepribadian. Yesus berkata: “Siapa yang ingin menjadi terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayan dari semuanya[10].”
56:10.15 Bahkan kebenaran, keindahan, dan kebaikan—pendekatan intelektual manusia kepada alam semesta batin, materi, dan roh itu—haruslah digabungkan menjadi satu konsep menyatu yang suatu ideal ilahi dan tertinggi. Seperti halnya kepribadian manusia menyatukan pengalaman manusia dengan materi, batin, dan jiwa, demikian pula ideal ilahi dan tertinggi ini menjadi dipersatukan-kuasa dalam Supremasi dan kemudian dipersonalisasi sebagai suatu Tuhan dari kasih kebapaan.
56:10.16 Semua wawasan ke dalam hubungan dari bagian-bagian kepada suatu keseluruhan memerlukan pemahaman mendalam tentang hubungan semua bagian kepada keseluruhan itu; dan di alam semesta hal ini berarti hubungan dari bagian yang dicipta dengan Yang Seluruhnya Mencipta. Ketuhanan dengan demikian menjadi transendental, bahkan tanpa batas, tujuan dari pencapaian universal dan abadi.
56:10.17 Keindahan semesta adalah pengenalan tentang cerminan Pulau Firdaus dalam ciptaan materi, sedangkan kebenaran abadi adalah pelayanan khusus dari para Putra Firdaus yang tidak hanya memberikan diri mereka pada ras manusia tetapi bahkan mencurahkan Roh Kebenaran mereka ke atas semua bangsa. Kebaikan ilahi itu lebih lengkap diperlihatkan dalam pelayanan kasih dari bermacam-macam pribadi dari Roh Tanpa Batas. Tetapi kasih, jumlah total dari tiga kualitas ini, adalah persepsi manusia tentang Tuhan sebagai Bapa rohnya.
56:10.18 Materi fisik adalah bayangan ruang-waktu dari terang-energi Firdaus dari para Deitas yang absolut. Makna-makna kebenaran adalah dampak (tidak langsung) kecerdasan-manusia terhadap firman kekalnya Deitas—yaitu pemahaman ruang-waktu tentang konsep-konsep tertinggi. Nilai-nilai kebaikan dari keilahian adalah pelayanan penuh rahmat dari pribadi-pribadi roh dari Yang Semesta, Yang Kekal, dan Yang Tanpa Batas kepada makhluk-makhluk ruang-waktu yang terbatas di dunia-dunia evolusi.
56:10.19 Nilai-nilai realitas keilahian yang penuh makna ini dipadukan dalam hubungan Bapa dengan setiap makhluk berpribadi sebagai kasih ilahi. Hal-hal itu terkoordinasi dalam sang Putra dan para Putranya sebagai rahmat ilahi. Mereka mewujudkan sifat-sifat mereka melalui Roh dan anak-anak rohnya sebagai pelayanan ilahi, penggambaran tentang rahmat penuh kasih kepada anak-anak waktu. Ketiga keilahian ini terutama dimanifetasikan oleh Sosok Mahatinggi sebagai sintesis kepribadian-kuasa. Mereka diperlihatkan secara beragam oleh Tuhan Lipat Tujuh dalam tujuh hubungan yang berbeda dalam hal makna-makna dan nilai-nilai ilahi pada tujuh tingkat yang menaik.
56:10.20 Untuk manusia yang terbatas, kebenaran, keindahan, dan kebaikan itu mencakup pewahyuan penuh tentang realitas keilahian. Ketika pemahaman-kasih tentang Ketuhanan ini menemukan ekspresi rohani dalam kehidupan manusia yang mengenal-Tuhan, maka dihasilkanlah buah-buah keilahian: damai intelektual, kemajuan sosial, kepuasan moral, sukacita rohani, dan kearifan kosmis[11]. Para manusia maju di dunia yang dalam tahap ketujuh terang dan hidup itu telah belajar bahwa kasih adalah hal terbesar dalam alam semesta—dan mereka tahu bahwa Tuhan itu kasih.
56:10.21 Kasih adalah kerinduan untuk berbuat baik kepada yang lain.
56:10.22 [Disampaikan oleh sesosok Utusan Perkasa yang berkunjung ke Urantia, atas permintaan Korps Pewahyuan Nebadon, dan dalam kerjasama dengan sosok Melkisedek tertentu, wakil Pangeran Planet Urantia.]
56:10.23 Makalah tentang Keesaan atau Kesatuan Semesta ini adalah yang kedua puluh lima dari serangkaian presentasi oleh berbagai penulis, yang telah disponsori sebagai satu kelompok oleh suatu komisi kepribadian-kepribadian dari Nebadon yang berjumlah dua belas dan bertindak di bawah pimpinan Melkisedek Mantutia. Kami menyusun narasi-narasi ini dan menempatkannya dalam bahasa Inggris, melalui suatu teknik yang disahkan oleh atasan-atasan kami, dalam tahun 1934 waktu Urantia.