© 2020 Yayasan Urantia
90:0.1 EVOLUSI ibadah keagamaan berkembang dari penenangan, penghindaran, pengusiran, pemaksaan, pendamaian, dan penyuapan, kepada pengorbanan, penebusan, dan penyelamatan. Teknik ritual keagamaan itu bergerak dari bentuk-bentuk kultus primitif melalui berhala-berhala ke sihir dan mujizat; dan sementara ritual menjadi lebih kompleks sebagai tanggapan terhadap konsep manusia yang semakin kompleks mengenai alam supermaterial, tidak terhindarkan lagi teknik ritual keagamaan itu didominasi oleh para tabib, dukun, dan imam atau pendeta.
90:0.2 Dalam konsep manusia primitif yang terus maju, dunia roh pada akhirnya dianggap sebagai tidak responsif pada manusia biasa. Hanya yang luar biasa di antara manusia itulah yang bisa didengar para dewa; hanya laki-laki atau perempuan yang luar biasa yang dapat didengar oleh roh-roh. Agama dengan demikian masuk pada tahap baru, suatu tahap dimana secara bertahap agama menjadi diwakilkan atau ditangan-keduakan; selalu saja ada tabib, dukun, atau imam berada di tengah antara pemeluk agama dan objek pemujaan. Dan hari ini kebanyakan sistem keyakinan agama yang terorganisir di Urantia sedang melewati tingkat perkembangan evolusioner ini.
90:0.3 Agama evolusioner lahir dari rasa takut yang sederhana dan maha kuat, ketakutan yang melanda melalui pikiran manusia ketika dihadapkan pada yang tidak diketahui, yang tidak bisa dijelaskan, dan yang tidak bisa dipahami. Agama pada akhirnya mencapai kesadaran sederhana yang mendalam tentang suatu kasih yang maha kuat, kasih yang menyapu tak tertahankan melalui jiwa manusia itu ketika terbuka matanya pada konsepsi tentang kasih sayang tak terbatas dari Bapa Semesta untuk anak-anak alam semesta. Namun di antara evolusi keagamaan yang awal dan penyempurnaannya, di antara keduanya ada zaman panjang para dukun, yang berani berdiri antara manusia dan Tuhan sebagai perantara, penafsir, dan pensyafaat.
90:1.1 Dukun adalah tabib peringkat tertinggi, orang pujaan dalam upacara, dan pribadi fokus untuk semua praktek agama evolusioner. Dalam banyak kelompok, dukun melebihi pangkat kepala perang, menandai permulaan dominasi gereja atas negara. Dukun kadang-kadang berfungsi sebagai imam dan bahkan sebagai raja-imam[1]. Beberapa suku yang belakangan memiliki keduanya, tabib-dukun (pelihat) maupun imam-dukun yang belakangan muncul[2]. Dan dalam banyak kasus jabatan dukun menjadi turun-temurun.
90:1.2 Karena di zaman dahulu segala sesuatu yang abnormal dianggap berasal karena kerasukan roh, maka suatu kelainan mental atau fisik yang mencolok merupakan syarat untuk menjadi seorang tabib. Banyak dari lelaki ini menderita epilepsi, banyak wanitanya menderita sakit syaraf atau histeria, dan dua jenis ini menyumbang cukup banyak ilham kuno demikian pula kerasukan roh dan setan. Banyak juga imam-imam yang paling awal ini adalah dari golongan yang telah disebut sebagai paranoid.
90:1.3 Meskipun mereka mungkin telah berlatih penipuan dalam urusan-urusan kecil, sebagian besar dukun percaya fakta bahwa mereka itu kerasukan roh. Wanita yang mampu menceburkan diri mereka masuk keadaan trans atau serangan ayan menjadi dukun-dukun perempuan yang berkuasa; kemudian, wanita-wanita tersebut menjadi nabiah dan medium atau cenayang roh. Trans sakit ayan mereka itu biasanya mencakup apa yang dikatakan komunikasi dengan arwah orang mati. Banyak dukun perempuan yang juga penari profesional.
90:1.4 Tidak semua dukun menipu diri mereka sendiri; banyak yang adalah penipu yang lihai dan cakap. Sementara profesi itu berkembang, seorang pemula diharuskan untuk tugas magang sepuluh tahun penuh kesulitan dan penyangkalan diri untuk memenuhi syarat sebagai seorang tabib. Para dukun mengembangkan mode pakaian profesional dan pura-pura berperilaku misterius. Mereka sering menggunakan obat-obatan (narkoba) untuk menginduksi keadaan badani tertentu yang akan membuat orang suku terkesan dan takjub. Kemahiran sulap tangan dianggap sebagai adikodrati oleh rakyat kebanyakan, dan bicara dengan suara perut pertama kali digunakan oleh para imam yang cerdik. Banyak dukun kuno tanpa sengaja terjerumus ke hipnotisme; yang lainnya menginduksi otohipnosis dengan berlama-lama menatap pusar mereka.
90:1.5 Meskipun banyak yang memakai trik-trik dan penipuan ini, namun reputasi mereka sebagai sebuah kelas, didirikan pada prestasi yang kelihatan nyata. Ketika seorang dukun gagal dalam usahanya, jika ia tidak bisa mengajukan alasan yang masuk akal, dia bisa diturunkan jabatannya atau dibunuh. Dengan demikian dukun-dukun yang jujur sejak dari awal musnah; hanya para aktor yang cerdik yang selamat.
90:1.6 Perdukunan itulah yang mengambil pimpinan eksklusif urusan suku dari tangan yang tua dan yang kuat dan menaruhnya di tangan mereka yang cerdik, yang pintar, dan yang berpandangan jauh.
90:2.1 Memanggil roh adalah prosedur yang sangat presisi dan sangat rumit, dapat dibandingkan dengan tatacara gereja masa kini yang diselenggarakan dalam bahasa kuno. Umat manusia sangat awal mencari bantuan supramanusia, untuk pewahyuan, dan orang-orang percaya bahwa dukun benar-benar menerima wahyu (wangsit) tersebut. Meskipun para dukun memanfaatkan kekuatan sugesti yang besar dalam pekerjaan mereka, hal itu hampir selalu sugesti negatif; hanya dalam waktu baru-baru ini teknik sugesti positif digunakan. Pada awal perkembangan profesi mereka para dukun mulai mengkhususkan diri dalam pekerjaan seperti membuat hujan, menyembuhkan penyakit, dan menyelidiki kejahatan. Namun demikian, menyembuhkan penyakit ini bukan fungsi utama seorang tabib perdukunan; lebih tepatnya, fungsi utamanya adalah untuk mengetahui dan mengendalikan risiko bahaya-bahaya hidup.
90:2.2 Ilmu hitam kuno, yang keagamaan maupun yang sekuler, disebut ilmu putih ketika dipraktekkan oleh para imam, pelihat, dukun, atau tabib. Para praktisi ilmu hitam disebut tukang tenung, penyihir, tukang santet, penjampi-jampi, pemanggil arwah, penyulap, dan peramal. Seiring waktu berlalu, semua yang diklaim sebagai kontak dengan yang adikodrati tersebut itu diklasifikasikan sebagai ilmu sihir atau ilmu perdukunan.
90:2.3 Ilmu sihir mencakup sihir yang dikerjakan oleh roh-roh yang sebelumnya, yang tidak teratur, dan yang tidak dikenal itu; ilmu perdukunan berhubungan dengan keajaiban yang dilakukan oleh roh dan dewa-dewi yang biasa dan dikenali di suku itu[3]. Di kemudian hari penyihir menjadi dikaitkan dengan iblis, dan dengan demikian panggung diatur untuk banyak pertunjukan intoleransi keagamaan yang relatif baru-baru ini. Sihir adalah agama pada banyak suku-suku primitif.
90:2.4 Para dukun percaya sekali bahwa gunanya peluang kebetulan (chance) itu sebagai penyataan dari kehendak roh-roh; mereka sering membuang undi untuk sampai pada keputusan. Tetap bertahannya di zaman modern kecenderungan untuk pengundian ini digambarkan, tidak hanya dalam banyak permainan peluang untung-untungan, tetapi juga dalam lagu “hom-pim-pa” yang terkenal itu. Dulu, orang yang terkena harus mati; sekarang, dialah yang keluardalam permainan anak-anak tertentu. Apa yang merupakan urusan serius bagi manusia primitif telah bertahan sebagai hiburan untuk anak modern.
90:2.5 Para tabib menaruh kepercayaan besar dalam tanda-tanda dan isyarat, seperti, “Dan bila engkau mendengar bunyi derap langkah di puncak pohon-pohon kertau itu, maka haruslah engkau bertindak cepat[4].” Sangat awal dalam sejarah ras para dukun mengalihkan perhatian mereka ke bintang-bintang. Astrologi primitif adalah keyakinan dan praktek seluruh dunia; menafsirkan mimpi juga menjadi tersebar luas[5]. Semua ini segera diikuti oleh penampilan para dukun perempuan temperamental yang mengaku dapat berkomunikasi dengan roh-roh orang mati[6].
90:2.6 Meskipun berasal dari zaman kuno, para pembuat hujan, atau dukun cuaca, telah bertahan terus sepanjang masa. Kekeringan parah berarti kematian pada petani mula-mula; kontrol cuaca adalah sasaran dari banyak sihir kuno. Manusia beradab masih membuat cuaca sebagai topik umum pembicaraan. Masyarakat dahulu semua percaya pada kuasa dukun sebagai pembuat hujan, tetapi menjadi kebiasaan untuk membunuhnya kalau ia gagal, kecuali ia bisa menawarkan alasan yang bisa diterima untuk menjelaskan kegagalannya.
90:2.7 Lagi dan lagi para Kaisar melarang para astrolog, tetapi mereka selalu kembali karena kepercayaan orang banyak pada kemampuan mereka. Mereka tidak bisa diusir, dan bahkan pada abad keenam belas Masehi para pemimpin gereja dan negara Barat adalah patron pelindung astrologi. Ribuan orang yang dianggap cerdas masih percaya bahwa seseorang dapat dilahirkan di bawah kekuasaan bintang yang beruntung atau tidak beruntung; bahwa jajaran posisi benda-benda langit itu menentukan hasil berbagai petualangan di permukaan bumi[7]. Para peramal nasib masih diikuti oleh orang-orang yang mudah percaya.
90:2.8 Orang Yunani percaya akan kemanjuran nasihat peramal, orang Cina menggunakan sihir sebagai perlindungan terhadap roh-roh jahat, perdukunan berkembang subur di India, dan masih bertahan secara terang-terangan di Asia Tengah. Praktek tersebut baru saja ditinggalkan di sebagian besar dunia ini.
90:2.9 Sekali-sekali, nabi dan guru-guru yang benar muncul untuk mencela dan membongkar perdukunan. Bahkan orang merah yang makin lenyap itu punya nabi seperti itu dalam beberapa ratus tahun terakhir, Shawnee Tenskwatawa, yang meramalkan gerhana matahari pada tahun 1806 dan mengecam kejahatan orang kulit putih. Banyak guru yang benar telah muncul di antara berbagai suku dan ras melalui era-era panjang sejarah evolusi. Mereka akan terus muncul untuk menantang para dukun atau imam dari setiap zaman yang menentang pendidikan umum dan berupaya untuk menggagalkan kemajuan ilmu pengetahuan.
90:2.10 Dalam banyak hal dan dengan metode licik para dukun kuno menegakkan reputasi mereka sebagai suara Tuhan dan penjaga pemeliharaan Tuhan. Mereka memerciki bayi yang baru lahir dengan air dan memberikan nama atas mereka; mereka menyunat para laki-laki. Mereka memimpin semua upacara penguburan dan membuat pengumuman tentang sampainya orang mati dengan aman di negeri roh.
90:2.11 Para imam dan tabib perdukunan sering menjadi sangat kaya melalui pertambahan berbagai bayaran mereka yang pura-pura sebagai persembahan kepada roh-roh. Tak jarang seorang dukun menumpuk hampir semua kekayaan materi sukunya. Setelah kematian seorang kaya, menjadi kebiasaan untuk membagi hartanya sama-sama antara dukun dan beberapa usaha publik atau amal. Praktek ini masih dijumpai di beberapa bagian Tibet, dimana setengah penduduk laki-laki termasuk dalam kelas yang tidak menghasilkan ini.
90:2.12 Para dukun berpakaian bagus dan biasanya memiliki sejumlah istri; mereka adalah bangsawan yang pertama, yang dibebaskan dari semua pembatasan suku. Mereka sangat sering memiliki pikiran dan moral yang rendah. Mereka menekan para pesaing mereka dengan menjuluki mereka penyihir atau penenung dan sangat sering naik ke posisi-posisi pengaruh dan kekuasaan tersebut sehingga mereka mampu mendominasi para pemimpin atau raja.
90:2.13 Manusia primitif menganggap dukun sebagai kejahatan yang diperlukan; mereka takut dukun tetapi tidak mencintainya. Manusia purba menghargai pengetahuan; mereka menghormati dan mengganjar kebijaksanaan. Dukun itu kebanyakan menipu, tetapi penghormatan untuk perdukunan juga menggambarkan harga premium yang ditaruh pada kebijaksanaan dalam evolusi ras.
90:3.1 Karena manusia kuno menganggap dirinya dan lingkungan jasmaninya sebagai langsung responsif terhadap keinginan arwah dan kemauan roh-roh, maka tidak aneh bahwa agamanya begitu khusus hanya berhubungan dengan urusan-urusan materi. Manusia modern menangani masalah materinya secara langsung; orang modern mengenali bahwa materi itu responsif terhadap manipulasi cerdas dari pikiran. Manusia primitif demikian pula menginginkan untuk memodifikasi dan bahkan untuk mengontrol kehidupan dan energi-energi wilayah fisik; dan karena pemahaman kosmosnya yang terbatas membuatnya yakin bahwa arwah, roh, dan dewa-dewa itu secara pribadi dan langsung berurusan dengan kontrol rinci terhadap kehidupan dan materi, maka orang primitif secara logis mengarahkan upayanya untuk memenangkan berkah dan dukungan dari agen-agen supramanusia ini.
90:3.2 Dilihat dari pandangan ini, banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dan tidak rasional dalam kultus-kultus kuno itu dapat dimengerti. Upacara-upacara dari pemujaan adalah upaya manusia primitif untuk mengontrol dunia jasmani yang di dalamnya ia menemukan dirinya sendiri berada. Dan banyak dari upayanya diarahkan kepada sasaran untuk memperpanjang kehidupan dan menjamin kesehatan. Karena semua penyakit dan kematian itu sendiri pada awalnya dianggap sebagai fenomena roh, maka tak terelakkan bahwa para dukun, meskipun berfungsi sebagai tabib pengobatan dan imam, namun juga telah bekerja sebagai dokter dan ahli bedah.
90:3.3 Pikiran primitif itu mungkin terkendala oleh kurangnya fakta-fakta, tetapi itu karena semua yang logis. Ketika orang-orang bijaksana mengamati penyakit dan kematian, mereka berusaha untuk menentukan penyebab dari kejadian ini, dan sesuai dengan pemahaman mereka, para dukun dan para ilmuwan itu telah mengemukakan teori-teori penderitaan berikut:
90:3.4 1. Arwah--pengaruh roh langsung. Hipotesis paling awal yang dikemukakan untuk penjelasan penyakit dan kematian adalah bahwa roh-roh menyebabkan penyakit dengan menarik jiwa keluar dari tubuh; jika jiwa itu gagal untuk kembali, kematian terjadi. Orang kuno itu begitu kuatir aksi jahat arwah penyebab penyakit itu sehingga orang yang sakit akan sering diasingkan bahkan tanpa makanan atau air. Terlepas dari dasar yang salah untuk keyakinan ini, mereka secara efektif telah mengisolasi individu yang menderita dan mencegah penyebaran penyakit menular.
90:3.5 2. Kekerasan--penyebab yang jelas. Penyebab beberapa kecelakaan dan kematian begitu mudah untuk dikenali sehingga hal-hal itu lebih awal dihapus dari kategori perbuatan arwah. Korban jiwa dan luka-luka yang menyertai perang, serangan hewan, dan sosok-sosok yang mudah dikenali lainnya dianggap sebagai kejadian alamiah. Namun lama dipercayai bahwa roh-roh masih bertanggung jawab karena penyembuhan yang tertunda atau infeksi luka karena sebab-akibat "alamiah" sekalipun. Jika tidak ada agen alamiah dapat ditemukan, arwah roh itu masih dianggap bertanggung jawab untuk penyakit dan kematian.
90:3.6 Hari ini, di Afrika dan di tempat lain dapat ditemukan orang-orang primitif yang membunuh seseorang setiap kali ada kematian tanpa kekerasan terjadi. Tabib pengobatan mereka menunjukkan pihak yang bersalah. Jika seorang ibu meninggal saat melahirkan, anaknya segera dicekik -- hidup ganti hidup.
90:3.7 3. Sihir--pengaruh musuh. Banyak penyakit diduga disebabkan oleh tenung, aksi mata jahat dan tulang penunjuk (pointing bone) sihir. Pernah pada suatu waktu benar-benar berbahaya untuk menunjuk dengan jari pada siapa pun; hal itu sampai sekarang masih dianggap sebagai kurang ajar. Dalam kasus penyakit dan kematian yang tidak jelas, orang dahulu akan mengadakan pemeriksaan resmi, membedah mayat, dan menetapkan pada beberapa temuan sebagai penyebab kematian; jika tidak maka kematian itu disebabkan ilmu sihir, sehingga mengharuskan eksekusi penyihir yang bertanggung jawab untuk hal itu. Pemeriksaan koroner kuno ini menyelamatkan banyak hidup orang yang dianggap penyihir. Di antara beberapa suku diyakini bahwa seorang suku bisa mati sebagai akibat dari sihirnya sendiri, dalam kejadian itu tidak ada orang yang dituduh.
90:3.8 4. Dosa--hukuman untuk pelanggaran tabu. Dalam waktu relatif baru-baru ini telah dipercayai bahwa penyakit adalah hukuman atas dosa, secara pribadi atau bangsa. Di antara orang-orang yang sedang melintasi tingkat evolusi ini teori yang berlaku adalah bahwa seseorang tidak dapat menderita sakit kecuali orang itu telah melanggar suatu tabu. Menganggap penyakit dan penderitaan sebagai “anak panah dari Yang Mahakuasa tertancap pada tubuhku" adalah ciri khas keyakinan tersebut[8]. Orang Cina dan Mesopotamia lama menganggap penyakit sebagai akibat dari tindakan setan jahat, meskipun orang-orang Kasdim juga menuding bintang-bintang sebagai penyebab penderitaan. Teori penyakit sebagai akibat murka ilahi ini masih lazim di kalangan banyak kelompok orang Urantia yang katanya beradab.
90:3.9 5. Penyebab alamiah. Umat manusia sangat lambat untuk mempelajari rahasia materi dari keterkaitan sebab akibat dalam domain fisik energi, materi, dan kehidupan. Orang Yunani kuno, karena berhasil mempertahankan tradisi ajaran Adamson, merupakan yang pertama yang mengakui bahwa semua penyakit adalah hasil dari penyebab alami. Perlahan dan pasti terbukanya era ilmiah itu menghancurkan teori kuno manusia tentang penyakit dan kematian. Demam adalah salah satu penyakit manusia pertama yang dihapus dari kategori gangguan gaib, dan secara progresif era ilmu pengetahuan telah mematahkan belenggu kebodohan yang begitu lama memenjarakan pikiran manusia. Pemahaman akan usia tua dan penyakit menular secara bertahap melenyapkan ketakutan manusia akan arwah, roh, dan dewa-dewa sebagai pelaku pribadi dari kesengsaraan manusia dan penderitaan fana.
90:3.10 Evolusi tanpa keliru pasti mencapai tujuannya: Hal itu menyelimuti manusia dengan ketakutan takhyul pada yang tidak diketahui dan kengerian pada yang tak terlihat, yang merupakan perancah sementara untuk konsep tentang Tuhan. Dan setelah menyaksikan kelahiran pemahaman lanjutan tentang Deitas, melalui aksi koordinasi dari pewahyuan, maka teknik evolusi yang sama ini tanpa keliru menggerakkan kekuatan-kekuatan pikiran yang dengan pasti akan melenyapkan perancah sementara itu, yang telah melayani tujuannya.
90:4.1 Seluruh kehidupan manusia purba adalah penangkalan penyakit; agama mereka tidak sedikit adalah suatu teknik untuk pencegahan penyakit. Dan terlepas dari kesalahan dalam teori-teori mereka, mereka dengan sepenuh hati menerapkannya; mereka memiliki keyakinan yang tak terbatas dalam metode pengobatan mereka, dan keyakinan itu sendiri adalah pengobatan yang ampuh.
90:4.2 Bagaimanapun, keyakinan yang diperlukan untuk sembuh di bawah pelayanan bodoh dari seorang dukun kuno ini secara berarti tidaklah berbeda dari apa yang diperlukan untuk mengalami kesembuhan di tangan beberapa penerusnya di kemudian hari, yang terlibat dalam pengobatan penyakit secara tidak-ilmiah.
90:4.3 Suku-suku yang lebih primitif sangat takut pada orang sakit, dan selama waktu yang panjang mereka dengan hati-hati dihindari, secara memalukan diabaikan. Adalah kemajuan besar dalam kemanusiaan ketika evolusi perdukunan menghasilkan para imam dan tabib pengobatan yang setuju untuk mengobati penyakit. Kemudian menjadi kebiasaan bagi seluruh marga berkerumun ke kamar orang sakit untuk membantu si dukun dengan melolong untuk mengusir arwah penyakit. Bukan tidak biasa bagi seorang wanita yang menjadi dukun yang mendiagnosis, sementara seorang pria yang akan memberikan pengobatan. Metode yang biasa digunakan mendiagnosa penyakit adalah memeriksa isi perut seekor binatang.
90:4.4 Penyakit dirawat dengan menyanyi berulang-ulang, melolong, menumpangkan tangan, menghembuskan napas pada pasien, dan banyak teknik lainnya. Pada waktu-waktu kemudian tersebar luas cara dengan dipindah tidur di kuil, dimana penyembuhan itu dianggap terjadi. Para tabib akhirnya melakukan pembedahan betulan sehubungan dengan tidur di kuil; di antara operasi yang pertama adalah melubangi tengkorak untuk memungkinkan roh sakit kepala keluar. Para dukun belajar untuk mengobati patah dan pergeseran tulang, untuk membuka bisul dan bengkak bernanah; sedangkan dukun wanita menjadi mahir pada kebidanan.
90:4.5 Metode pengobatan yang umum adalah menggosokkan sesuatu yang magis pada bagian tubuh yang terinfeksi atau rusak, agar membuang tenungnya pergi, dan dianggap mengalami kesembuhan. Jika ada yang kebetulan mengambil tenung yang dibuang itu, diyakini ia akan segera mendapatkan infeksi atau cacat itu pula. Diperlukan waktu yang lama sebelum herbal dan obat-obatan nyata lainnya diperkenalkan. Pijat dikembangkan sehubungan dengan japa mantra, menggosok roh agar keluar dari tubuh, dan didahului dengan upaya untuk menggosokkan obat agar masuk, sama seperti orang modern mencoba untuk memakai obat gosok. Bekam dan mengisap bagian yang terkena penyakit, bersama dengan pengeluaran darah, dianggap berguna untuk menyingkirkan roh penghasil penyakit.
90:4.6 Karena air dianggap berhala yang ditempati roh yang ampuh, maka air digunakan dalam pengobatan banyak penyakit. Lama diyakini bahwa roh yang menyebabkan penyakit itu bisa dihilangkan dengan berkeringat. Mandi uap sangat dihargai; mata air panas alami segera berkembang sebagai resor kesehatan primitif. Manusia dahulu menemukan bahwa panas akan mengurangi rasa sakit; ia menggunakan sinar matahari, organ hewan segar, tanah liat panas, dan batu-batu panas, dan banyak dari metode ini masih dipakai. Irama dipraktekkan dalam upaya untuk mempengaruhi roh-roh; gendang dipakai di seluruh dunia.
90:4.7 Di antara beberapa bangsa, penyakit dianggap disebabkan oleh konspirasi jahat antara roh-roh dan hewan-hewan. Hal ini memunculkan keyakinan bahwa terdapat tumbuhan obat yang bermanfaat untuk setiap penyakit yang disebabkan hewan. Orang merah yang terutama percaya pada teori tumbuhan untuk pengobatan segala penyakit; mereka selalu menaruh setetes darah di lubang akar yang ditinggalkan ketika tumbuhan itu dicabut.
90:4.8 Berpuasa, berdiet, dan anti gatal sering digunakan sebagai langkah-langkah pengobatan. Sekresi manusia, karena bersifat jelas magis, sangat dihargai; darah dan kencing dengan demikian menjadi salah satu obat-obatan yang paling awal dan segera ditambah dengan akar dan berbagai garam. Para dukun percaya bahwa roh-roh penyakit bisa diusir dari tubuh dengan obat-obatan berbau busuk dan berasa tidak enak. Cuci perut sejak awal menjadi pengobatan rutin, dan kakao mentah serta kina adalah di antara penemuan farmasi yang paling awal.
90:4.9 Orang-orang Yunani adalah yang pertama mengembangkan metode yang benar-benar rasional untuk merawat orang sakit. Baik orang Yunani maupun Mesir menerima pengetahuan medis mereka dari lembah Efrat. Minyak dan anggur adalah obat yang sangat awal untuk merawat luka; minyak jarak dan opium digunakan oleh bangsa Sumeria. Banyak dari obat rahasia kuno dan efektif ini kehilangan kekuatan mereka ketika hal-hal itu menjadi diketahui; kerahasiaan selalu sangat penting untuk praktek sukses penipuan dan takhyul. Hanya fakta dan kebenaran yang mencari terang pemahaman yang penuh dan bersukacita dalam penerangan dan pencerahan dari penelitian ilmiah.
90:5.1 Inti dari ritual atau tatacara itu adalah kesempurnaan pelaksanaannya; di antara orang primitif tatacara harus dipraktekkan dengan sangat tepat. Hanya ketika tatacara tersebut benar dilakukan maka upacara itu memiliki kekuatan memaksa terhadap roh-roh. Jika ritual itu cacat, maka hal itu hanya membangkitkan kemarahan dan kebencian dari para dewa. Oleh karena itu, karena pikiran manusia yang lambat berkembang itu menganggap bahwa cara pelaksanaan ritual adalah faktor penentu dalam kemanjurannya, maka tak terelakkan bahwa dukun yang mula-mula itu akan cepat atau lambat berkembang menjadi suatu keimaman yang dilatih untuk memimpin praktek teliti dari ritual itu. Maka selama puluhan ribu tahun ritual-ritual yang tak ada hentinya telah menghambat masyarakat dan mengutuk peradaban, telah menjadi beban yang sangat berat untuk setiap perbuatan hidup, setiap usaha bangsa.
90:5.2 Ritual (tatacara) adalah teknik adat-istiadat yang menyucikan; ritual menciptakan dan melanggengkan mitos serta memberikan kontribusi terhadap pelestarian adat sosial dan agama. Sekali lagi, ritual itu sendiri lahir dari mitos. Ritual itu sering pada awalnya bersifat sosial, kemudian menjadi bersifat ekonomi dan akhirnya memperoleh kesucian dan martabat upacara keagamaan. Ritual mungkin pribadi atau berkelompok dalam prakteknya, atau dua-duanya, seperti yang digambarkan oleh doa, menari, dan drama.
90:5.3 Kata-kata menjadi bagian dari ritual, seperti penggunaan istilah seperti amin dan sela[9][10]. Kebiasaan bersumpah, kata-kata kotor, merupakan suatu penyalahgunaan dari pengulangan ritualistik nama-nama suci yang sebelumnya. Berziarah ke tempat-tempat suci merupakan ritual yang sangat kuno. Ritual selanjutnya tumbuh menjadi upacara pemurnian, pembersihan, dan penyucian yang rumit[11][12][13]. Upacara inisiasi untuk masuk masyarakat rahasia suku primitif pada kenyataannya adalah ritus keagamaan kasar. Teknik pemujaan dari kultus misteri tua itu adalah hanya satu pertunjukan panjang kumpulan ritual keagamaan. Ritual akhirnya berkembang menjadi jenis modern upacara sosial dan ibadah keagamaan, ibadah mencakup doa, lagu, pembacaan yang ditanggapi, dan ibadah rohani individu serta kelompok lainnya.
90:5.4 Para imam berevolusi dari dukun melalui penubuat, penujum, penyanyi, penari, pawang cuaca, penjaga benda suci peninggalan agama, penjaga tempat ibadah, dan peramal kejadian-kejadian, menjadi status pemimpin ibadah yang sebenarnya. Akhirnya jabatan itu menjadi turun-temurun; suatu kasta imam yang terus menerus muncul.
90:5.5 Sementara agama berkembang, imam-imam mulai mengkhususkan diri sesuai dengan bakat bawaan atau minat khusus mereka. Beberapa menjadi penyanyi, yang lain pendoa, dan yang lain lagi pelaksana pengorbanan; kemudian datanglah para orator—para pengkhotbah. Dan ketika agama menjadi dilembagakan, para imam ini mengklaim “memegang kunci-kunci surga.”
90:5.6 Para imam selalu berusaha untuk mengesankan dan mengherankan orang-orang biasa dengan melakukan ritual keagamaan memakai bahasa kuno dan dengan aneka gerakan magis untuk menakjubkan umat sehingga meningkatkan kesalehan dan kewibawaan mereka sendiri. Bahaya besar dalam semua ini adalah bahwa ritual cenderung menjadi pengganti agama.
90:5.7 Keimaman telah berbuat banyak menunda pengembangan ilmu pengetahuan dan menghambat kemajuan rohani, tetapi mereka telah menyumbang pada stabilisasi peradaban dan pada peningkatan jenis kebudayaan tertentu. Namun banyak imam modern tidak lagi berfungsi sebagai pemimpin ritual untuk menyembah Tuhan, telah mengalihkan perhatian mereka ke teologi—upaya untuk mendefinisikan Tuhan.
90:5.8 Tidaklah disangkal bahwa para imam itu telah menjadi batu kilangan di sekitar leher bangsa-bangsa, tetapi pemimpin agama yang benar tak ternilai dalam menunjukkan jalan kepada realitas yang lebih tinggi dan lebih baik.
90:5.9 [Disajikan oleh sesosok Melkisedek dari Nebadon.]