© 2020 Yayasan Urantia
Makalah 116. Yang Mahatinggi Mahakuasa |
Indeks
Beberapa versi |
Makalah 118. Mahatinggi dan Mahaakhir—Ruang dan Waktu |
117:0.1 SAMPAI taraf mana kita melakukan kehendak Tuhan dalam kedudukan alam semesta apapun kita mungkin berada, sampai ukuran itulah potensial kemahakuasaan Yang Mahatinggi menjadi selangkah lebih aktual. Kehendak Tuhan adalah maksud dari Sang Sumber dan Pusat Pertama sebagaimana hal itu dipotensialkan dalam tiga Absolut, dipribadikan dalam Putra Kekal, digabungkan bersama untuk aksi alam semesta dalam Roh Tanpa Batas, dan dikekalkan dalam pola-pola abadi Firdaus. Tuhan Mahatinggi menjadi perwujudan terbatas yang tertinggi dari kehendak total Tuhan[1].
117:0.2 Jika semua penghuni alam semesta agung suatu kali secara relatif telah menghidupi penuh kehendak Tuhan, maka ciptaan-ciptaan ruang-waktu itu akan dimapankan dalam terang dan hidup, dan kemudian Yang Mahakuasa, potensi deitasnya Supremasi, akan menjadi nyata dalam munculnya kepribadian ilahi Tuhan Mahatinggi.
117:0.3 Ketika suatu batin yang berkembang menjadi diselaraskan pada sirkuit-sirkuit batin kosmis, ketika suatu alam semesta yang berkembang menjadi distabilkan sesuai pola dari alam semesta sentral, ketika sesosok roh yang sedang maju terkoneksi dengan pelayanan bersatu dari para Roh Master, ketika seorang kepribadian manusia yang menaik akhirnya selaras pada pimpinan ilahi dari Adjuster yang mendiaminya, maka aktualitas Yang Mahatinggi telah menjadi satu tahap makin nyata lagi dalam alam-alam semesta; maka keilahian Supremasi itu dimajukan satu langkah lagi ke arah kenyataan kosmis.
117:0.4 Bagian-bagian dan individu-individu dari alam semesta agung berkembang sebagai suatu cerminan dari total evolusi Yang Mahatinggi, sedangkan sebaliknya Yang Mahatinggi adalah total kumulatif sintetis dari semua evolusi alam semesta agung. Dari sudut pandang fana keduanya itu adalah timbal balik evolusi dan pengalaman.
117:1.1 Yang Mahatinggi itu adalah keindahannya harmoni fisik, kebenarannya makna intelektual, dan kebaikannya nilai spiritual. Dia adalah manisnya keberhasilan sejati dan sukacita pencapaian abadi. Dia adalah jiwa seluruh alam semesta agung, kesadaran kosmos terbatas, penyelesaian realitas terbatas, dan personifikasi dari pengalaman Pencipta-ciptaan. Sepanjang kekekalan masa depan Tuhan Mahatinggi akan menyuarakan realitas pengalaman kehendak bebas dalam hubungan-hubungan trinitasnya Deitas.
117:1.2 Dalam pribadi-pribadi para Pencipta Tertinggi, para Tuhan telah turun dari Firdaus ke wilayah waktu dan ruang, berada di sana untuk membuat dan mengembangkan makhluk-makhluk dengan kapasitas pencapaian-Firdaus yang dapat naik ke sana dalam pencarian akan Bapa. Prosesi alam semesta dari para Pencipta pewahyu-Tuhan yang turun, dan ciptaan pencari-Tuhan yang naik, adalah pengungkapan evolusi Ketuhanannya Yang Mahatinggi, dalam siapa baik para penurun maupun penaik itu mencapai saling pemahaman, penemuan persaudaraan abadi dan semesta. Sang Mahatinggi dengan demikian menjadi sintesis terbatas dari pengalaman tentang maksud Pencipta-sempurna dan tanggapan makhluk-menyempurna.
117:1.3 Alam semesta agung berisi kemungkinan dari, dan selalu berusaha untuk, penyatuan lengkap. Dan hal ini tumbuh dari fakta bahwa keberadaan kosmis ini merupakan akibat dari aksi-aksi kreatif dan amanat-amanat kuasa dari Trinitas Firdaus, yang adalah kesatuan tanpa batasan. Kesatuan trinitarian inilah yang diekspresikan dalam kosmos terbatas dalam Yang Mahatinggi, yang realitasnya menjadi semakin jelas kelihatan saat alam semesta mencapai tingkat maksimum untuk identifikasi Trinitas.
117:1.4 Kehendak Pencipta dan kehendak makhluk itu berbeda secara kualitatif, tetapi mereka juga mirip secara pengalaman, karena ciptaan dan Pencipta dapat bekerjasama dalam pencapaian kesempurnaan alam semesta. Manusia dapat bekerja dalam hubungan kerjasama dengan Tuhan dan dengan demikian menciptakan bersama sesosok finaliter yang kekal. Tuhan dapat bekerja bahkan sebagai kemanusiaan dalam inkarnasi para Putra-Nya, yang dengan cara demikian mencapai supremasi pengalaman ciptaan.
117:1.5 Dalam Sang Mahatinggi, Pencipta dan ciptaan disatukan dalam satu Deitas yang kehendaknya adalah bersifat ekspresi darisatu kepribadian ilahi. Kehendak dari Yang Mahatinggi ini adalah sesuatu yang lebih dari kehendak makhluk atau kehendak Pencipta, seperti halnya kehendak berdaulat Putra Master Nebadon sekarang ini adalah sesuatu yang lebih dari semata-mata kombinasi dari kehendak keilahian dan kemanusiaan. Persatuan antara kesempurnaan Firdaus dan pengalaman ruang-waktu itu menghasilkan suatu nilai makna yang baru pada tingkat-tingkat realitas ketuhanan.
117:1.6 Kodrat ilahinya Yang Mahatinggi yang berkembang itu menjadi gambaran yang tepat dari pengalaman tiada tara semua ciptaan dan semua Pencipta itu dalam alam semesta agung. Dalam Yang Mahatinggi, kepenciptaan dan kemakhlukan adalah menyatu; keduanya selamanya dipersatukan oleh pengalaman yang lahir dari perubahan-perubahan keadaan yang menyertai solusi untuk berbagai permasalahan yang menimpa semua ciptaan terbatas ketika mereka mengikuti jalan kekal dalam pencarian akan kesempurnaan dan pembebasan dari belenggu kebelum-lengkapan.
117:1.7 Kebenaran, keindahan, dan kebaikan itu dihubungkan dalam pelayanan Roh, kemegahan Firdaus, rahmat Putra, dan pengalaman Yang Mahatinggi. Tuhan Mahatinggi itulah kebenaran, keindahan, dan kebaikan, karena konsep-konsep keilahian ini merupakan maksimum terbatas dari pengalaman ideasional (penggagasan). Sumber-sumber kekal dari kualitas keilahian rangkap tiga ini berada pada tingkat-tingkat yang di atas terbatas, tetapi suatu makhluk hanya bisa membayangkan sumber-sumber tersebut sebagai suprakebenaran, suprakeindahan, dan suprakebaikan.
117:1.8 Mikhael, sesosok pencipta, mewahyukan kasih ilahi dari Bapa Pencipta untuk anak-anak-Nya di bumi[2]. Setelah menemukan dan menerima perhatian sayang ilahi ini, manusia dapat bercita-cita untuk mengungkapkan kasih ini kepada saudara-saudari mereka di dunia. Kasih sayang makhluk seperti ini adalah cerminan sejati dari kasih Yang Mahatinggi.
117:1.9 Yang Mahatinggi itu secara simetris adalah inklusif (mencakup semuanya.) Sumber dan Pusat Pertama itu potensial dalam tiga Absolut akbar, aktual di Firdaus, dalam Putra, dan dalam Roh; tetapi Yang Mahatinggi itu adalah aktual dan juga potensial, suatu sosok supremasi pribadi dan kekuatan-kuasa mahakuasa, sama-sama responsif pada upaya makhluk dan maksud Pencipta; beraksi sendiri ke atas alam semesta dan bereaksi sendiri pada jumlah total alam semesta; dan pada waktu yang satu dan sama adalah pencipta tertinggi serta makhluk tertinggi. Deitas Supremasi itu dengan demikian bersifat pernyataan jumlah total segala sesuatu yang finit (terbatas) itu seluruhnya.
117:2.1 Yang Mahatinggi itu adalah Tuhan-dalam-waktu; adalah menjadi milik-Nya rahasia pertumbuhan makhluk dalam waktu; adalah milik-Nya juga penaklukan masa kini yang belum selesai dan perampungan masa depan yang sedang menjadi sempurna. Hasil akhir dari semua pertumbuhan terbatas itu adalah: daya dikendalikan melalui batin oleh roh berkat kehadiran kepribadian yang mempersatukan dan mencipta. Konsekuensi puncak semua pertumbuhan ini adalah Sang Mahatinggi.
117:2.2 Bagi manusia fana, keberadaan itu setara dengan pertumbuhan. Memang tampaknya akan demikian, bahkan dalam pengertian alam semesta yang lebih luas, karena keberadaan yang dipimpin-roh itu tampaknya memang berakibat pertumbuhan pengalaman—penambahan status. Sekalipun demikian, kami telah lama meyakini bahwa pertumbuhan masa kini yang mencirikan keberadaan makhluk dalam zaman alam semesta sekarang ini adalah suatu fungsi dari Yang Mahatinggi. Kami sama juga berpendapat bahwa pertumbuhan jenis ini adalah khas untuk era pertumbuhan Yang Mahatinggi, dan bahwa hal itu akan berakhir dengan selesainya pertumbuhan Yang Mahatinggi.
117:2.3 Pertimbangkanlah status para putra yang ditrinitisasi-makhluk itu: Mereka lahir dan hidup dalam zaman alam semesta sekarang ini; mereka memiliki kepribadian, bersama-sama dengan kemampuan batin dan roh. Mereka memiliki pengalaman dan memorinya, tetapi mereka tidak bertumbuh seperti halnya para penaik. Merupakan keyakinan dan pemahaman kami bahwa para putra yang ditrinitisasi-makhluk ini, meskipun mereka berada dalam era alam semesta saat ini, mereka sebenarnya untuk era alam semesta berikutnya—era yang akan mengikuti selesainya pertumbuhan Yang Mahatinggi. Oleh karena itu mereka tidak berada dalam Yang Mahatinggi yang statusnya sekarang adalah belum tuntas dan pertumbuhan sebagai akibatnya. Dengan demikian mereka tidak ikut serta dalam pertumbuhan pengalaman dari era alam semesta ini, disimpan sebagai cadangan untuk era alam semesta berikutnya.
117:2.4 Golonganku sendiri, Utusan Perkasa, karena sudah dirangkul Trinitas, tidak ikut serta dalam pertumbuhan era alam semesta saat ini. Dalam suatu pengertian kami ada dalam status era alam semesta yang sebelumnya karena pada kenyataannya kami adalah Putra-putra Stasioner dari Trinitas. Satu hal yang pasti: Status kami sudah tetap oleh rangkulan Trinitas, dan pengalaman tidak lagi menghasilkan pertumbuhan.
117:2.5 Namun hal ini tidak benar mengenai para finaliter atau semua golongan yang berevolusi dan berpengalaman lainnya yang adalah peserta-peserta dalam proses pertumbuhan Yang Mahatinggi. Kamu manusia yang sekarang hidup di Urantia yang mungkin bercita-cita untuk pencapaian Firdaus dan status finaliter harus memahami bahwa takdir tersebut hanya dapat menjadi kenyataan karena kamu berada di dalam dan dari Yang Mahatinggi, sebab itu adalah peserta-peserta dalam siklus dari pertumbuhan Yang Mahatinggi.
117:2.6 Suatu masa nanti akan datang akhir pertumbuhan Yang Mahatinggi; statusnya akan mencapai penuntasan (dalam pengertian roh-energi). Penyelesaian evolusi Yang Mahatinggi ini juga akan menyaksikan akhir dari evolusi makhluk sebagai bagian dari Supremasi. Seperti apa jenis pertumbuhan yang dapat mencirikan alam-alam semesta ruang angkasa bagian luar itu, kami tidak tahu. Tetapi kami sangat yakin bahwa hal itu akan menjadi sesuatu yang sangat berbeda dari semua yang telah dilihat di era evolusi tujuh alam semesta super sekarang. Tentulah akan menjadi fungsi dari warga evolusi alam semesta agung untuk menutup kekurangan penduduk angkasa luar karena tidak mengalami pertumbuhan Supremasi ini.
117:2.7 Seperti yang ada pada pemenuhan kesudahan era alam semesta ini, Sang Mahatinggi akan berfungsi sebagai penguasa berdaulat berpengalaman di alam semesta agung. Para warga angkasa luar—warga era alam semesta berikutnya—akan memiliki potensi pertumbuhan pasca semesta super, suatu kapasitas untuk pencapaian evolusi yang mendahului kedaulatan Yang Mahatinggi Mahakuasa, sebab itu tidak termasuk partisipasi makhluk dalam sintesis kepribadian-kuasa di era alam semesta saat ini.
117:2.8 Demikianlah kebelum-tuntasan Yang Mahatinggi dapat dianggap sebagai suatu berkah karena memungkinkan pertumbuhan evolusi penciptaan-makhluk di alam semesta sekarang ini. Kekosongan memang memiliki berkahnya, karena dapat menjadi secara pengalaman diisi.
117:2.9 Salah satu pertanyaan yang paling menarik dalam filsafat terbatas adalah hal ini: Apakah Sang Mahatinggi menjadi aktual dalam menanggapi evolusi alam semesta agung, atau apakah kosmos terbatas ini semakin berkembang sebagai respon terhadap aktualisasi bertahap Yang Mahatinggi? Atau mungkinkah bahwa mereka saling bergantung bagi perkembangan mereka? bahwa mereka adalah berevolusi timbal balik, yang satu memulai pertumbuhan yang lain? Tentang ini kami yakin: Para makhluk dan alam semesta, tinggi dan rendah, adalah sedang berkembang di dalam Yang Mahatinggi, dan sementara mereka berkembang, muncullah penjumlahan disatukan dari seluruh kegiatan terbatas di era alam semesta ini. Hal ini adalah kemunculan dari Sang Mahatinggi, kepada semua kepribadian, evolusi kekuatan mahakuasa dari Tuhan Mahatinggi.
117:3.1 Realitas kosmis yang disebut secara beragam sebagai Yang Mahatinggi, Tuhan Mahatinggi, dan Mahatinggi Mahakuasa itu, adalah sintesis kompleks dan menyeluruh terhadap fase yang muncul dari semua realitas terbatas. Diversifikasi amat luas energi kekal, roh ilahi, dan batin semesta itu mencapai puncak terbatas dalam evolusi Yang Mahatinggi, yang adalah jumlah total semua pertumbuhan terbatas, yang direalisasikan sendiri pada tingkat ketuhanan untuk penyelesaian maksimum terbatas.
117:3.2 Yang Mahatinggi adalah saluran ilahi melalui mana mengalir infinitas kreatif dari trioditas-trioditas yang mengkristal ke dalam panorama galaksi ruang angkasa, terhadap itulah berlangsung drama kepribadian agung yang berhubungan dengan waktu: penaklukan roh atas materi-energi melalui perantaraan batin.
117:3.3 Kata Yesus: “Akulah jalan yang hidup,” maka ia adalah jalan yang hidup dari tingkat jasmani kesadaran diri ke tingkat rohani kesadaran-Tuhan[3]. Dan bahkan seperti halnya ia adalah jalan hidup untuk kenaikan dari diri kepada Tuhan, demikianlah Yang Mahatinggi adalah jalan yang hidup dari kesadaran terbatas kepada transendensi kesadaran, bahkan sampai ke wawasan yang melampaui-terbatas (absonitas).
117:3.4 Putra Penciptamu dapat benar-benar menjadi saluran yang hidup dari kemanusiaan kepada keilahian karena ia secara pribadi telah mengalami kepenuhan melintasi jalan kemajuan alam semesta ini, dari kemanusiaan sejati Yosua bin Yusuf, Anak Manusia itu, kepada ketuhanan Firdausnya Mikhael Nebadon, Putra dari Tuhan yang tanpa batas. Sama demikian pula Yang Mahatinggi dapat berfungsi sebagai pendekatan alam semesta kepada transendensi keterbatasan finit, karena Ia adalah perwujudan aktual dan ringkasan pribadi dari semua evolusi, kemajuan, dan spiritualisasi makhluk. Bahkan pengalaman-pengalaman alam semesta agung dari para pribadi yang menurun dari Firdaus itu adalah bagian dari pengalaman Yang Mahatinggi yang melengkapi penjumlahan-Nya terhadap pengalaman menaik dari para musafir waktu.
117:3.5 Manusia fana itu lebih dari secara kiasan diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan[4]. Dari sudut pandang fisik pernyataan ini sulit dikatakan benar, tetapi dengan mengacu pada potensi-potensi alam semesta tertentu maka hal itu adalah fakta yang sebenarnya. Mengenai umat manusia, sesuatu dari drama pencapaian evolusi yang sama sedang digelar sementara terjadi, dalam skala yang jauh lebih besar, di alam semesta segala alam-alam semesta. Manusia, sosok kepribadian yang memiliki kehendak, menjadi kreatif dalam kerjasama dengan sesosok Pelaras, suatu entitas yang tidak berpribadi, dalam kehadiran potensi-potensi terbatas dari Yang Mahatinggi, dan hasilnya adalah berkembangnya suatu jiwa yang baka. Di alam-alam semesta, kepribadian-kepribadian Pencipta waktu dan ruang itu berfungsi dalam hubungan kerjasama dengan roh yang tidak berpribadi dari Trinitas Firdaus itu dan dengan demikian menciptakan suatu potensi kuasa baru untuk realitas Deitas.
117:3.6 Manusia fana, sebagai sosok makhluk, tidaklah persis sama seperti Sang Mahatinggi, yang adalah ketuhanan, tetapi evolusinya manusia memang dalam beberapa hal menyerupai pertumbuhan Yang Mahatinggi. Manusia secara sadar tumbuh dari yang jasmani menuju yang rohani dengan kekuatan, kuasa, dan keteguhan dari keputusan dirinya sendiri; ia juga tumbuh selagi Pelaras Pikirannya mengembangkan teknik-teknik baru untuk menjangkau turun dari tingkat jiwa spiritual ke morontial; dan sekali jiwa menjadi ada, jiwa itu mulai bertumbuh dalam dan dari dirinya sendiri.
117:3.7 Hal ini agak seperti cara bagaimana Sang Mahatinggi mengembang. Kedaulatan-Nya tumbuh dalam dan keluar dari aksi dan pencapaian dari Kepribadian-kepribadian Pencipta Tertinggi; itulah evolusi untuk keagungan kuasa-Nya sebagai penguasa alam semesta agung. Kodrat ketuhanan-Nya adalah demikian juga bergantung pada kesatuan pra-ada dari Trinitas Firdaus. Namun masih ada aspek lain pada evolusi Tuhan Mahatinggi: Ia tidak hanya dikembangkan-Pencipta dan berasal-dari-Trinitas, ia juga berkembang sendiri dan berasal dari diri sendiri. Tuhan Mahatinggi itu sendiri adalah peserta yang berkehendak bebas, kreatif dalam aktualisasi deitasnya sendiri. Jiwa morontial manusia itu begitu juga suatu mitra yang berkehendak bebas, ko-kreatif dalam imortalisasi (pembakaan) dirinya sendiri.
117:3.8 Bapa bekerjasama dengan Pelaku Bersama dalam memanipulasi energi-energi Firdaus dan dalam membuat energi-energi ini responsif pada Yang Mahatinggi. Bapa bekerjasama dengan Putra Kekal dalam produksi kepribadian-kepribadian Pencipta yang tindakan mereka suatu kali nanti akan memuncak dalam kedaulatan Yang Mahatinggi. Bapa bekerjasama dengan Putra maupun dengan Roh dalam penciptaan kepribadian-kepribadian Trinitas supaya berfungsi sebagai para penguasa alam semesta agung sampai saat selesainya evolusi Yang Mahatinggi membuat ia memenuhi syarat untuk memangku kedaulatan tersebut. Bapa bekerja bersama para rekan sederajat-Nya yang Deitas dan non-Deitas dalam cara ini dan banyak cara lain dalam kelanjutan evolusi Supremasi, tetapi Ia juga berfungsi sendirian dalam urusan-urusan ini. Fungsi sendirian-Nya itu mungkin paling jelas terungkap dalam pelayanan para Pelaras Pikiran dan entitas-entitas terkait mereka.
117:3.9 Deitas itu kesatuan, eksistensial dalam Trinitas, bersifat pengalaman dalam Yang Mahatinggi, dan, dalam manusia, direalisir-makhluk dalam peleburan Pelaras. Kehadiran Pelaras Pikiran dalam manusia fana mengungkapkan kesatuan pokok alam semesta, karena manusia, jenis paling rendah kepribadian alam semesta yang mungkin, memuat di dalam dirinya suatu pecahan sebenarnya dari realitas yang paling tinggi dan kekal, bahkan Bapa asal semua kepribadian.
117:3.10 Sang Mahatinggi itu berkembang berkat hubungan kerjasamanya dengan Trinitas Firdaus dan sebagai akibat dari keberhasilan-keberhasilan keilahian dari anak-anak pencipta dan pengelola dari Trinitas itu. Jiwa baka manusia mengembangkan tujuan kekalnya sendiri oleh ikatan hubungan dengan kehadiran ilahi Bapa Firdaus dan sesuai dengan keputusan-keputusan kepribadian dari batin manusia. Seperti halnya Trinitas bagi Tuhan Mahatinggi, demikian pula Pelaras bagi manusia yang berevolusi.
117:3.11 Selama era alam semesta saat ini Sang Mahatinggi itu tampaknya tidak mampu berfungsi secara langsung sebagai pencipta kecuali dalam contoh-contoh dimana kemungkinan terbatas untuk aksi telah terpakai habis oleh agen-agen kreatif ruang dan waktu. Sejauh ini dalam sejarah alam semesta hal ini telah berlangsung hanya sekali; ketika kemungkinan untuk aksi terbatas dalam hal reflektivitas alam semesta telah dihabiskan, maka memang Yang Mahatinggi berfungsi sebagai pemuncak kreatif terhadap semua aksi pencipta yang mendahului. Dan kami percaya Ia akan berfungsi lagi sebagai pemuncak dalam era-era masa depan kapan saja kepenciptaan pendahulunya telah menyelesaikan siklus kegiatan kreatif yang semestinya.
117:3.12 Sang Mahatinggi tidak menciptakan manusia, tetapi manusia itu secara harfiah dibuat dari, atau hidupnya itu berasal dari, potensialitas Yang Mahatinggi. Yang Mahatinggi juga tidak mengevolusikan manusia; namun Yang Mahatinggi itu adalah intisari evolusi itu sendiri. Dari sudut pandang terbatas, kita benar-benar hidup, kita bergerak, dan kita ada di dalam imanensi Yang Mahatinggi[5].
117:3.13 Yang Mahatinggi tampaknya tidak dapat memulai sebab-akibat yang asli tetapi kelihatannya menjadi katalis terhadap semua pertumbuhan alam semesta dan sepertinya ditakdirkan untuk menyediakan pemuncak totalitas terhadap takdir semua sosok makhluk yang berpengalaman-berevolusi. Bapa melahirkan konsep suatu kosmos yang terbatas; Putra-putra Pencipta menjadikan ide menjadi kenyataan dalam ruang dan waktu dengan persetujuan dan kerjasama dari Roh-roh Kreatif; Yang Mahatinggi memuncaki yang terbatas total dan meresmikan hubungannya dengan takdir dari yang absonit.
117:4.1 Sementara kita melihat perjuangan tanpa henti dari ciptaan makhluk untuk kesempurnaan status dan keilahian diri, kita tidak bisa yang lain kecuali percaya bahwa upaya-upaya tanpa akhir ini memperlihatkan perjuangan tanpa henti Yang Mahatinggi untuk realisasi diri ilahi. Tuhan Mahatinggi itu adalah Deitas yang terbatas, dan ia harus mengatasi masalah-masalahnya yang terbatas dalam arti total kata itu. Perjuangan kita dengan perubahan-perubahan di alam waktu dalam evolusi-evolusi ruang itu adalah cerminan dari upaya-Nya untuk mencapai kesunyataan diri dan penyelesaian kedaulatan di dalam lingkup aksi, yang mana kodrat berevolusi-Nya itu sedang mengembang ke batas-batas kemungkinan yang paling jauh.
117:4.2 Di seluruh alam semesta agung Yang Mahatinggi berjuang untuk ekspresi. Evolusi ilahi-Nya dalam taraf tertentu didasarkan pada aksi-kebijaksanaan dari setiap kepribadian yang ada. Ketika seorang manusia memilih hidup yang kekal, ia sedang menciptakan-bersama takdir; dan dalam kehidupan manusia yang menaik ini, Tuhan yang terbatas itu menemukan suatu peningkatan ukuran realisasi diri kepribadian dan suatu perluasan kedaulatan pengalaman. Tetapi jika sesosok makhluk menolak karier kekal, bagian dari Yang Mahatinggi itu yang tergantung pada pilihan makhluk itu mengalami penundaan yang tak bisa dihindari, kehilangan yang harus diimbangi oleh pengalaman pengganti atau kolateral (sejajar); sedangkan bagi kepribadian yang tidak selamat itu, ia diserap ke dalam jiwa-seluruh ciptaan, menjadi suatu bagian dari Ketuhanan dari Yang Mahatinggi.
117:4.3 Tuhan itu begitu mempercayai, begitu mengasihi, sehingga Ia memberikan satu porsi dari kodrat ilahi-Nya itu ke tangan manusia untuk pemeliharaan dan realisasi diri. Kodrat Bapa, kehadiran Pelaras itu, tidak dapat dimusnahkan terlepas dari pilihan manusia fana itu. Anak dari Yang Mahatinggi, diri yang berkembang itu, dapat dimusnahkan walaupun kepribadian yang berpotensi mempersatukan dari manusia yang tersesat itu masih bertahan sebagai suatu faktor dari Deitas Supremasi.
117:4.4 Kepribadian manusia benar-benar dapat menghancurkan individualitas kemakhlukan, dan meskipun semua yang ada nilainya dalam kehidupan makhluk yang bunuh diri secara kosmis itu masih bertahan, kualitas-kualitas ini tidak akan bertahan sebagai sesosok makhluk secara individu. Yang Mahatinggi akan lagi menemukan ekspresinya dalam makhluk-makhluk di alam semesta tetapi tidak pernah lagi sebagai pribadi tertentu itu; kepribadian unik dari seorang yang bukan-penaik akan kembali ke Yang Mahatinggi sebagai setetes air kembali ke samudra.
117:4.5 Setiap aksi yang terpisah dari bagian-bagian pribadi yang finit (terbatas) itu relatif tidak relevan pada kemunculan akhir Yang Mahatinggi Keseluruhan, tetapi keseluruhan itu tetap tergantung pada total aksi dari berbagai bagiannya. Kepribadian manusia individu itu tidak signifikan di hadapan total Supremasi, namun kepribadian setiap manusia merupakan nilai-makna yang tak tergantikan dalam yang terbatas; kepribadian, begitu sekali telah diekspresikan, tidak pernah lagi menemukan ekspresi yang sama persis kecuali keberadaan kepribadian yang hidup itu masih berlanjut.
117:4.6 Maka, sementara kita berjuang untuk ekspresi diri, Yang Mahatinggi sedang berjuang dalam diri kita, dan bersama dengan kita, untuk ekspresi deitas. Ketika kita menemukan Bapa, maka Yang Mahatinggi telah lagi menemukan Pencipta Firdaus segalanya. Selagi kita menguasai masalah-masalah realisasi diri, begitu pula Tuhan pengalaman itu mencapai supremasi yang mahakuasa dalam alam-alam semesta ruang dan waktu.
117:4.7 Umat manusia tidak naik tanpa upaya dalam alam semesta, demikian pula Yang Mahatinggi tidak berkembang tanpa aksi yang penuh maksud dan cerdas. Makhluk tidak mencapai kesempurnaan dengan hanya pasif, demikian pula roh Supremasi tidak membuat daya-kuasa Yang Mahakuasa itu menjadi kenyataan tanpa layanan tak henti-hentinya pada ciptaan terbatas.
117:4.8 Hubungan yang temporal dari manusia pada Yang Mahatinggi itu adalah dasar bagi moralitas kosmis, kepekaan menyeluruh pada, dan penerimaan pada, tugas. Ini adalah moralitas yang melampaui pengertian temporal tentang benar dan salah relatif; moralitas itu merupakan moralitas yang langsung didasarkan pada penghargaan sadar diri makhluk untuk kewajiban pengalaman kepada Deitas pengalaman. Manusia fana dan semua makhluk yang terbatas lainnya diciptakan dari potensi hidup energi, batin, dan jiwa yang ada dalam Yang Mahatinggi. Terhadap Yang Mahatinggi itulah bahwa manusia-Pelaras yang naik itu menarik sumberdaya untuk penciptaan karakter baka dan ilahinya sesosok finaliter. Berasal dari realitas Yang Mahatinggi itulah bahwa Pelaras, dengan persetujuan dari kehendak manusia, merajut pola-pola untuk kodrat kekalnya seorang anak Tuhan yang menaik.
117:4.9 Evolusi kemajuan Pelaras dalam merohanikan dan mengabadikan suatu kepribadian manusia itu secara langsung menghasilkan suatu perluasan kedaulatan Yang Mahatinggi. Prestasi seperti itu dalam evolusi manusia pada saat yang sama adalah prestasi-prestasi dalam aktualisasi evolusioner Yang Mahatinggi. Meskipun benar bahwa makhluk tidak bisa berkembang tanpa Yang Mahatinggi, namun mungkin juga benar bahwa evolusi Yang Mahatinggi itu tidak pernah dapat sepenuhnya tercapai terlepas dari selesainya evolusi semua makhluk. Di sinilah letak tanggung jawab kosmis besar dari kepribadian-kepribadian yang sadar diri: Bahwa Deitas Mahatinggi itu adalah dalam suatu pengertian tertentu tergantung pada pemilihan dari kehendak manusia. Kemajuan timbal-balik dari kemajuan evolusi makhluk dan dari evolusi Yang Mahatinggi itu dengan sesungguhnya dan sepenuhnya ditunjukkan kepada para Yang Purba Harinya melalui mekanisme-mekanisme reflektivitas alam semesta yang tidak bisa dipahami itu.
117:4.10 Tantangan besar yang telah diberikan kepada manusia fana adalah ini: Akankah kamu memutuskan untuk mempersonalisasi makna-makna nilai kosmos yang bisa dialami itu ke dalam jati dirimu sendiri yang berkembang itu? atau dengan menolak keselamatan, akankah kamu mengizinkan rahasia-rahasia Supremasi ini untuk tetap tertidur, menunggu aksi dari makhluk lain pada waktu lain yang akan dengan cara dia mengupayakan suatu kontribusi makhluk pada evolusi Tuhan yang terbatas itu? Namun hal itu akan menjadi kontribusi dia kepada Yang Mahatinggi, bukan kontribusimu.
117:4.11 Perjuangan besar dari era alam semesta ini adalah antara yang potensial dan yang aktual—usaha untuk mengaktualkan semua yang masih belum diekspresikan. Jika manusia fana maju pada petualangan Firdaus, ia mengikuti gerakan-gerakan waktu, yang mengalir sebagai arus-arus di dalam aliran kekekalan; jika manusia fana menolak karier kekal, ia bergerak berlawanan dengan aliran peristiwa-peristiwa dalam alam-alam semesta terbatas. Ciptaan mekanis itu terus bergerak tak bisa dihentikan sesuai dengan pengungkapan maksud dari Bapa Firdaus, tetapi ciptaan yang berkehendak itu memiliki pilihan untuk menerima atau menolak peran partisipasi kepribadian dalam petualangan kekekalan. Manusia fana tidak dapat menghancurkan nilai-nilai tertinggi eksistensi manusia, tapi ia sangat jelas bisa mencegah evolusi nilai-nilai ini dalam pengalaman pribadinya sendiri. Sejauh mana diri manusia tersebut menolak untuk mengambil bagian dalam kenaikan Firdaus, sejauh itu pula Yang Mahatinggi tertunda dalam mencapai ekspresi keilahian di dalam alam semesta agung.
117:4.12 Ke dalam pemeliharaan manusia fana telah diberikan tidak hanya kehadiran Pelaras dari Bapa Firdaus, tetapi juga pengendalian atas takdir dari sepersekian bagian sangat kecil masa depan-Nya Yang Mahatinggi. Karena ketika manusia mencapai takdir manusia, begitu juga Yang Mahatinggi mencapai takdir pada tingkat-tingkat deitas.
117:4.13 Demikianlah keputusan menanti setiap kamu seperti dulu pernah menunggu setiap kami: Akankah kamu menggagalkan Tuhannya waktu, yang begitu tergantung pada keputusan dari batin terbatas? Akankah kamu menggagalkan kepribadian Yang Mahatinggi dari alam-alam semesta oleh karena kemalasan karena mundur ke sifat hewani itu? akankah kamu menggagalkan saudara besar semua makhluk, yang sangat tergantung pada setiap makhluk? Dapatkah kamu membiarkan dirimu masuk ke dalam wilayah tidak terwujud sedangkan di depanmu terbentang pemandangan mempesona untuk karier alam semesta—penemuan ilahi akan Bapa Firdaus dan partisipasi ilahi dalam pencarian untuk, dan evolusi dari, Tuhan Supremasi?
117:4.14 Karunia-karunia Tuhan—penganugerahan realitas-Nya—adalah bukan perceraian dari diri-Nya sendiri; Ia tidak mengasingkan ciptaan dari diri-Nya, tetapi Ia telah membuat tegangan-tegangan dalam ciptaan-ciptaan yang mengelilingi Firdaus. Tuhan pertama-tama mengasihi manusia dan mengaruniakan kepadanya potensi kebakaan—yaitu realitas kekal. Ketika manusia mengasihi Tuhan, maka demikianlah manusia menjadi kekal dalam aktualitasnya. Di sinilah ada misteri: Semakin dekat manusia mendekati Tuhan melalui kasih, semakin besar realitas—aktualitas—orang itu. Semakin orang menjauhi Tuhan, semakin dekat ia mendekati nonrealitas—penghentian keberadaan. Ketika manusia mengabdikan kehendaknya untuk melakukan kehendak-Nya Bapa, ketika manusia memberikan Tuhan semua yang ia miliki, maka Tuhan membuat manusia itu menjadi lebih dari dia sekarang[6].
117:5.1 Yang Mahatinggi akbar itu adalah jiwa kosmisnya alam semesta agung. Dalam Dia kualitas dan kuantitas dari kosmos memang menemukan cerminan ketuhanan mereka; kodrat ketuhanannya adalah campuran mosaik dari luas totalnya seluruh kodrat Pencipta-ciptaan di seluruh alam semesta yang berevolusi. Yang Mahatinggi juga merupakan Deitas yang menjadi aktual yang mewujudkan suatu kehendak kreatif yang mencakup suatu maksud alam semesta yang berevolusi.
117:5.2 Diri-diri intelektual, diri-diri yang berpotensi pribadi dari yang terbatas itu muncul dari Sumber dan Pusat Ketiga dan mencapai sintesis Ketuhanan ruang-waktu terbatas dalam Yang Mahatinggi. Ketika makhluk itu tunduk kepada kehendak Pencipta, ia tidak menenggelamkan atau menyerahkan kepribadiannya; peserta kepribadian individual dalam aktualisasi Tuhan terbatas itu tidak kehilangan diri berkehendak mereka dengan berfungsi seperti itu. Lebih tepatnya kepribadian-kepribadian tersebut secara progresif ditambah oleh partisipasi dalam petualangan Ketuhanan yang akbar ini; melalui penyatuan dengan keilahian tersebut manusia mengagungkan, memperkaya, merohanikan, dan menyatukan dirinya yang berkembang itu dengan ambang supremasi itu sendiri.
117:5.3 Jiwa baka manusia yang berkembang itu, ciptaan bersama dari batin jasmani dan Pelaras itu, naik seperti demikian sampai ke Firdaus dan kemudian, ketika dimasukkan ke dalam Korps Finalitas, menjadi bersekutu dalam cara baru tertentu dengan sirkuit gravitasi-roh dari Putra Kekal melalui teknik pengalaman yang dikenal sebagai transendansi finaliter. Finaliter-finaliter tersebut dengan demikian menjadi calon-calon yang memenuhi syarat untuk pengakuan pengalaman sebagai kepribadian-kepribadian dari Tuhan Mahatinggi. Ketika kecerdasan-kecerdasan fana ini dalam tugas masa depan Korps Finalitas yang belum terungkap itu mencapai tahap ketujuh keberadaan roh, batin rangkap dua tersebut akan menjadi rangkap tiga. Dua batin yang diselaraskan ini, manusia dan ilahi, akan menjadi dimuliakan dalam persatuan dengan batin pengalaman dari Sang Mahatinggi yang kemudian diaktualisasikan.
117:5.4 Dalam masa depan yang kekal, Tuhan Mahatinggi akan diaktualisasikan—secara kreatif diekspresikan dan secara rohani digambarkan—dalam batin yang dirohanikan, jiwa yang baka, dari manusia penaik itu, sama seperti Bapa Semesta diwahyukan seperti itu dalam kehidupan bumi Yesus.
117:5.5 Manusia tidak menyatu dengan Yang Mahatinggi dan menenggelamkan identitas pribadinya, tetapi dampak-dampak alam semesta dari pengalaman semua manusia memang membentuk suatu bagian dalam pengalaman ilahi Yang Mahatinggi. “The act is ours, the consequences God’s,” atau “perbuatan itu urusan kita, akibatnya urusan Tuhan[7].”
117:5.6 Kepribadian yang sedang maju meninggalkan suatu jejak realitas yang diaktualisir saat melewati tingkat-tingkat menaik di alam-alam semesta. Apakah itu batin, roh, atau energi, ciptaan-ciptaan ruang dan waktu yang bertumbuh itu diubah oleh kemajuan kepribadian melalui wilayah-wilayah mereka. Ketika manusia beraksi, Yang Mahatinggi bereaksi, dan transaksi ini membentuk fakta progresi itu.
117:5.7 Sirkuit-sirkuit besar energi, batin, dan roh tidak pernah menjadi milik permanen dari kepribadian yang naik; layanan-layanan ini tetap selamanya menjadi bagian dari Supremasi. Dalam pengalaman manusia fana, intelek manusia tinggal dalam denyutan-denyutan berirama dari roh-batin ajudan dan menghasilkan keputusan-keputusannya di dalam arena yang dihasilkan oleh pensirkuitan di dalam layanan ini. Pada waktu kematian fana, diri manusia itu selamanya diceraikan dari sirkuit ajudan. Sementara para ajudan ini sepertinya tidak pernah mengirimkan pengalaman dari satu kepribadian kepada yang lain, mereka dapat dan memang mengirimkan dampak-dampak yang bukan bersifat pribadi dari aksi-keputusan itu melalui Tuhan Lipat Tujuh kepada Tuhan Mahatinggi. (Setidaknya hal ini benar mengenai ajudan penyembahan dan kebijaksanaan).
117:5.8 Demikianlah mengenai sirkuit-sirkuit rohani itu: Manusia memanfaatkan hal ini dalam kenaikannya melalui alam-alam semesta, namun ia tidak pernah memiliki sirkuit-sirkuit itu sebagai bagian dari kepribadian kekalnya. Tetapi sirkuit-sirkuit untuk pelayanan rohani ini, apakah itu Roh Kebenaran, Roh Kudus, atau kehadiran-kehadiran roh alam semesta super, adalah reseptif dan reaktif terhadap nilai-nilai yang muncul dalam kepribadian yang menaik, dan nilai-nilai ini dengan tepat dikirimkan melalui Yang Lipat Tujuh kepada Yang Mahatinggi.
117:5.9 Meskipun pengaruh rohani seperti Roh Kudus dan Roh Kebenaran tersebut adalah pelayanan-pelayanan alam semesta lokal, bimbingan mereka tidak sepenuhnya terbatas pada batas-batas geografis suatu ciptaan lokal tertentu. Ketika manusia naik melewati batas-batas alam semesta lokal asalnya, ia tidak sepenuhnya terputus dari pelayanan Roh Kebenaran yang terus-menerus mengajar dan membimbingnya melalui kesimpang-siuran filosofis di dunia-dunia material dan morontial itu, dalam setiap krisis kenaikan tidak pernah gagal memimpin para musafir Firdaus itu, selalu mengatakan: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya[8].” Ketika kamu meninggalkan wilayah-wilayah alam semesta lokal, melalui pelayanan dari roh Sang Mahatinggi yang sedang muncul itu dan melalui provisi-provisi reflektivitas alam semesta super, kamu akan tetap dibimbing dalam kenaikan Firdausmu oleh roh pemimpin yang menghibur dari Putra-putra Tuhan anugerah Firdaus itu.
117:5.10 Bagaimana bermacam-macam sirkuit pelayanan kosmis ini mencatatkan makna, nilai, dan fakta-fakta pengalaman berevolusi itu dalam Yang Mahatinggi? Kami tidak yakin dengan pasti, tetapi kami percaya bahwa pencatatan ini terjadi melalui pribadi-pribadi Pencipta Tertinggi yang berasal dari Firdaus yang merupakan pemberi-pemberi langsung sirkuit-sirkuit ruang dan waktu ini. Akumulasi-akumulasi pengalaman-batin dari tujuh ajudan roh-batin itu, dalam pelayanan mereka pada tingkat kecerdasan fisik, merupakan bagian dari pengalaman alam semesta lokal dari Penatalayan Ilahi, dan melalui Roh Kreatif ini hal-hal ini mungkin didaftarkan dalam batin Supremasi. Demikian juga pengalaman-pengalaman manusia dengan Roh Kebenaran dan Roh Kudus mungkin didaftarkan melalui teknik yang sama dalam pribadi Supremasi.
117:5.11 Bahkan pengalaman manusia dan Pelaras tentulah mendapatkan gaungnya dalam keilahian Tuhan Mahatinggi, karena, seperti pengalaman para Pelaras, mereka adalah seperti Yang Mahatinggi, dan jiwa manusia fana yang berkembang itu diciptakan dari kemungkinan-kemungkinan yang telah ada sebelumnya untuk pengalaman tersebut di dalam Yang Mahatinggi.
117:5.12 Dengan cara inilah berbagai pengalaman dari semua ciptaan menjadi bagian dari evolusi Supremasi. Makhluk hanya memanfaatkan kualitas dan kuantitas dari yang terbatas itu sementara mereka naik kepada Bapa; konsekuensi bukan-pribadi dari pemanfaatan tersebut tetap selamanya menjadi bagian dari kosmos hidup, pribadi Yang Mahatinggi.
117:5.13 Apa yang manusia itu sendiri ambil bersama dia sebagai milik kepribadian adalah konsekuensi-konsekuensi karakter dari pengalaman telah menggunakan sirkuit-sirkuit batin dan roh alam semesta agung dalam kenaikan Firdausnya. Ketika manusia memutuskan, dan ketika ia mewujudkan keputusan ini dalam tindakan, manusia mengalami, dan makna-makna serta nilai-nilai dari pengalaman ini selamanya menjadi bagian dari karakter abadinya pada semua tingkatan, dari yang terbatas ke yang final. Karakter yang bermoral secara kosmis dan rohani secara ilahi merupakan akumulasi pokok dari keputusan-keputusan pribadinya makhluk itu yang telah diterangi oleh penyembahan yang tulus, dimuliakan oleh kasih yang cerdas, dan diwujudkan dalam layanan persaudaraan.
117:5.14 Yang Mahatinggi yang berkembang itu akhirnya akan menutup kelemahan makhluk-makhluk terbatas karena ketidak-mampuan mereka untuk mencapai pengalaman kontak yang lebih dari terbatas dengan alam semesta segala alam-alam semesta. Makhluk-makhluk dapat mencapai Bapa Firdaus, tetapi batin-batin evolusioner mereka, karena terbatas, adalah tidak mampu untuk benar-benar memahami Bapa yang tanpa batas dan absolut itu. Namun karena semua pengalaman makhluk itu tercatat dalam, dan merupakan bagian dari, Yang Mahatinggi, maka ketika semua makhluk mencapai tingkat akhir eksistensi terbatas, dan setelah pengembangan alam semesta total memungkinkan pencapaian mereka pada Tuhan Mahatinggi sebagai kehadiran keilahian yang nyata, maka, melekat dalam fakta kontak tersebut, adalah kontak dengan pengalaman total. Yang terbatas dari waktu mengandung dalam dirinya sendiri benih kekekalan; dan kami diajar bahwa, ketika kepenuhan evolusi menyaksikan habisnya kapasitas untuk pertumbuhan kosmis, maka yang terbatas total akan menempuh ke fase melampaui-terbatas atau absonit dari karier kekal dalam pencarian akan Bapa sebagai Yang Mahaakhir.
117:6.1 Kita mencari Yang Mahatinggi dalam alam-alam semesta, tapi kita tidak menemukan Dia. “Dia ada di dalam dan di luar segala benda dan makhluk, yang bergerak dan yang diam. Tidak dikenali dalam misterinya, meskipun jauh, namun Dia dekat[9].” Yang Mahatinggi Mahakuasa adalah “bentuk dari yang belum dibentuk, pola dari yang belum diciptakan.” Yang Mahatinggi adalah rumah alam semestamu, dan ketika kamu menemukan Dia, maka itu akan seperti pulang ke rumah. Dia adalah orang tua pengalamanmu, dan seperti halnya dalam pengalaman manusia, demikian pula Dia telah tumbuh dalam pengalaman keorangtuaan ilahi. Ia mengetahui kamu karena ia serupa seperti makhluk serta serupa seperti pencipta.
117:6.2 Jika kamu benar-benar ingin menemukan Tuhan, maka tidak bisa dielakkan sedang lahir dalam batinmu kesadaran akan Yang Mahatinggi. Seperti Tuhan adalah Bapa ilahimu, demikian pula Yang Mahatinggi adalah Ibu ilahimu, dalam Mereka kamu diasuh sepanjang hidupmu sebagai makhluk-makhluk alam semesta. “Alangkah semestanya Yang Mahatinggi—Ia ada di semua sisi! Benda-benda ciptaan tak ada batasnya tergantung pada kehadirannya untuk hidup, dan tidak ada yang ditolak.”
117:6.3 Seperti Mikhael terhadap Nebadon, demikianlah Yang Mahatinggi terhadap terbatas; Ketuhanannya adalah jalan raya besar melalui itu kasih dari Bapa mengalir ke arah luar kepada semua ciptaan, dan Dia adalah jalan raya besar melalui mana makhluk terbatas lewat ke arah dalam pencarian mereka akan Bapa, yang adalah kasih. Bahkan Pelaras Pikiran berkaitan dengan Dia; dalam kodrat dan ketuhanan asli mereka serupa seperti Bapa, tetapi ketika mereka mengalami transaksi-transaksi waktu di alam-alam semesta ruang, mereka menjadi seperti Yang Mahatinggi.
117:6.4 Aksi dari makhluk untuk memilih melakukan kehendak Pencipta adalah suatu nilai kosmis dan memiliki suatu makna alam semesta yang segera direaksikan oleh kekuatan koordinasi tertentu yang tidak terungkap tetapi ada di mana-mana, mungkin berfungsinya aksi yang terus makin luas dari Sang Mahatinggi.
117:6.5 Jiwa morontia dari sesosok manusia berkembang itu adalah benar-benar anak dari aksi Pelaras dari Bapa Semesta dan anak dari reaksi kosmis dari Sang Mahatinggi, sang Ibu Semesta. Pengaruh ibu mendominasi kepribadian manusia sepanjang masa kecilnya jiwa yang sedang bertumbuh itu di alam semesta lokal. Pengaruh para orang tua Deitas itu menjadi lebih setara setelah peleburan Pelaras dan selama karier alam semesta super, tetapi ketika makhluk-makhluk waktu itu memulai perjalanan melewati alam semesta sentral keabadian, sifat Bapa menjadi semakin nyata, mencapai puncak manifestasi terbatasnya pada saat pengakuan dari Bapa Semesta dan masuknya ke dalam Korps-Korps Finalitas.
117:6.6 Dalam dan melalui pengalaman pencapaian finaliter, kualitas-kualitas ibu berpengalaman dari diri yang menaik itu menjadi sangat dipengaruhi oleh kontak dan penyerapan dengan kehadiran roh dari Putra Kekal dan kehadiran batin dari Roh Tanpa Batas. Kemudian, di seluruh ranah kegiatan finaliter dalam alam semesta agung, tampaknya ada kebangkitan baru dari potensial ibu Yang Mahatinggi yang terpendam, suatu realisasi baru dari makna-makna pengalaman, dan suatu sintesis baru dari nilai-nilai pengalaman dari seluruh karier kenaikan. Tampaknya bahwa realisasi diri ini akan berlanjut terus dalam karier alam semesta para finaliter tingkat keenam sampai warisan-sifat ibu dari Yang Mahatinggi itu mencapai keselarasan terbatas dengan warisan-sifat Pelaras dari Bapa. Periode fungsi alam semesta agung yang menarik ini merupakan karier dewasa berkelanjutan untuk manusia penaik yang disempurnakan itu.
117:6.7 Setelah selesainya tingkat keberadaan keenam dan masuk pada tingkat status roh ketujuh dan terakhir, mungkin akan terjadi era-era kemajuan untuk pengayaan pengalaman, pematangan kebijaksanaan, dan realisasi keilahian. Dalam kodrat finaliter hal ini mungkin akan sama dengan selesainya pencapaian terhadap perjuangan batin untuk realisasi diri roh, penyelesaian terhadap koordinasi dari kodrat-manusiawi manusia penaik itu dengan kodrat-ilahi Pelaras di dalam batas-batas kemungkinan-kemungkinan terbatas. Diri alam semesta yang agung seperti itu dengan demikian menjadi anak finaliter kekal dari Bapa Firdaus serta juga anak semesta kekal dari Ibu Mahatinggi, suatu diri alam semesta yang memenuhi syarat dengan sendirinya untuk mewakili Bapa maupun Ibu alam-alam dan kepribadian-kepribadian semesta itu dalam setiap kegiatan atau usaha apapun yang berkenaan dengan administrasi terbatas terhadap benda-benda dan sosok-sosok yang diciptakan, yang menciptakan, atau yang berkembang.
117:6.8 Semua manusia yang mengembangkan-jiwa secara harfiah adalah putra-putra evolusioner dari Tuhan sang Bapa dan Tuhan sang Ibu, Sang Mahatinggi itu. Namun sampai saatnya ketika manusia fana menjadi sadar-jiwa akan warisan ilahinya, kepastian kekerabatan Deitas ini harus direalisasikan iman. Pengalaman hidup manusia adalah kepompong kosmis yang di dalamnya kemampuan-kemampuan alam semesta dari Sang Mahatinggi dan kehadiran alam semesta dari Bapa Semesta (bukan yang adalah kepribadian) itu mengembangkan jiwa morontia dari waktu dan karakter finaliter ilahi-manusiawi untuk takdir alam semesta dan layanan kekal.
117:6.9 Manusia terlalu sering lupa bahwa Tuhan adalah pengalaman terbesar dalam keberadaan manusia. Pengalaman-pengalaman lain adalah terbatas dalam sifat dan isinya, tetapi pengalaman tentang Tuhan tidak memiliki batas kecuali kapasitas pemahaman makhluk itu sendiri, dan pengalaman ini dalam hal itu sendiri memperluas kapasitas. Ketika manusia mencari Tuhan, mereka sedang mencari segala sesuatu. Ketika mereka menemukan Tuhan, mereka telah menemukan segala sesuatu. Pencarian untuk Tuhan adalah penganugerahan kasih yang berlimpah disertai oleh penemuan menakjubkan tentang kasih yang baru dan lebih besar untuk dianugerahkan.
117:6.10 Semua kasih sejati adalah dari Tuhan, dan manusia menerima perhatian ilahi ketika ia sendiri melimpahkan kasih ini pada sesamanya[10]. Kasih itu dinamis. Kasih tidak pernah bisa ditangkap; kasih itu hidup, bebas, menggetarkan, dan selalu bergerak. Manusia tidak pernah bisa mengambil kasih dari Bapa dan memenjarakannya di dalam hatinya. Kasih Bapa dapat menjadi nyata bagi manusia fana hanya dengan melewati melalui kepribadian orang itu sementara ia pada gilirannya melimpahkan kasih ini pada sesamanya. Sirkuit besar kasih itu berasal dari Bapa, melalui anak-anak kepada saudara-saudara, dan karena itu kepada Yang Mahatinggi. Kasih dari Bapa muncul dalam kepribadian manusia oleh pelayanan dari Pelaras yang mendiami. Anak yang kenal-Tuhan tersebut mengungkapkan kasih ini kepada saudara-saudara alam semestanya, dan kasih sayang persaudaraan ini adalah intisari kasih dari Yang Mahatinggi.
117:6.11 Tidak ada pendekatan kepada Yang Mahatinggi kecuali melalui pengalaman, dan dalam zaman-zaman penciptaan saat ini hanya ada tiga jalan raya pendekatan makhluk kepada Supremasi:
117:6.12 1. Warga-warga Firdaus yang turun dari Pulau kekal melalui Havona, dimana mereka memperoleh kapasitas untuk pemahaman Supremasi melalui pengamatan terhadap perbedaan realitas Havona-Firdaus dan melalui penemuan eksplorasi terhadap bermacam-macam kegiatan Kepribadian-Kepribadian Pencipta Tertinggi, yang menjangkau mulai dari para Roh Master sampai kepada para Putra Pencipta.
117:6.13 2. Penaik-penaik ruang-waktu yang naik dari alam-alam semesta evolusi dari para Pencipta Tertinggi yang melakukan pendekatan kepada Yang Mahatinggi dalam penjelajahan Havona sebagai pendahuluan untuk meningkatnya apresiasi tentang kesatuan Trinitas Firdaus.
117:6.14 3. Penduduk-penduduk asli Havona memperoleh suatu pemahaman tentang Yang Mahatinggi melalui kontak-kontak dengan para musafir yang turun dari Firdaus dan para musafir yang naik dari tujuh alam semesta super. Penduduk asli Havona itu secara bawaan berada dalam posisi untuk menyelaraskan sudut-sudut pandang, yang pada hakikatnya berbeda, antara warga Pulau kekal dan warga alam-alam semesta yang berevolusi.
117:6.15 Bagi makhluk yang berevolusi ada tujuh pendekatan besar kepada Bapa Semesta, dan masing-masing kenaikan Firdaus ini melewati keilahian salah satu dari Tujuh Roh Master; dan masing-masing pendekatan tersebut dimungkinkan oleh suatu perluasan penerimaan pengalaman yang menjadi akibat setelah makhluk itu bertugas di alam semesta super yang mencerminkan kodrat (sifat dasar) Roh Master itu. Jumlah total dari ketujuh pengalaman ini membentuk batas-batas kesadarannya makhluk yang sekarang diketahui tentang realitas dan aktualitas Tuhan Mahatinggi.
117:6.16 Bukanlah hanya keterbatasan manusia itu sendiri yang mencegahnya dari menemukan Tuhan terbatas; melainkan juga belum selesainya alam semesta, bahkan belum selesainya semua makhluk—masa lalu, masa kini, dan masa depan—yang membuat Yang Mahatinggi tidak dapat diakses. Tuhan sang Bapa dapat dijumpai oleh setiap individu yang telah mencapai tingkat ilahi keserupaan Tuhan, tetapi Tuhan Mahatinggi tidak akan pernah secara pribadi ditemukan oleh salah satu makhluk sampai waktu yang nun jauh nanti ketika, melalui pencapaian kesempurnaan yang menyeluruh, semua makhluk akan secara bersamaan menemukan Dia.
117:6.17 Terlepas dari kenyataan bahwa kamu tidak bisa, dalam era alam semesta ini, secara pribadi menemukan Dia seperti kamu bisa dan akan menemukan Sang Bapa, Putra, dan Roh, sekalipun demikian, kenaikan Firdaus dan karier alam semesta berikutnya secara bertahap akan menciptakan dalam kesadaranmu pengenalan akan kehadiran alam semesta dan aksi kosmis dari Tuhan semua pengalaman ini. Buah-buah dari roh adalah substansi dari Yang Mahatinggi karena Dia dapat direalisir dalam pengalaman manusia.
117:6.18 Pencapaian manusia terhadap Yang Mahatinggi suatu kali nanti adalah sebagai hasil setelah peleburan-Nya dengan roh dari Deitas Firdaus. Bagi penduduk Urantia roh ini adalah kehadiran Pelaras dari Bapa Semesta; dan meskipun Monitor Misteri ini adalah dari Bapa dan seperti Bapa, kami ragu bahwa pemberian ilahi yang seperti itupun dapat mencapai tugas mustahil untuk mengungkapkan kodrat Tuhan yang tidak terbatas itu pada sesosok makhluk yang terbatas. Kami menduga bahwa apa yang Pelaras akan ungkapkan kepada finaliter tingkat ketujuh di masa mendatang itu adalah mengenai keilahian dan sifat dasar Tuhan Mahatinggi. Pewahyuan ini kepada seorang makhluk terbatas akan menjadi seperti pewahyuan dari Yang Tanpa Batas kepada suatu sosok absolut.
117:6.19 Yang Mahatinggi itu tidak tanpa batas, tetapi ia mungkin mencakup semua ketanpabatasan yang sesosok makhluk terbatas bisa benar-benar memahaminya. Memahami lebih dari Yang Mahatinggi adalah menjadi lebih dari terbatas!
117:6.20 Semua ciptaan ekspesiensial itu saling tergantung dalam realisasi takdirnya. Hanya realitas eksistensial itu yang mandiri dan ada sendiri. Havona dan tujuh alam semesta super membutuhkan satu sama lain untuk mencapai maksimum pencapaian terbatas; demikian juga suatu kali mereka akan tergantung pada alam-alam semesta masa depan di ruang angkasa bagian luar untuk transendensi (melampaui) terhadap yang terbatas.
117:6.21 Seorang manusia penaik dapat menemukan Bapa; Tuhan itu eksistensial dan karena itu nyata, terlepas dari status pengalaman dalam alam semesta total. Namun tidak akan ada satupun penaik yang menemukan Yang Mahatinggi sampai semua penaik telah mencapai kedewasaan alam semesta maksimum itu yang membuat mereka memenuhi syarat secara bersamaan untuk ikut serta dalam penemuan ini.
117:6.22 Bapa itu tidak pilih kasih; Ia memperlakukan setiap anak-anak-Nya yang menaik itu sebagai individu-individu kosmis[11]. Yang Mahatinggi demikian juga tidak pilih kasih; ia memperlakukan anak-anak-Nya yang berpengalaman itu sebagai suatu total kosmis tunggal.
117:6.23 Manusia dapat menemukan Bapa dalam hatinya, tetapi ia harus mencari Yang Mahatinggi dalam hati semua manusia lain; dan ketika semua makhluk dengan sempurna mengungkapkan kasih dari Yang Mahatinggi itu, maka Ia akan menjadi suatu aktualitas alam semesta kepada semua makhluk. Dan hal itu hanya cara lain untuk mengatakan bahwa alam-alam semesta akan dimapankan dalam terang dan hidup.
117:6.24 Pencapaian realisasi diri yang disempurnakan oleh semua kepribadian ditambah pencapaian keseimbangan yang disempurnakan di seluruh alam semesta itu sama dengan pencapaian Yang Mahatinggi dan menyaksikan pembebasan semua realitas terbatas dari keterbatasan-keterbatasan eksistensi yang belum selesai. Pengurasan habis semua potensi terbatas tersebut menghasilkan selesainya pencapaian Yang Mahatinggi dan dengan kata lain bisa didefinisikan sebagai selesainya aktualisasi evolusioner Sang Mahatinggi itu sendiri.
117:6.25 Manusia tidak menemukan Yang Mahatinggi secara tiba-tiba dan spektakuler seperti gempa membelah bebatuan, tetapi mereka menemukannya secara perlahan dan sabar seperti sebuah sungai diam-diam mengikis tanah di bawahnya.
117:6.26 Ketika kamu menemukan Bapa, kamu akan menemukan sebab (maksud) besar untuk kenaikan rohanimu di alam-alam semesta; ketika kamu menemukan Yang Mahatinggi, kamu akan menemukan akibat (hasil) besar dari karier kemajuan Firdausmu.
117:6.27 Namun demikian tidak ada manusia fana yang mengenal-Tuhan yang pernah kesepian dalam perjalanannya melalui kosmos, karena ia tahu bahwa Bapa berjalan di sisinya setiap langkah perjalanan, sementara jalan itu sendiri yang ia lintasi adalah kehadiran Yang Mahatinggi[12].
117:7.1 Selesai tuntasnya realisasi semua potensi terbatas itu sama dengan penyelesaian realisasi semua pengalaman berevolusi. Hal ini menunjukkan kebangkitan akhir Yang Mahatinggi sebagai kehadiran Deitas mahakuasa dalam alam-alam semesta. Kami percaya bahwa Yang Mahatinggi, dalam tahap perkembangan ini, akan menjadi sama jelasnya dipribadikan sebagai halnya Putra Kekal, sama konkretnya diberi energi seperti Pulau Firdaus, sepenuhnya dipersatukan seperti Pelaku Bersama, dan semua ini di dalam batasan-batasan dari kemungkinan terbatas Supremasi pada puncak era alam semesta yang sekarang ini.
117:7.2 Meskipun konsep ini adalah konsep yang seluruhnya pantas mengenai masa depan Yang Mahatinggi, kami akan meminta perhatian pada masalah-masalah tertentu yang melekat dalam konsep ini:
117:7.3 1. Pengawas Nirkualifikasi dari Yang Mahatinggi itu sulit bisa dideitaskan (dituhankan) pada tahap manapun sebelum evolusinya selesai, namun para pengawas yang sama ini sekarangpun secara terbatas dalam hal tertentu melaksanakan kedaulatan supremasi mengenai alam-alam semesta yang telah mapan dalam terang dan hidup.
117:7.4 2. Yang Mahatinggi sulit dapat berfungsi dalam Trinitas Mahaakhir sebelum ia mencapai aktualitas status alam semesta yang lengkap, namun bahkan Trinitas Mahaakhir itu sekarangpun adalah suatu realitas yang dibatasi, dan kamu telah diberitahu tentang adanya keberadaan Wakil Berkualifikasi dari Yang Mahaakhir.
117:7.5 3. Yang Mahatinggi itu tidak sepenuhnya nyata bagi makhluk alam semesta, tetapi ada banyak alasan untuk menyimpulkan bahwa ia cukup nyata pada Deitas Lipat Tujuh, yang membentang dari Bapa Semesta di Firdaus hingga pada para Putra Pencipta dan Roh Kreatif di alam-alam semesta lokal.
117:7.6 Mungkin bahwa pada batas-batas atas dari yang terbatas, dimana waktu menyambung dengan waktu yang dilampaui, ada semacam pengaburan dan pencampuran urut-urutan. Bisa jadi bahwa Yang Mahatinggi itu mampu memprakirakan kehadiran alam semestanya ke atas tingkat suprawaktu ini dan kemudian sampai suatu taraf tertentu mengantisipasi evolusi masa depan ini dengan mencerminkan kembali prakiraan masa depan ini ke tingkat-tingkat diciptakan sebagai Imanensi dari Yang Belum Selesai Diproyeksikan. Fenomena tersebut dapat diamati dimanapun yang terbatas membuat kontak dengan yang supraterbatas, seperti dalam pengalaman manusia yang didiami oleh Pelaras Pikiran yang adalah prediksi sejati tentang pencapaian alam semesta masa depan manusia itu untuk selama-lamanya.
117:7.7 Ketika manusia penaik diterima masuk di kesatuan-kesatuan finaliter Firdaus, mereka mengangkat sumpah kepada Trinitas Firdaus, dan dengan melakukan sumpah kesetiaan ini, mereka dengan demikian berjanji untuk kesetiaan abadi kepada Tuhan Mahatinggi, yang adalah Trinitas seperti yang dipahami oleh semua kepribadian makhluk terbatas. Selanjutnya, ketika kelompok-kelompok finaliter itu berfungsi di seluruh alam semesta yang berevolusi, mereka hanya semata-mata menerima amanat-amanat yang berasal dari Firdaus sampai masa-masa penting dari pemapanan alam semesta lokal dalam terang dan hidup. Ketika organisasi pemerintahan baru untuk ciptaan-ciptaan yang disempurnakan ini mulai mencerminkan munculnya kedaulatan Yang Mahatinggi, kami mengamati bahwa kelompok-kelompok finaliter yang di pinggiran kemudian mengakui kewenangan yurisdiksi pemerintahan baru tersebut. Tampaknya bahwa Tuhan Mahatinggi sedang berkembang sebagai pemersatu Korps-Korps Finalitas yang evolusioner itu, tetapi sangat mungkin bahwa takdir kekal dari tujuh kesatuan ini akan dipimpin oleh Yang Mahatinggi sebagai anggota dari Trinitas Mahaakhir.
117:7.8 Sang Mahatinggi memuat tiga kemungkinan supraterbatas untuk manifestasi alam semesta:
117:7.9 1. Kerjasama absonit dalam Trinitas pengalaman yang pertama.
117:7.10 2. Hubungan ko-absolut dalam Trinitas pengalaman kedua.
117:7.11 3. Partisipasi ko-infinit di dalam Trinitas dari Trinitas-trinitas, tetapi kami tidak memiliki konsep yang memuaskan mengenai apa sebenarnya hal ini.
117:7.12 Inilah salah satu hipotesis yang diterima secara umum tentang masa depan Yang Mahatinggi, tetapi ada juga banyak spekulasi tentang hubungan-Nya dengan alam semesta agung sekarang setelah pencapaian alam itu pada status terang dan hidup.
117:7.13 Tujuan masa sekarang ini dari alam-alam semesta super adalah untuk, seperti adanya mereka dan di dalam potensial mereka, menjadi sempurna, sama seperti Havona. Kesempurnaan ini berhubungan dengan pencapaian fisik dan rohani, bahkan sampai ke pengembangan administrasi, pemerintahan, dan persaudaraan. Diyakini bahwa, dalam era-era yang akan datang, kemungkinan-kemungkinan ketidak-harmonisan, salah-pengaturan, dan salah-penyesuaian itu akhirnya akan dihabiskan dalam alam-alam semesta super. Sirkuit-sirkuit energi akan berada dalam keseimbangan yang sempurna dan dalam penundukan lengkap kepada batin, sedangkan roh, dengan hadirnya kepribadian, akan telah mencapai penguasaan batin.
117:7.14 Diperkirakan bahwa pada masa yang jauh akan datang ini pribadi roh Yang Mahatinggi dan kuasa yang dicapai Yang Mahakuasa akan mencapai perkembangan koordinasi, dan bahwa keduanya, seperti yang dipersatukan dalam dan oleh Batin Mahatinggi, akan menjadi fakta sebagai Sang Mahatinggi, sebuah aktualitas yang selesai di alam-alam semesta—suatu aktualitas atau kenyataan yang akan dapat diamati oleh semua kecerdasan makhluk, bereaksi pada semua energi yang diciptakan, dikoordinasikan dalam semua entitas rohani, dan dialami oleh semua kepribadian alam semesta.
117:7.15 Konsep ini menyiratkan kedaulatan aktual dari Yang Mahatinggi dalam alam semesta agung. Sama sekali mungkin bahwa para administrator Trinitas sekarang ini akan terus berlanjut sebagai wakil-wakilnya, tetapi kami percaya bahwa pembatas-pembatas yang ada antara tujuh alam semesta super secara bertahap akan hilang, dan bahwa seluruh alam semesta agung akan berfungsi sebagai keutuhan yang disempurnakan.
117:7.16 Ada kemungkinan bahwa Yang Mahatinggi kemudian dapat secara pribadi tinggal di Uversa, markas Orvonton, dari mana Ia akan memimpin administrasi ciptaan-ciptaan waktu, tetapi hal ini sebenarnya hanya sebuah dugaan. Tentu saja, meskipun demikian, kepribadian Sang Mahatinggi itu akan pasti bisa dihubungi di beberapa lokalitas atau tempat tertentu, meskipun kehadiran dimana-mana Ketuhanannya mungkin akan terus meresapi alam semesta segala alam-alam semesta. Akan seperti apa hubungan antara warga alam semesta super dari era itu dengan Yang Mahatinggi, kami tidak tahu, namun mungkin sesuatu seperti hubungan sekarang antara para warga asli Havona dan Trinitas Firdaus.
117:7.17 Alam semesta agung yang disempurnakan pada hari-hari masa depan itu akan sangat berbeda dari apa yang ada saat ini. Tidak ada lagi petualangan mendebarkan untuk pengorganisasian galaksi-galaksi ruang angkasa, penanaman kehidupan di dunia-dunia waktu yang tidak tentu, dan berkembangnya harmoni keluar dari kekacauan, keindahan dari potensial-potensial, kebenaran dari makna-makna, dan kebaikan dari nilai-nilai. Alam semesta waktu akan telah mencapai pemenuhan takdir terbatas! Dan mungkin untuk sesaat akan ada istirahat, relaksasi dari perjuangan sepanjang masa untuk kesempurnaan evolusi. Tapi tidak akan lama! Tentu saja, pasti, dan tak bisa dicegah teka-teki tentang kemunculan Deitas dari Tuhan Mahaakhir akan menantang para warga disempurnakan dari alam-alam semesta yang telah diselesaikan itu sama seperti halnya nenek moyang evolusioner mereka dulunya ditantang oleh pencarian untuk Tuhan Mahatinggi. Tirai takdir kosmis akan diangkat kembali untuk menampilkan kemegahan transenden dari pencarian absonit yang memikat untuk pencapaian Bapa Semesta pada tingkat-tingkat yang baru dan lebih tinggi yang diungkapkan dalam pamungkasnya pengalaman makhluk.
117:7.18 [Disponsori oleh sesosok Utusan Perkasa yang sementara berkunjung di Urantia.]
Makalah 116. Yang Mahatinggi Mahakuasa |
Indeks
Beberapa versi |
Makalah 118. Mahatinggi dan Mahaakhir—Ruang dan Waktu |