© 2020 Yayasan Urantia
116:0.1 JIKA MANUSIA mengakui bahwa para Penciptanya—para pengawas langsungnya—meskipun ilahi namun juga terbatas, dan bahwa Tuhan ruang dan waktu itu adalah Deitas yang sedang berevolusi dan tidak absolut, maka inkonsistensi-inkonsistensi ketidak-setaraan yang terkait waktu itu akan berhenti menjadi paradoks-paradoks keagamaan yang besar. Tidak lagi keyakinan agama akan dilacurkan demi untuk mendukung kecongkakan sosial orang yang beruntung, sedangkan agama itu berguna hanya untuk memberikan semangat pada korban-korban malang yang kehilangan hak sosial itu agar menyerah tanpa mengeluh.
116:0.2 Kala menyaksikan dunia-dunia sempurna indahnya Havona, adalah beralasan dan logis untuk percaya bahwa mereka itu dibuat oleh Pencipta yang sempurna, tanpa batas, dan absolut. Namun nalar dan logika yang sama itu akan memaksa setiap sosok yang jujur, bila melihat gejolak, ketidak-sempurnaan, dan ketidak-adilan di Urantia, untuk menyimpulkan bahwa duniamu itu telah dibuat oleh, dan sedang dikelola oleh, para Pencipta yang subabsolut, prainfinit, dan lain dari sempurna.
116:0.3 Pertumbuhan pengalaman berarti kemitraan Pencipta-ciptaan—Tuhan dan manusia dalam ikatan hubungan. Pertumbuhan adalah ciri khasnya Deitas pengalaman: Havona tidak tumbuh; Havona adalah dan selalu telah ada; Havona itu eksistensial seperti halnya para Tuhan abadi yang adalah sumbernya. Namun pertumbuhan menjadi ciri alam semesta agung.
116:0.4 Yang Mahatinggi Mahakuasa adalah Deitas kuasa (power) dan kepribadian (personality) yang hidup dan berkembang. Wilayahnya sekarang, alam semesta agung, adalah juga merupakan wilayah kuasa dan kepribadian yang bertumbuh. Takdirnya adalah kesempurnaan, namun pengalamannya yang sekarang meliputi unsur-unsur pertumbuhan dan status yang belum selesai.
116:0.5 Sang Mahatinggi berfungsi terutama dalam alam semesta sentral sebagai sosok kepribadian roh; fungsi keduanya di alam semesta agung sebagai Tuhan Mahakuasa, suatu kepribadian kuasa. Fungsi ketiga Yang Mahatinggi dalam alam semesta master saat ini masih terpendam, yang ada hanya sebagai suatu potensi batin yang tidak diketahui. Tidak ada yang tahu seperti apa tepatnya pengembangan ketiga ini yang Sang Mahatinggi akan ungkapkan. Beberapa percaya bahwa, ketika alam-alam semesta super dimapankan dalam terang dan hidup, Yang Mahatinggi akan berfungsi dari Uversa sebagai penguasa berdaulat yang mahakuasa dan berpengalaman di alam semesta agung, sementara meluas dalam kuasa sebagai suprmahakuasa atas alam-alam semesta bagian luar. Lainnya berspekulasi bahwa tahap ketiga dari Supremasi itu akan melibatkan tingkat ketiga manifestasi Deitas. Namun tak satupun dari kami benar-benar tahu.
116:1.1 Pengalaman setiap kepribadian makhluk yang berevolusi adalah suatu fase dari pengalaman Yang Mahatinggi Mahakuasa. Penaklukan cerdas terhadap setiap segmen fisik alam semesta super merupakan bagian dari bertumbuhnya pengendalian dari Yang Mahatinggi Mahakuasa. Sintesis kreatif antara kuasa dan kepribadian adalah suatu bagian dari dorongan kreatif dari Batin Mahatinggi dan adalah inti pertumbuhan kesatuan evolusioner dalam Sang Mahatinggi itu sendiri.
116:1.2 Penyatuan dari atribut-atribut kuasa dan kepribadian Supremasi itu adalah fungsi dari Batin Mahatinggi; dan selesainya evolusi Yang Mahatinggi Mahakuasa akan menghasilkan satu Deitas yang disatukan dan berpribadi—bukan suatu hubungan terkoordinasi longgar antara atribut-atribut ilahi. Dari perspektif yang lebih luas, tidak akan ada Mahakuasa terpisah dari Mahatinggi, tidak ada Mahatinggi terpisah dari Mahakuasa.
116:1.3 Di seluruh zaman-zaman evolusi, potensi kuasa fisik Yang Mahatinggi itu disandang oleh Tujuh Direktur Daya Tertinggi, dan potensi batin itu terletak dalam Tujuh Roh Master. Batin Tanpa Batas adalah fungsi dari Roh Tanpa Batas; batin kosmis, adalah pelayanan dari Tujuh Roh Master; Batin Mahatinggi itu sedang dalam proses menjadi aktual dalam koordinasi alam semesta agung dan dalam hubungan fungsional dengan pengungkapan dan pencapaian Tuhan Lipat Tujuh.
116:1.4 Batin ruang-waktu, batin kosmis itu, berfungsi secara berbeda-beda dalam tujuh alam semesta super, tetapi dikoordinasikan oleh suatu teknik asosiatif yang tidak diketahui dalam Sang Mahatinggi. Pengendalian Yang Mahakuasa atas alam semesta agung tidak khusus hanya fisik dan rohani saja. Dalam tujuh alam semesta super pengendalian itu terutama material dan spiritual, tetapi ada juga fenomena saat ini dari Yang Mahatinggi yang intelektual maupun spiritual.
116:1.5 Kami hanya tahu sedikit tentang batin Supremasi dari pada tentang semua aspek lain dari Deitas yang sedang berevolusi ini. Batin ini tidak diragukan lagi aktif di seluruh alam semesta agung dan diyakini memiliki potensi takdir untuk fungsi alam semesta master yang luas jangkauannya. Namun inilah yang kami tahu: Sementara yang fisik dapat mencapai selesainya pertumbuhan, dan sementara roh bisa mencapai kesempurnaan pengembangan, batin tidak pernah berhenti untuk maju—batin itu adalah teknik pengalaman untuk kemajuan tanpa akhir. Yang Mahatinggi adalah Deitas pengalaman dan oleh karena itu tidak pernah mencapai selesainya pencapaian batin.
116:2.1 Munculnya kehadiran kuasa alam semesta dari Yang Mahakuasa itu seiring dengan tampilnya di panggung aksi kosmis para pencipta dan pengendali tinggi di alam-alam super yang berevolusi.
116:2.2 Tuhan Mahatinggi memperoleh atribut-atribut roh dan kepribadiannya dari Trinitas Firdaus, tapi ia sedang mengaktualkan-kuasa dalam perbuatan-perbuatan para Putra Pencipta, para Yang Purba Harinya, dan para Roh Master, yang aksi kolektif mereka adalah sumber untuk pertumbuhan kuasanya sebagai penguasa berdaulat mahakuasa pada dan dalam tujuh alam semesta super.
116:2.3 Deitas Firdaus yang tanpa batasan itu tidak bisa dimengerti oleh makhluk-makhluk yang berevolusi dari alam ruang dan waktu. Kekekalan dan ketanpabatasan mengandung arti suatu tingkat realitas deitas yang yang makhluk ruang-waktu tidak bisa memahaminya. Infinitas atau ketanpabatasan deitas dan kemutlakan kedaulatan itu melekat dalam Trinitas Firdaus, dan Trinitas itu adalah suatu realitas yang terletak agak di luar pemahaman manusia fana. Makhluk ruang-waktu haruslah memiliki asal-usul, relativitas-relativitas, dan tujuan-tujuan akhir agar dapat memahami hubungan-hubungan alam semesta dan untuk mengerti nilai-nilai makna keilahian. Karena itulah Deitas Firdaus menipiskan dan dengan kata lain membuat batasan-batasan pada personalisasi-personalisasi keilahian yang di luar Firdaus itu, sehingga menjadikan dalam keberadaan para Pencipta Tertinggi dan rekan-rekan mereka, yang selalu membawa cahaya kehidupan makin lama semakin jauh dari sumber Firdausnya sampai ia menemukan ekspresi yang paling jauh dan indah dalam kehidupan bumi para Putra anugerah di dunia-dunia yang berevolusi.
116:2.4 Berikut ini adalah asal usul Tuhan Lipat Tujuh, yang tingkat-tingkat berturut-turutnya ditemui oleh manusia fana dalam urutan sebagai berikut:[1]
116:2.5 1. Putra Pencipta (dan Roh Kreatif).
116:2.6 2. Yang Purba Harinya.
116:2.7 3. Tujuh Roh Master.
116:2.8 4. Sang Mahatinggi.
116:2.9 5. Pelaku Bersama.
116:2.10 6. Putra Kekal.
116:2.11 7. Bapa Semesta.
116:2.12 Tiga tingkat yang pertama adalah para Pencipta Tertinggi; tiga tingkat terakhir adalah Deitas Firdaus. Yang Mahatinggi selalu berada di tengah sebagai personalisasi roh pengalaman dari Trinitas Firdaus dan sebagai fokus pengalaman dari kuasa mahakuasa evolusioner dari anak-anak pencipta dari Deitas Firdaus. Sang Mahatinggi itu adalah pewahyuan maksimum Deitas kepada tujuh alam semesta super dan untuk era alam semesta saat ini.
116:2.13 Dengan teknik logika manusia fana mungkin bisa disimpulkan bahwa reunifikasi pengalaman dari aksi kolektif dari tiga tingkat pertama Tuhan Lipat Tujuh itu akan naik menyamai ke tingkat Deitas Firdaus, tapi masalahnya bukan seperti itu. Deitas Firdaus adalah Deitas yang eksistensial. Para Pencipta Tertinggi itu, dalam kesatuan ilahi kuasa dan kepribadian mereka, adalah penyusun dan pernyataan dari suatu potensial kuasa baru dari Deitas (yang bersifat) pengalaman. Potensi kuasa yang berasal dari pengalaman ini menemukan persatuan yang tak terelakkan dan tak terhindarkan dengan Deitas pengalaman yang berasal dari Trinitas—Sang Mahatinggi.
116:2.14 Tuhan Mahatinggi itu bukanlah Trinitas Firdaus, tidak pula ia salah satu atau semua Pencipta alam semesta super itu yang kegiatan fungsionalnya benar-benar mensintesis berkembangnya kekuatan mahakuasanya itu. Tuhan Mahatinggi, meskipun berasal dari Trinitas, menjadi mewujud pada makhluk evolusi sebagai kepribadian kuasa hanya melalui fungsi terkoordinasi dari tiga tingkat pertama Tuhan Lipat Tujuh. Yang Mahatinggi Mahakuasa sekarang sedang menjadi fakta dalam ruang dan waktu melalui kegiatan Kepribadian-Kepribadian Pencipta Tertinggi, sama halnya dalam kekekalan sang Pelaku Bersama berkelebat menjadi ada oleh kehendak Bapa Semesta dan Putra Kekal. Sosok-sosok dari tiga tingkat pertama Tuhan Lipat Tujuh ini adalah kodrat dan sumber kuasa Yang Mahatinggi Mahakuasa itu sendiri; karena itu haruslah mereka selalu menemani dan mendukung aksi-aksi pemerintahannya.
116:3.1 Deitas Firdaus tidak hanya bertindak secara langsung dalam sirkuit gravitasi mereka di seluruh alam semesta agung, tetapi mereka juga berfungsi melalui berbagai agen dan manifestasi lainnya, seperti:
116:3.2 1. Pemusatan-pemusatan batin dari Sumber dan Pusat Ketiga. Wilayah-wilayah energi dan roh terbatas itu secara harfiah dipegang bersama oleh kehadiran-kehadiran batin dari Pelaku Bersama. Hal ini berlaku mulai dari Roh Kreatif dalam suatu alam semesta lokal, melalui Roh-roh Reflektif dalam alam semesta super, sampai ke para Roh Master dalam alam semesta agung. Sirkuit-sirkuit batin yang memancar dari berbagai fokus-fokus kecerdasan ini merupakan arena kosmis untuk pilihan makhluk. Batin adalah realitas fleksibel dimana ciptaan dan pencipta dapat begitu mudah memanipulasinya; batin itu adalah mata rantai vital yang menghubungkan materi dan roh. Anugerah batin dari Sumber dan Pusat Ketiga itu menyatukan pribadi roh Tuhan Mahatinggi dengan kuasa pengalaman Yang Mahakuasa yang berevolusi.
116:3.3 2. Pewahyuan-pewahyuan kepribadian dari Sumber dan Pusat Kedua. Kehadiran-kehadiran batin dari Pelaku Bersama itu menyatukan roh keilahian dengan pola energi. Inkarnasi penganugerahan Putra Kekal dan para Putra Firdaus-Nya mempersatukan, benar-benar meleburkan, sifat ilahi dari sesosok Pencipta dengan sifat berevolusi dari sesosok makhluk. Yang Mahatinggi itu adalah makhluk maupun pencipta; kemungkinan dari keberadaan dirinya tersebut terungkap dalam aksi-aksi penganugerahan diri Putra Kekal dan para Putra sejawat dan bawahannya. Ordo anak-anak anugerah itu, para Mikhael dan Avonal, benar-benar menambahkan pada kodrat ilahi mereka kodrat makhluk ciptaan sejati yang telah menjadi milik mereka dengan menjalani kehidupan makhluk yang sebenarnya di dunia-dunia evolusi. Ketika keilahian menjadi seperti kemanusiaan, melekat dalam relasi ini adalah kemungkinan bahwa kemanusiaan itu dapat menjadi ilahi.
116:3.4 3. Kehadiran-kehadiran yang mendiami dari Sumber dan Pusat Pertama. Batin menyatukan sebab-akibat roh dengan reaksi-reaksi energi; pelayanan anugerah menyatukan penurunan ketuhanan dengan kenaikan makhluk; dan pecahan Bapa Semesta yang mendiami manusia itu benar-benar menyatukan makhluk yang berevolusi dengan Tuhan di Firdaus. Ada banyak kehadiran Bapa seperti itu yang mendiami banyak golongan kepribadian, dan dalam manusia fana, pecahan-pecahan ilahi dari Tuhan ini adalah Pelaras Pikiran. Monitor Misteri itu terhadap manusia adalah seperti Trinitas Firdaus terhadap Sang Mahatinggi. Pelaras adalah dasar yang mutlak, dan di atas fondasi mutlak itulah maka pilihan kehendak bebas dapat menyebabkan dikembangkannya realitas ilahi yang kodratnya kekal, dalam kasus manusia adalah kodrat finaliter, sedangkan kodrat Ketuhanan itu dalam Tuhan Mahatinggi.
116:3.5 Penganugerahan diri menjadi makhluk dari ordo-ordo keputraan Firdaus itu memungkinkan para Putra ilahi ini untuk memperkaya kepribadian mereka dengan perolehan kodrat aktual dari makhluk alam semesta, sedangkan penganugerahan diri seperti itu selalu mengungkapkan kepada makhluk-makhluk itu sendiri jalan Firdaus untuk pencapaian keilahian. Penganugerahan Pelaras dari Bapa Semesta memungkinkan Dia untuk menarik kepribadian-kepribadian makhluk yang memiliki kehendak bebas itu kepada diri-Nya sendiri. Dan di seluruh relasi-relasi dalam alam-alam semesta terbatas ini sang Pelaku Bersama itu adalah sumber pelayanan batin yang selalu hadir, yang berkat itulah kegiatan-kegiatan ini terjadi.
116:3.6 Dalam cara ini dan banyak cara lainnya Deitas Firdaus ikut serta dalam evolusi-evolusi waktu sementara hal-hal tersebut berlangsung di planet-planet ruang angkasa yang berputar keliling itu, dan sementara hal-hal itu memuncak dalam kemunculan kepribadian Mahatinggi sebagai akibat dari semua evolusi.
116:4.1 Kesatuan dari Yang Mahatinggi Keseluruhan itu tergantung pada penyatuan progresif dari bagian-bagian terbatasnya; aktualisasi Yang Mahatinggi itu adalah hasil dari, dan diproduksi dari, penyatuan terhadap faktor-faktor supremasi ini—para pencipta, ciptaan, kecerdasan, dan energi-energi di alam-alam semesta.
116:4.2 Selama era-era di dalam mana kedaulatan Supremasi sedang mengalami pengembangan waktunya, kuasa mahakuasa dari Yang Mahatinggi itu tergantung pada tindakan keilahian dari Tuhan Lipat Tujuh, sementara tampaknya ada hubungan yang khusus sangat dekat antara Sang Mahatinggi dan Pelaku Bersama bersama-sama dengan kepribadian-kepribadian primernya, Tujuh Roh Master. Roh Tanpa Batas sebagai Pelaku Bersama berfungsi dalam banyak cara yang menutup ketidak-sempurnaan Deitas evolusi dan menjaga hubungan sangat erat dengan Yang Mahatinggi. Kedekatan hubungan ini dibagi dalam taraf tertentu oleh semua Roh Master, tetapi khususnya oleh Roh Master Nomor Tujuh, yang berbicara atas nama Yang Mahatinggi. Roh Master ini mengetahui—berada dalam kontak pribadi dengan—Yang Mahatinggi.
116:4.3 Sejak awal dalam proyeksi dari skema penciptaan alam semesta super, Roh-roh Master bergabung dengan Trinitas leluhur mereka dalam penciptaan bersama empat puluh sembilan Roh Reflektif, dan secara bersamaan Sang Mahatinggi berfungsi secara kreatif sebagai pemuncak untuk aksi gabungan dari Trinitas Firdaus dan anak-anak kreatif Deitas Firdaus itu. Majeston muncul dan sejak itu telah menjadi fokus kehadiran kosmis dari Batin Mahatinggi, sedangkan para Roh Master terus melanjutkan sebagai pusat-sumber bagi pelayanan yang sangat luas dari batin kosmis.
116:4.4 Namun demikian, Roh-roh Master tetap melanjutkan pengawasan atas Roh-roh Reflektif. Roh Master Ketujuh adalah (dalam pengawasan keseluruhannya atas Orvonton dari alam semesta sentral) berada dalam kontak pribadi dengan (dan memiliki kuasa atas) tujuh Roh Reflektif yang berlokasi di Uversa. Dalam kontrol dan administrasi antar dan intra alam semesta super ia berada dalam kontak reflektif dengan Roh-roh Reflektif dari jenisnya sendiri yang terletak di tiap ibukota alam semesta super.
116:4.5 Para Roh Master ini tidak hanya para pendukung dan penambah terhadap kedaulatan Supremasi, tetapi mereka sebaliknya dipengaruhi oleh maksud-maksud kreatif dari Yang Mahatinggi (Supreme). Biasanya, ciptaan-ciptaan kolektif dari para Roh Master itu adalah dari golongan setengah materi (direktur daya, dll)., sedangkan kreasi-kreasi individual masing-masing adalah dari golongan roh (supernafim, dll).. Tetapi ketika Roh Master secara kolektif membuat Tujuh Roh Sirkuit sebagai tanggapan terhadap kehendak dan tujuan dari Sang Mahatinggi, perlu dicatat bahwa keturunan dari aksi kreatif ini adalah berwujud roh, bukan materi atau setengah-materi.
116:4.6 Seperti halnya dengan para Roh Master di alam semesta super, begitu juga dengan para penguasa rangkap tiga di ciptaan-ciptaan super ini—yaitu Yang Purba Harinya. Mereka yang adalah personifikasi dari keadilan-penghakiman Trinitas dalam ruang dan waktu ini adalah tumpuan lapangan untuk memobilisasi kuasa mahakuasa dari Yang Mahatinggi, melayani sebagai titik fokus lipat tujuh untuk evolusi kedaulatan trinitarian dalam wilayah-wilayah waktu dan ruang. Dari titik pandangan mereka yang di tengah antara Firdaus dan dunia-dunia yang berevolusi, para penguasa asal-Trinitas ini melihat kedua arah sekaligus, mengetahui kedua arah, dan mengkoordinasikan kedua-duanya.
116:4.7 Namun demikian alam-alam semesta lokal adalah laboratorium-laboratorium nyata yang di dalamnya dikerjakan eksperimen batin, petualangan galaksi, pengungkapan keilahian, dan kemajuan kepribadian yang, ketika ditotal secara kosmis, membentuk dasar sebenarnya yang di atasnya Yang Mahatinggi mencapai evolusi ketuhanan dalam dan oleh pengalaman.
116:4.8 Dalam alam-alam semesta lokal bahkan para Pencipta juga berkembang: Kehadiran dari Pelaku Bersama itu berkembang dari fokus kuasa yang hidup ke status kepribadian ilahi sesosok Roh Ibu Alam Semesta; Putra Pencipta berkembang dari kodrat keilahian Firdaus yang eksistensial itu ke kodrat kedaulatan mahatinggi yang berpengalaman. Alam-alam semesta lokal adalah titik-titik awal evolusi yang sebenarnya, tempat pemijahan kepribadian-kepribadian sejati yang tidak sempurna yang diberkahi dengan pilihan kehendak bebas untuk menjadi pencipta-bersama atas diri mereka sendiri, akan seperti apa mereka jadinya.
116:4.9 Para Putra Magisterial dalam penganugerahan diri mereka ke atas dunia-dunia evolusi akhirnya memperoleh kodrat yang menyatakan keilahian Firdaus dalam penyatuan pengalaman dengan nilai-nilai spiritual tertinggi dari kodrat manusia yang material. Dan melalui anugerah-anugerah ini dan lainnya, para Mikhael Pencipta itu demikian juga memperoleh sifat dan sudut pandang kosmis dari anak-anak alam semesta lokal mereka yang sesungguhnya. Para Putra Pencipta Master itu mendekati penyelesaian pengalaman pada tingkat sub-mahatinggi; dan ketika kedaulatan alam semesta lokal mereka diperluas sehingga mencakup Roh-roh Kreatif yang terkait, dapat dikatakan kedaulatan mereka mendekati batas-batas supremasi di dalam potensial-potensial sekarang di alam semesta agung yang berevolusi.
116:4.10 Ketika para Putra anugerah itu mengungkapkan jalan-jalan yang baru bagi manusia untuk menemukan Tuhan, mereka tidak menciptakan jalur-jalur untuk pencapaian keilahian ini; melainkan mereka menerangi jalan-jalan raya kemajuan abadi yang membawa melalui hadirat Yang Mahatinggi menuju kepada pribadi Bapa Firdaus.
116:4.11 Alam semesta lokal adalah tempat mulai bagi kepribadian-kepribadian tertentu yang berada paling jauh dari Tuhan, dan yang karena itu dapat mengalami taraf terbesar untuk kenaikan rohani di alam semesta, dapat mencapai maksimum partisipasi pengalaman dalam penciptaan-bersama diri mereka sendiri. Alam-alam semesta lokal yang sama ini demikian pula menyediakan kemungkinan terbesar kedalaman pengalaman untuk kepribadian-kepribadian yang menurun, yang dengan demikian mencapai sesuatu yang bagi mereka sama bermaknanya seperti halnya kenaikan Firdaus bagi makhluk yang berkembang.
116:4.12 Manusia fana tampaknya diperlukan untuk fungsi penuhnya Tuhan Lipat Tujuh itu karena pengelompokan keilahian ini memuncak dalam Yang Mahatinggi yang sedang menjadi aktual itu. Ada banyak golongan lain kepribadian alam semesta yang sama-sama diperlukan untuk evolusi kuasa mahakuasa Yang Mahatinggi, namun penggambaran ini disajikan untuk keperluan pemahaman manusia, sebab itu sebagian besar dibatasi pada faktor-faktor yang beroperasi dalam evolusi Tuhan Lipat Tujuh yang terkait dengan manusia fana.
116:5.1 Kamu telah diajar tentang hubungan Tuhan Lipat Tujuh dengan Sang Mahatinggi, dan kamu sekarang akan menyadari bahwa Yang Lipat Tujuh mencakup para pengendali beserta juga para pencipta alam semesta agung. Pengendali-pengendali lipat tujuh untuk alam semesta agung meliputi yang berikut ini:
116:5.2 1. Pengendali Fisik Master.
116:5.3 2. Pusat Daya Tertinggi.
116:5.4 3. Direktur Daya Tertinggi.
116:5.5 4. Yang Mahatinggi Mahakuasa.
116:5.6 5. Tuhan Aksi—Roh Tanpa Batas.
116:5.7 6. Pulau Firdaus.
116:5.8 7. Sumber Firdaus—Bapa Semesta.
116:5.9 Ketujuh kelompok ini secara fungsional tidak terpisahkan dari Tuhan Lipat Tujuh dan membentuk tingkatan pengendalian-fisik dari hubungan Deitas ini.
116:5.10 Percabangan-dua energi dan roh itu (yang berasal dari kehadiran gabungan-bersama Putra Kekal dan Pulau Firdaus) dilambangkan dalam pengertian alam semesta super ketika Tujuh Roh Master secara bersatu terlibat dalam aksi pertama mereka untuk penciptaan kolektif. Episode ini menyaksikan kemunculan Tujuh Direktur Daya Tertinggi. Seiring dengan itu, sirkuit rohani dari Roh Master dibedakan secara jelas dari kegiatan-kegiatan fisik dari pengawasan direktur daya, dan dengan segera batin kosmis muncul sebagai suatu faktor baru yang mengkoordinasikan materi dan roh.
116:5.11 Yang Mahatinggi Mahakuasa itu berkembang sebagai pengendali-menyeluruh terhadap daya fisik alam semesta agung. Dalam era alam semesta saat ini potensi daya fisik ini tampaknya berpusat dalam Tujuh Direktur Daya Tertinggi, yang beroperasi melalui lokasi-lokasi pusat-pusat daya yang tetap dan melalui kehadiran pengendali-pengendali fisik yang terus bergerak.
116:5.12 Alam-alam semesta waktu itu belum sempurna; sempurna itulah tujuan akhir mereka. Perjuangan untuk kesempurnaan berkenaan tidak hanya pada tingkat intelektual dan spiritual tetapi juga pada tingkat fisik energi dan massa. Pemapanan tujuh alam semesta super dalam terang dan hidup itu mendahului pencapaian stabilitas fisik alam-alam itu. Diperkirakan bahwa pencapaian akhir dari keseimbangan material akan menandakan selesainya evolusi dari pengendalian fisik Yang Mahakuasa.
116:5.13 Dalam masa-masa awal pembangunan alam semesta, bahkan para Pencipta Firdaus pun terutama berurusan dengan keseimbangan material. Pola untuk suatu alam semesta lokal memperoleh bentuk tidak hanya sebagai akibat dari kegiatan pusat-pusat daya ini, tetapi juga karena kehadiran ruang dari Roh Kreatif. Dan sepanjang zaman-zaman awal pembangunan alam semesta lokal ini Putra Pencipta menunjukkan atribut untuk pengendalian material yang sedikit dimengerti, dan ia tidak meninggalkan planet ibukotanya sampai keseimbangan bruto untuk alam semesta lokal itu telah mapan.
116:5.14 Dalam analisis akhir, seluruh energi tanggap pada batin, dan para pengendali fisik adalah anak-anak dari Tuhan batin, yang adalah aktivator pola Firdaus. Kecerdasan direktur daya itu tak henti-hentinya digunakan khusus untuk tugas mewujudkan pengendalian material. Perjuangan mereka untuk dominasi fisik atas hubungan-hubungan energi dan gerakan-gerakan massa tidak pernah berhenti sampai mereka meraih kemenangan terbatas terhadap energi-energi dan massa-massa yang membentuk wilayah kegiatan tak henti-hentinya mereka.
116:5.15 Perjuangan-perjuangan roh terhadap waktu dan ruang ada hubungannya dengan evolusi dominasi roh atas materi melalui perantaraan batin (pribadi); evolusi fisik (bukan pribadi) di alam-alam semesta ada hubungannya dengan membawa energi kosmis ke dalam harmoni dengan konsep-konsep keseimbangan batin yang tunduk kepada penguasaan-menyeluruh dari roh. Evolusi total alam semesta agung seluruhnya adalah perkara penyatuan kepribadian antara batin yang mengendalikan-energi dengan kecerdasan yang dikoordinasikan-roh, dan akan dinyatakan dalam tampil penuhnya kuasa mahakuasa dari Yang Mahatinggi.
116:5.16 Kesulitan untuk mencapai keadaan kesetimbangan dinamis itu melekat dalam kenyataan tentang kosmos yang bertumbuh. Sirkuit-sirkuit ciptaan fisik yang sudah dimapankan itu terus-menerus terancam oleh munculnya energi baru dan massa baru. Sebuah alam semesta yang berkembang adalah alam semesta yang belum mapan; maka tidak ada bagian dari keseluruhan kosmis itu dapat menemukan stabilitas sebenarnya sampai kepenuhan waktu menyaksikan penyelesaian material tujuh alam semesta super.
116:5.17 Dalam alam-alam semesta yang sudah mapan dalam terang dan hidup tidak ada peristiwa-peristiwa fisik tak terduga yang sangat penting. Kontrol yang relatif sempurna atas ciptaan material telah dicapai; masih ada masalah-masalah tentang hubungan antara alam-alam semesta yang sudah mapan dengan alam-alam yang masih berkembang yang terus menantang keterampilan para Direktur Daya Alam Semesta. Tetapi masalah-masalah ini secara bertahap akan lenyap dengan menyusutnya kegiatan kreatif yang baru sementara alam semesta agung mendekati puncak ungkapan evolusi.
116:6.1 Dalam alam-alam semesta super yang berevolusi, materi-energi itu dominan kecuali dalam kepribadian, di mana roh melalui perantaraan batin sedang berjuang untuk penguasaannya. Tujuan dari alam-alam semesta yang berevolusi itu adalah penaklukan materi-energi oleh batin, koordinasi batin dengan roh, dan semua ini berkat kehadiran kepribadian yang mencipta dan yang mempersatukan. Dengan demikian, dalam hubungannya dengan kepribadian, memang sistem-sistem fisik menjadi subordinat atau bawahan; sistem-sistem batin, koordinat atau sederajat; dan sistem-sistem roh, direktif atau pengarah.
116:6.2 Penyatuan antara kuasa dan kepribadian ini terungkap pada tingkat-tingkat ketuhanan dalam dan sebagai Yang Mahatinggi. Namun evolusi sebenarnya dari dominasi roh itu adalah suatu pertumbuhan yang didasarkan pada aksi-aksi kehendak bebas dari para Pencipta dan ciptaan dari alam semesta agung.
116:6.3 Pada tingkat-tingkat absolut, energi dan roh adalah satu. Namun saat keberangkatan dilakukan dari tingkat-tingkat absolut tersebut, perbedaan muncul, dan saat energi dan roh bergerak ke arah angkasa dari Firdaus, jurang antar mereka melebar sampai dalam alam semesta lokal keduanya telah menjadi cukup berbeda. Keduanya tidak lagi identik, tidak lagi serupa, dan batin harus menengahi untuk saling menghubungkan keduanya.
116:6.4 Bahwa energi itu dapat diarahkan oleh aksi dari kepribadian-kepribadian pengendali itu menunjukkan tanggapnya energi pada aksi batin. Bahwa massa itu dapat distabilkan melalui aksi dari para entitas pengendali yang sama tersebut menunjukkan responsifnya massa pada kehadiran batin yang menghasilkan-tatanan itu. Dan bahwa roh itu sendiri di dalam kepribadian yang memiliki kehendak dapat berusaha melalui batin untuk penguasaan materi-energi mengungkapkan adanya kesatuan potensial semua ciptaan terbatas.
116:6.5 Ada saling ketergantungan antara semua kekuatan dan kepribadian di seluruh alam-alam semesta. Para Putra Pencipta dan Roh Kreatif tergantung pada fungsi kerjasama dari pusat-pusat daya dan pengendali fisik dalam penataan alam-alam semesta; para Direktur Daya Tertinggi tidak lengkap tanpa pengendalian-menyeluruh dari Roh-roh Master. Dalam diri sesosok manusia, mekanisme kehidupan fisik itu responsif, sebagiannya, terhadap perintah-perintah dari batin (pribadi). Batin yang sama ini mungkin, pada gilirannya, menjadi dikuasai oleh pimpinan roh yang memiliki maksud, dan hasil dari perkembangan evolusioner tersebut adalah pembuatan sesosok anak yang baru dari Yang Mahatinggi, suatu perpaduan pribadi yang baru dari beberapa jenis realitas kosmis.
116:6.6 Seperti halnya dengan bagian-bagian, demikian pula dengan keseluruhan; pribadi roh Supremasi membutuhkan kuasa evolusioner dari Yang Mahakuasa untuk mencapai penyelesaian Deitas dan untuk mencapai tujuan akhir dari asosiasi Trinitas. Upaya ini dibuat oleh kepribadian-kepribadian dari ruang dan waktu, tetapi pemuncak dan penyempurnaan upaya ini adalah aksi dari Yang Mahatinggi Mahakuasa. Meskipun pertumbuhan dari keseluruhan itu dengan demikian merupakan penjumlahan dari pertumbuhan kolektif bagian-bagiannya, namun sama juga berarti bahwa evolusi bagian-bagian adalah cerminan tersegmentasi dari pertumbuhan keseluruhan yang memiliki maksud.
116:6.7 Di Firdaus, monota dan roh itu adalah seperti satu—tidak bisa dibedakan kecuali oleh nama. Di Havona, materi dan roh, meskipun dapat dibedakan, pada saat yang sama secara bawaan dasarnya adalah harmonis. Namun demikian, dalam tujuh alam semesta super, ada perbedaan yang besar; ada jurang lebar antara energi kosmis dan roh ilahi; oleh sebab itu ada potensi pengalaman yang lebih besar untuk aksi batin dalam mengharmoniskan dan pada akhirnya menyatukan pola fisik dengan maksud-maksud rohani. Dalam alam-alam semesta ruang yang berkembang dalam waktu, semakin besar penipisan (atenuasi) keilahian, lebih banyak masalah yang harus dipecahkan, dan semakin besar kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam solusinya. Dan seluruh situasi alam semesta super ini melahirkan suatu arena keberadaan evolusi yang lebih luas yang di dalamnya kemungkinan pengalaman kosmis dibuat tersedia sama-sama kepada ciptaan dan kepada Pencipta—bahkan kepada Deitas Mahatinggi.
116:6.8 Dominasi roh, yang adalah eksistensial pada tingkat-tingkat absolut, menjadi suatu pengalaman evolusioner pada tingkat-tingkat terbatas dan dalam tujuh alam semesta super. Dan pengalaman ini dibagi bersama oleh semuanya, dari manusia fana hingga ke Sang Mahatinggi. Semuanya berusaha, secara pribadi berusaha, dalam pencapaiannya; semua berpartisipasi, secara pribadi berpartisipasi, dalam takdirnya.
116:7.1 Alam semesta agung itu bukan hanya ciptaan material dengan kemegahan fisik, keagungan roh, dan kebesaran intelektual, tetapi juga merupakan organisme hidup yang hebat dan responsif. Ada kehidupan nyata yang berdenyut di seluruh mekanisme ciptaan luas kosmos yang hidup itu. Realitas fisik di alam-alam semesta adalah pertanda dari realitas yang bisa dilihat dari Yang Mahatinggi Mahakuasa; dan organisme yang material dan hidup ini ditembusi oleh sirkuit-sirkuit kecerdasan, seperti halnya tubuh manusia dilalui oleh jaringan jalur-jalur sensasi saraf. Alam semesta fisik ini dipenuhi oleh jalur-jalur energi yang secara efektif mengaktifkan ciptaan material, sama seperti halnya tubuh manusia diberi makan dan energi oleh distribusi peredaran produk-produk energi nutrisi yang bisa diserap. Alam semesta yang luas ini bukanlah tanpa pusat-pusat koordinasi dari pengendalian hebat yang bisa dibandingkan dengan sistem kontrol-kimia halus dari mekanisme manusia. Namun andaikan saja kamu tahu sesuatu tentang bentuk fisik sebuah pusat daya, kami bisa, dengan analogi, memberitahu kamu jauh lebih banyak lagi tentang alam semesta fisik ini.
116:7.2 Seperti manusia mencari energi surya untuk pemeliharaan hidup, begitu juga alam semesta agung tergantung pada energi yang tidak putus-putusnya memancar dari Firdaus bawah untuk mempertahankan kegiatan material dan gerakan kosmis ruang angkasa.
116:7.3 Batin telah diberikan kepada manusia dengan mana mereka dapat menjadi sadar diri akan identitas dan kepribadian mereka; dan batin—bahkan suatu Batin Mahatinggi—juga telah diberikan kepada totalitas yang terbatas dimana roh kepribadian yang muncul dari kosmos ini senantiasa berusaha untuk penguasaan materi-energi.
116:7.4 Manusia fana itu responsif terhadap bimbingan roh, seperti halnya alam semesta agung merespon pada genggaman gravitasi-roh Putra Kekal yang amat luas itu, kohesi supermaterial semesta dari nilai-nilai spiritual kekal terhadap semua ciptaan di kosmos terbatas ruang dan waktu.
116:7.5 Manusia itu mampu membuat identifikasi diri yang kekal dengan realitas alam semesta total dan tidak bisa dihancurkan—yaitu peleburan dengan Pelaras Pikiran yang mendiami. Demikian juga Yang Mahatinggi selama-lamanya bergantung pada stabilitas absolut dari Deitas yang Orisinal, Trinitas Firdaus.
116:7.6 Dorongan manusia untuk mencapai kesempurnaan Firdaus, perjuangannya untuk pencapaian Tuhan, menciptakan suatu tegangan keilahian yang asli dalam kosmos hidup yang hanya dapat diselesaikan oleh evolusi suatu jiwa yang baka; inilah apa yang terjadi dalam pengalaman dari makhluk fana tunggal. Tetapi ketika semua ciptaan dan semua Pencipta di alam semesta agung demikian juga berjuang untuk pencapaian-Tuhan dan kesempurnaan ilahi, terbangunlah tegangan kosmis yang kuat yang hanya dapat menemukan penyelesaiannya dalam sintesis luhur kuasa mahakuasa dengan roh pribadi dari Tuhan semua makhluk yang berevolusi, Sang Mahatinggi.
116:7.7 [Disponsori oleh sesosok Utusan Perkasa yang sementara berkunjung di Urantia.]