Buku Urantia dalam bahasa Inggris adalah Domain Publik di seluruh dunia sejak 2006.
Terjemahan: © 2020 Yayasan Urantia
Makalah 166. Kunjungan Terakhir ke Perea Utara |
Indeks
Versi tunggal |
Makalah 168. Kebangkitan Lazarus |
THE VISIT TO PHILADELPHIA
KUNJUNGAN KE FILADELFIA
1955 167:0.1 THROUGHOUT this period of the Perean ministry, when mention is made of Jesus and the apostles visiting the various localities where the seventy were at work, it should be recalled that, as a rule, only ten were with him since it was the practice to leave at least two of the apostles at Pella to instruct the multitude. As Jesus prepared to go on to Philadelphia, Simon Peter and his brother, Andrew, returned to the Pella encampment to teach the crowds there assembled. When the Master left the camp at Pella to visit about Perea, it was not uncommon for from three to five hundred of the campers to follow him. When he arrived at Philadelphia, he was accompanied by over six hundred followers.
2020 167:0.1 DALAM SELURUH periode pelayanan di Perea ini, ketika disebutkan tentang Yesus dan para rasul mengunjungi berbagai daerah dimana tujuh puluh sedang bekerja, perlu diingat bahwa, sebagai suatu pedoman, hanya sepuluh yang bersamanya karena menjadi kebiasaan untuk meninggalkan setidaknya dua rasul di Pella untuk mengajar orang banyak. Ketika Yesus bersiap untuk melanjutkan ke Filadelfia (Philadelphia, sekarang disebut Amman), Simon Petrus dan saudaranya, Andreas, kembali ke perkemahan Pella untuk mengajar orang banyak yang berkumpul di sana. Ketika Guru meninggalkan perkemahan di Pella untuk kunjungan seputar Perea, bukan tidak biasa bagi tiga hingga lima ratusan pekemah yang mengikutinya. Ketika ia tiba di Filadelfia, ia disertai oleh lebih dari enam ratus pengikut.
1955 167:0.2 No miracles had attended the recent preaching tour through the Decapolis, and, excepting the cleansing of the ten lepers, thus far there had been no miracles on this Perean mission. This was a period when the gospel was proclaimed with power, without miracles, and most of the time without the personal presence of Jesus or even of his apostles.
2020 167:0.2 Tidak ada mujizat yang menyertai tur pemberitaan melalui Dekapolis yang baru saja ini, dan, kecuali pentahiran sepuluh penderita kusta, sejauh ini belum ada mujizat pada misi Perea ini. Ini adalah masa ketika injil diproklamasikan dengan kuasa, tanpa mujizat, dan sebagian besar waktu tanpa kehadiran pribadi Yesus atau bahkan para rasulnya.
1955 167:0.3 Jesus and the ten apostles arrived at Philadelphia on Wednesday, February 22, and spent Thursday and Friday resting from their recent travels and labors. That Friday night James spoke in the synagogue, and a general council was called for the following evening. They were much rejoiced over the progress of the gospel at Philadelphia and among the near-by villages. The messengers of David also brought word of the further advancement of the kingdom throughout Palestine, as well as good news from Alexandria and Damascus.
2020 167:0.3 Yesus dan sepuluh rasul tiba di Filadelfia pada hari Rabu, 22 Februari dan menghabiskan Kamis dan Jumat beristirahat dari perjalanan dan pekerjaan mereka baru-baru ini. Jumat malam itu Yakobus berbicara di sinagog (rumah ibadah Yahudi), dan suatu sidang umum akan diselenggarakan untuk malam berikutnya. Mereka banyak bersukacita atas kemajuan injil di Filadelfia dan di antara desa-desa yang berdekatan. Para utusan Daud juga membawa kabar kemajuan lebih lanjut kerajaan di seluruh Palestina, demikian pula kabar baik dari Aleksandria dan Damaskus.
1. BREAKFAST WITH THE PHARISEES
1. SARAPAN DENGAN ORANG-ORANG FARISI
1955 167:1.1 There lived in Philadelphia a very wealthy and influential Pharisee who had accepted the teachings of Abner, and who invited Jesus to his house Sabbath morning for breakfast. It was known that Jesus was expected in Philadelphia at this time; so a large number of visitors, among them many Pharisees, had come over from Jerusalem and from elsewhere. Accordingly, about forty of these leading men and a few lawyers were bidden to this breakfast, which had been arranged in honor of the Master.
2020 167:1.1 Ada tinggal di Filadelfia seorang Farisi yang sangat kaya dan berpengaruh yang telah menerima ajaran Abner, dan yang mengundang Yesus ke rumahnya hari Sabat pagi untuk makan pagi[1]. Diketahui bahwa Yesus diharapkan ada di Filadelfia pada saat ini; sehingga sejumlah besar pengunjung, di antaranya banyak orang Farisi, telah datang dari Yerusalem dan dari mana-mana. Dengan demikian, sekitar empat puluh orang-orang terkemuka dan beberapa ahli hukum ini diundang ke sarapan ini, yang telah diatur untuk menghormati Guru.
1955 167:1.2 As Jesus lingered by the door, speaking with Abner, and after the host had seated himself, there came into the room one of the leading Pharisees of Jerusalem, a member of the Sanhedrin, and as was his habit, he made straight for the seat of honor at the left of the host. But since this place had been reserved for the Master and that on the right for Abner, the host beckoned the Jerusalem Pharisee to sit four seats to the left, and this dignitary was much offended because he did not receive the seat of honor.
2020 167:1.2 Saat Yesus masih berlama-lama di depan pintu, berbicara dengan Abner, dan setelah tuan rumah duduk, datanglah ke ruangan itu seorang pemuka Farisi dari Yerusalem, seorang anggota Sanhedrin, dan seperti kebiasaannya, ia langsung pergi ke kursi kehormatan di sebelah kiri tuan rumah[2]. Tapi karena tempat ini telah disediakan untuk Guru dan yang di sebelah kanan untuk Abner, tuan rumah memohon orang Farisi Yerusalem itu untuk duduk empat kursi ke kiri, dan pembesar ini amat tersinggung karena ia tidak menerima kursi kehormatan.
1955 167:1.3 Soon they were all seated and enjoying the visiting among themselves since the majority of those present were disciples of Jesus or else were friendly to the gospel. Only his enemies took notice of the fact that he did not observe the ceremonial washing of his hands before he sat down to eat. Abner washed his hands at the beginning of the meal but not during the serving.
2020 167:1.3 Segera mereka semua duduk dan menikmati percakapan di antara mereka sendiri karena sebagian besar yang hadir adalah murid Yesus atau selain itu adalah yang bersahabat pada injil. Hanya musuh-musuhnya yang memperhatikan fakta bahwa dia tidak melakukan upacara pembasuhan tangannya sebelum dia duduk untuk makan[3]. Abner mencuci tangannya pada permulaan makan tetapi tidak selama penyajian.
1955 167:1.4 Near the end of the meal there came in from the street a man long afflicted with a chronic disease and now in a dropsical condition. This man was a believer, having recently been baptized by Abner’s associates. He made no request of Jesus for healing, but the Master knew full well that this afflicted man came to this breakfast hoping thereby to escape the crowds which thronged him and thus be more likely to engage his attention. This man knew that few miracles were then being performed; however, he had reasoned in his heart that his sorry plight might possibly appeal to the Master’s compassion. And he was not mistaken, for, when he entered the room, both Jesus and the self-righteous Pharisee from Jerusalem took notice of him. The Pharisee was not slow to voice his resentment that such a one should be permitted to enter the room. But Jesus looked upon the sick man and smiled so benignly that he drew near and sat down upon the floor. As the meal was ending, the Master looked over his fellow guests and then, after glancing significantly at the man with dropsy, said: “My friends, teachers in Israel and learned lawyers, I would like to ask you a question: Is it lawful to heal the sick and afflicted on the Sabbath day, or not?” But those who were there present knew Jesus too well; they held their peace; they answered not his question.
2020 167:1.4 Menjelang akhir makan datanglah dari jalan seorang lelaki yang lama menderita suatu penyakit kronis dan sekarang dalam kondisi bengkak. Orang ini adalah orang percaya, baru-baru ini dibaptis oleh rekan-rekannya Abner. Dia tidak membuat permintaan pada Yesus untuk kesembuhan, tapi Guru tahu benar bahwa penderita sakit ini datang ke sarapan ini sambil berharap ke sana untuk menghindari orang banyak yang mendesak-desak dia dan dengan demikian lebih mungkin untuk menarik perhatian Yesus. Orang ini tahu bahwa hanya sedikit mujizat yang saat itu dilakukan; namun demikian, ia bermaksud dalam hatinya bahwa penderitaan parahnya itu bisa saja menyentuh belas kasihan Guru. Dan dia tidak keliru, karena, ketika ia memasuki ruangan, baik Yesus maupun orang Farisi yang merasa benar sendiri dari Yerusalem itu memperhatikan dia. Orang Farisi itu tidak lambat untuk menyuarakan kejengkelannya mengapa orang seperti itu diizinkan memasuki ruangan. Tetapi Yesus memandang orang sakit itu dan tersenyum begitu ramahnya sehingga ia mendekat dan duduk di lantai. Ketika makan berakhir, Guru memandang sesama tamu-tamu dan kemudian, setelah melirik dengan jelas ke arah pria yang bengkak itu, mengatakan: “Teman-temanku, guru-guru di Israel dan ahli-ahli hukum yang terpelajar, aku ingin mengajukan pertanyaan: Apakah halal untuk menyembuhkan orang sakit dan menderita pada hari Sabat, atau tidak?” Tapi mereka yang hadir di sana juga mengenal Yesus; mereka menahan diri; mereka tidak menjawab pertanyaannya[4][5].
1955 167:1.5 Then went Jesus over to where the sick man sat and, taking him by the hand, said: “Arise and go your way. You have not asked to be healed, but I know the desire of your heart and the faith of your soul.” Before the man left the room, Jesus returned to his seat and, addressing those at the table, said: “Such works my Father does, not to tempt you into the kingdom, but to reveal himself to those who are already in the kingdom. You can perceive that it would be like the Father to do just such things because which one of you, having a favorite animal that fell in the well on the Sabbath day, would not go right out and draw him up?” And since no one would answer him, and inasmuch as his host evidently approved of what was going on, Jesus stood up and spoke to all present: “My brethren, when you are bidden to a marriage feast, sit not down in the chief seat, lest, perchance, a more honored man than you has been invited, and the host will have to come to you and request that you give your place to this other and honored guest. In this event, with shame you will be required to take a lower place at the table. When you are bidden to a feast, it would be the part of wisdom, on arriving at the festive table, to seek for the lowest place and take your seat therein, so that, when the host looks over the guests, he may say to you: ‘My friend, why sit in the seat of the least? come up higher’; and thus will such a one have glory in the presence of his fellow guests. Forget not, every one who exalts himself shall be humbled, while he who truly humbles himself shall be exalted. Therefore, when you entertain at dinner or give a supper, invite not always your friends, your brethren, your kinsmen, or your rich neighbors that they in return may bid you to their feasts, and thus will you be recompensed. When you give a banquet, sometimes bid the poor, the maimed, and the blind. In this way you shall be blessed in your heart, for you well know that the lame and the halt cannot repay you for your loving ministry.”
2020 167:1.5 Lalu pergilah Yesus ke tempat si sakit itu duduk dan, sambil mengangkat tangannya, berkata: “Bangunlah dan pergilah. Kamu belum meminta untuk disembuhkan, tapi aku tahu keinginan dari hatimu dan iman dari jiwamu[6].” Sebelum pria itu meninggalkan ruangan, Yesus kembali ke kursinya dan, berbicara pada orang-orang di meja, mengatakan: “Pekerjaan-pekerjaan yang Bapaku lakukan tersebut, bukan untuk mencobai kamu agar masuk kerajaan, tapi untuk mengungkapkan diri-Nya kepada mereka yang sudah dalam kerajaan[7]. Kamu dapat melihat bahwa sepertinya Bapa melakukan hal-hal tersebut karena siapa dari kamu, yang memiliki hewan kesayangan yang jatuh ke dalam sumur pada hari Sabat, tidak akan langsung pergi dan menariknya naik?” Dan karena tidak ada yang mau menjawabnya, dan karena tuan rumahnya ternyata menyetujui apa yang sedang terjadi, Yesus berdiri dan berbicara kepada semua yang hadir: “Saudara-saudaraku, ketika kamu diundang ke sebuah pesta pernikahan, jangan langsung duduk di kursi utama, karena, jangan-jangan ada seorang yang lebih terhormat dari kamu yang telah diundang, dan tuan rumah harus datang kepadamu dan memohon kamu memberikan tempat kamu untuk tamu lain yang dihormati ini. Dalam peristiwa ini, dengan rasa malu kamu harus mengambil tempat yang lebih rendah di meja. Ketika kamu diundang ke pesta, akan lebih bijaksana, saat tiba di meja pesta, untuk mencari tempat terendah dan duduk di sana, sehingga, ketika tuan rumah itu melihat tamu-tamu, ia mungkin berkata kepadamu: ‘Temanku, mengapa duduk di kursi yang paling rendah? Naiklah ke yang lebih tinggi'; dan dengan demikian seseorang mendapat kemuliaan di hadapan sesama tamunya. Jangan lupakan, setiap orang yang meninggikan dirinya akan direndahkan, sementara siapa yang benar-benar merendahkan dirinya akan ditinggikan[8]. Oleh karena itu, ketika kamu menjamu pesta atau menyajikan makan malam, jangan selalu mengajak teman-temanmu, saudara-saudaramu, kerabatmu, atau tetanggamu yang kaya agar mereka sebagai balasan mungkin mengundang kamu ke pesta mereka, dan dengan demikian kamu akan diberi balasannya. Kalau kamu membuat jamuan makan, kadang-kadang undanglah orang miskin, orang cacat, dan orang buta. Dengan cara ini kamu akan diberkati dalam hati kamu, karena kamu tahu benar bahwa orang lumpuh dan penyandang cacat tidak dapat membalas pelayanan kasihmu.”
2. PARABLE OF THE GREAT SUPPER
2. PERUMPAMAAN TENTANG PERJAMUAN BESAR
1955 167:2.1 As Jesus finished speaking at the breakfast table of the Pharisee, one of the lawyers present, desiring to relieve the silence, thoughtlessly said: “Blessed is he who shall eat bread in the kingdom of God”—that being a common saying of those days. And then Jesus spoke a parable, which even his friendly host was compelled to take to heart. He said:
2020 167:2.1 Setelah Yesus selesai berbicara di meja sarapan orang Farisi, salah seorang ahli hukum yang hadir, ingin meringankan kesunyian, tanpa berpikir berkata: “Berbahagialah orang yang akan makan roti dalam kerajaan Allah”—itu adalah pepatah umum pada masa-masa itu[9]. Lalu Yesus menceritakan sebuah perumpamaan, yang bahkan tuan rumahnya yang bersahabat itu pun terpaksa untuk menyimpannya dalam hatinya. Dia berkata:
1955 167:2.2 “A certain ruler gave a great supper, and having bidden many guests, he dispatched his servants at suppertime to say to those who were invited, ‘Come, for everything is now ready.’ And they all with one accord began to make excuses. The first said, ‘I have just bought a farm, and I must needs go to prove it; I pray you have me excused.’ Another said, ‘I have bought five yoke of oxen, and I must go to receive them; I pray you have me excused.’ And another said, ‘I have just married a wife, and therefore I cannot come.’ So the servants went back and reported this to their master. When the master of the house heard this, he was very angry, and turning to his servants, he said: ‘I have made ready this marriage feast; the fatlings are killed, and all is in readiness for my guests, but they have spurned my invitation; they have gone every man after his lands and his merchandise, and they even show disrespect to my servants who bid them come to my feast. Go out quickly, therefore, into the streets and lanes of the city, out into the highways and the byways, and bring hither the poor and the outcast, the blind and the lame, that the marriage feast may have guests.’ And the servants did as their lord commanded, and even then there was room for more guests. Then said the lord to his servants: ‘Go now out into the roads and the countryside and constrain those who are there to come in that my house may be filled. I declare that none of those who were first bidden shall taste of my supper.’ And the servants did as their master commanded, and the house was filled.”
2020 167:2.2 “Seorang penguasa tertentu membuat perjamuan besar, dan setelah mengundang banyak tamu, ia mengirim hamba-hambanya pada saat pesta untuk mengatakan kepada orang-orang yang diundang, 'Datanglah, karena segala sesuatu sudah siap.’ Dan mereka semua serempak mulai membuat alasan-alasan. Yang pertama berkata, ‘Aku baru saja membeli sebuah peternakan, dan aku harus pergi mengunjunginya; aku mohon engkau maafkan.' Yang lain berkata, 'Aku telah membeli lima pasang kuk lembu dan aku harus pergi untuk menerimanya; mohon dimaafkan.’ Yang lain berkata, 'Aku baru saja menikah, dan karena itu aku tidak dapat datang.’ Jadi para pelayan kembali dan melaporkan hal ini kepada tuan mereka. Ketika tuan rumah mendengar ini, dia sangat marah, dan berpaling kepada hamba-hambanya, ia berkata: “Aku telah menyiapkan pesta pernikahan ini; ternak gemukan telah dipotong, dan semua dalam kesiapan untuk tamu-tamuku, tetapi mereka telah menolak undanganku; setiap mereka telah pergi ke tanahnya dan dagangannya, dan mereka bahkan menunjukkan rasa tidak hormat kepada hambaku yang mengundang mereka datang ke pestaku. Karena itu, pergilah dengan segera ke jalan-jalan dan lorong kota, ke luar ke jalan raya dan jalan kecil, dan bawa kemari orang miskin dan terbuang, orang buta dan lumpuh, agar pesta pernikahan bisa memiliki tamu-tamu.’ Dan hamba-hamba itu melakukan seperti yang tuan mereka perintahkan, dan ternyata kemudian masih ada ruang untuk lebih banyak tamu. Maka kata tuan itu kepada para pegawainya: ‘Pergilah sekarang keluar ke jalan-jalan dan pedesaan dan paksalah mereka yang ada di sana untuk datang supaya rumahku dipenuhi. Aku nyatakan bahwa tak satu pun dari mereka yang pertama kali diundang akan mencicipi perjamuanku.’ Dan hamba-hamba itu melakukan seperti yang tuan mereka perintahkan, dan rumah itu penuh.”[10]
1955 167:2.3 And when they heard these words, they departed; every man went to his own place. At least one of the sneering Pharisees present that morning comprehended the meaning of this parable, for he was baptized that day and made public confession of his faith in the gospel of the kingdom. Abner preached on this parable that night at the general council of believers.
2020 167:2.3 Dan setelah mereka mendengar kata-kata ini, mereka pergi; setiap orang pulang ke tempat masing-masing. Setidaknya satu dari orang-orang Farisi yang mencibir yang hadir pagi itu memahami arti dari perumpamaan ini, karena ia dibaptis hari itu dan membuat pengakuan publik akan imannya pada injil kerajaan. Abner berkhotbah tentang perumpamaan ini pada malam itu pada sidang umum orang-orang percaya.
1955 167:2.4 The next day all of the apostles engaged in the philosophic exercise of endeavoring to interpret the meaning of this parable of the great supper. Though Jesus listened with interest to all of these differing interpretations, he steadfastly refused to offer them further help in understanding the parable. He would only say, “Let every man find out the meaning for himself and in his own soul.”
2020 167:2.4 Keesokan harinya semua rasul terlibat dalam latihan filosofis berusaha untuk menafsirkan makna dari perumpamaan tentang perjamuan besar ini. Meskipun Yesus mendengarkan dengan minat terhadap semua perbedaan interpretasi ini, dia tetap menolak untuk menawarkan bantuan lebih lanjut dalam memahami perumpamaan itu. Dia hanya berujar, “Biarlah setiap orang menemukan artinya untuk dirinya sendiri dan dalam jiwanya sendiri.”
3. THE WOMAN WITH THE SPIRIT OF INFIRMITY
3. PEREMPUAN DENGAN ROH KELEMAHAN
1955 167:3.1 Abner had arranged for the Master to teach in the synagogue on this Sabbath day, the first time Jesus had appeared in a synagogue since they had all been closed to his teachings by order of the Sanhedrin. At the conclusion of the service Jesus looked down before him upon an elderly woman who wore a downcast expression, and who was much bent in form. This woman had long been fear-ridden, and all joy had passed out of her life. As Jesus stepped down from the pulpit, he went over to her and, touching her bowed-over form on the shoulder, said: “Woman, if you would only believe, you could be wholly loosed from your spirit of infirmity.” And this woman, who had been bowed down and bound up by the depressions of fear for more than eighteen years, believed the words of the Master and by faith straightened up immediately. When this woman saw that she had been made straight, she lifted up her voice and glorified God.
2020 167:3.1 Abner telah mengatur agar Guru mengajar di rumah ibadah pada hari Sabat ini, pertama kali Yesus muncul di sebuah sinagog karena semua rumah ibadah itu tertutup terhadap ajarannya berdasarkan perintah Sanhedrin. Pada penutupan ibadah Yesus melihat di hadapannya kepada seorang wanita tua yang bermuka sedih, dan yang badannya telah sangat bungkuk. Wanita ini telah lama dibebani ketakutan, dan segala sukacita sudah berlalu dari hidupnya. Ketika Yesus turun dari mimbar, dia berjalan mendekatinya dan, sambil menyentuh bentuk bahunya yang bungkuk itu, mengatakan: “Perempuan, jika kamu mau percaya saja, kamu bisa sepenuhnya dilepaskan dari roh kelemahanmu.” Dan wanita ini, yang telah terbungkuk dan terikat oleh depresi ketakutan selama lebih dari delapan belas tahun, percaya kata-kata Guru dan oleh iman dengan segera menjadi ditegakkan. Ketika wanita ini melihat bahwa ia telah dibuat menjadi tegak, ia mengangkat suaranya dan memuliakan Tuhan.[11]
1955 167:3.2 Notwithstanding that this woman’s affliction was wholly mental, her bowed-over form being the result of her depressed mind, the people thought that Jesus had healed a real physical disorder. Although the congregation of the synagogue at Philadelphia was friendly toward the teachings of Jesus, the chief ruler of the synagogue was an unfriendly Pharisee. And as he shared the opinion of the congregation that Jesus had healed a physical disorder, and being indignant because Jesus had presumed to do such a thing on the Sabbath, he stood up before the congregation and said: “Are there not six days in which men should do all their work? In these working days come, therefore, and be healed, but not on the Sabbath day.”
2020 167:3.2 Meskipun bahwa penderitaan wanita ini sepenuhnya bersifat mental, bentuk membungkuknya itu merupakan hasil dari batinnya yang tertekan, namun orang-orang berpikir bahwa Yesus telah menyembuhkan suatu gangguan fisik yang sebenarnya. Walaupun jemaah sinagog di Filadelfia itu ramah pada ajaran Yesus, kepala rumah ibadat itu adalah orang Farisi yang tidak bersahabat. Dan karena ia sama pendapatnya dengan jemaah bahwa Yesus menyembuhkan suatu gangguan fisik, dan menjadi gusar karena Yesus telah berani melakukan hal seperti itu pada hari Sabat, ia berdiri di hadapan jemaah dan berkata: “Bukankah ada enam hari orang harus melakukan semua pekerjaan mereka? Sebab itu, pada hari-hari kerja datanglah, dan disembuhkanlah, tetapi jangan pada hari Sabat.”[12]
1955 167:3.3 When the unfriendly ruler had thus spoken, Jesus returned to the speaker’s platform and said: “Why play the part of hypocrites? Does not every one of you, on the Sabbath, loose his ox from the stall and lead him forth for watering? If such a service is permissible on the Sabbath day, should not this woman, a daughter of Abraham who has been bound down by evil these eighteen years, be loosed from this bondage and led forth to partake of the waters of liberty and life, even on this Sabbath day?” And as the woman continued to glorify God, his critic was put to shame, and the congregation rejoiced with her that she had been healed.
2020 167:3.3 Setelah penguasa yang tidak bersahabat itu berbicara demikian, Yesus kembali ke mimbar pembicara dan berkata: "Mengapa memainkan bagian orang-orang munafik? Bukankah setiap kamu, pada hari Sabat, melepaskan lembunya dari kandang dan membawanya keluar untuk diberi air? Jika layanan tersebut diperbolehkan pada hari Sabat, mengapa tidak perempuan ini, seorang anak perempuan Abraham yang telah terikat oleh kejahatan delapan belas tahun ini, dilepaskan dari ikatan ini dan dipimpin untuk minum dari air kebebasan dan kehidupan, sekalipun pada hari Sabat ini?” Dan sementara wanita itu terus memuliakan Allah, pengkritiknya menjadi malu, dan jemaah bersukacita dengan wanita itu bahwa ia telah disembuhkan[13].
1955 167:3.4 As a result of his public criticism of Jesus on this Sabbath the chief ruler of the synagogue was deposed, and a follower of Jesus was put in his place.
2020 167:3.4 Sebagai akibat dari kritik publiknya terhadap Yesus pada hari Sabat ini, kepala rumah ibadah itu diturunkan, dan seorang pengikut Yesus ditempatkan pada kedudukannya.
1955 167:3.5 Jesus frequently delivered such victims of fear from their spirit of infirmity, from their depression of mind, and from their bondage of fear. But the people thought that all such afflictions were either physical disorders or possession of evil spirits.
2020 167:3.5 Yesus sering melepaskan korban-korban ketakutan seperti itu dari roh kelemahan mereka, dari depresi batin mereka, dan dari perbudakan ketakutan mereka. Tetapi orang-orang berpikir bahwa semua penderitaan seperti itu karena gangguan badan atau karena kerasukan roh-roh jahat.
1955 167:3.6 Jesus taught again in the synagogue on Sunday, and many were baptized by Abner at noon on that day in the river which flowed south of the city. On the morrow Jesus and the ten apostles would have started back to the Pella encampment but for the arrival of one of David’s messengers, who brought an urgent message to Jesus from his friends at Bethany, near Jerusalem.
2020 167:3.6 Yesus mengajar lagi di rumah ibadah pada hari Minggu, dan banyak yang dibaptis oleh Abner pada siang hari itu di sungai yang mengalir di selatan kota. Keesokan harinya Yesus dan sepuluh rasul hendak mulai kembali ke perkemahan Pella tetapi datanglah salah seorang utusan Daud, yang membawa pesan mendesak kepada Yesus dari teman-temannya di Betania, dekat Yerusalem.
4. THE MESSAGE FROM BETHANY
4. PESAN DARI BETANIA
1955 167:4.1 Very late on Sunday night, February 26, a runner from Bethany arrived at Philadelphia, bringing a message from Martha and Mary which said, “Lord, he whom you love is very sick.” This message reached Jesus at the close of the evening conference and just as he was taking leave of the apostles for the night. At first Jesus made no reply. There occurred one of those strange interludes, a time when he appeared to be in communication with something outside of, and beyond, himself. And then, looking up, he addressed the messenger in the hearing of the apostles, saying: “This sickness is really not to the death. Doubt not that it may be used to glorify God and exalt the Son.”
2020 167:4.1 Sudah larut malam pada hari Minggu, 26 Februari, seorang pelari dari Betania tiba di Filadelfia, membawa suatu pesan dari Marta dan Maria yang mengatakan, “Tuhan, dia yang engkau kasihi sedang sakit keras[14].” Pesan ini mencapai Yesus pada penutupan konferensi malam dan tepat saat ia sedang berpamitan dari para rasul untuk istirahat malam. Pertamanya Yesus tidak menjawab. Terjadilah salah satu dari waktu-waktu selingan yang aneh itu, suatu waktu dia tampaknya berada dalam komunikasi dengan sesuatu yang berada di luar, dan melampaui, dirinya sendiri. Dan kemudian, sambil mengangkat wajah, dia berbicara kepada utusan itu dan dalam pendengaran para rasul, mengatakan: “Penyakit ini sebenarnya tidak sampai pada kematian. Jangan ragukan bahwa hal itu akan dapat digunakan untuk memuliakan Tuhan dan meninggikan Anak[15].”
1955 167:4.2 Jesus was very fond of Martha, Mary, and their brother, Lazarus; he loved them with a fervent affection. His first and human thought was to go to their assistance at once, but another idea came into his combined mind. He had almost given up hope that the Jewish leaders at Jerusalem would ever accept the kingdom, but he still loved his people, and there now occurred to him a plan whereby the scribes and Pharisees of Jerusalem might have one more chance to accept his teachings; and he decided, his Father willing, to make this last appeal to Jerusalem the most profound and stupendous outward working of his entire earth career. The Jews clung to the idea of a wonder-working deliverer. And though he refused to stoop to the performance of material wonders or to the enactment of temporal exhibitions of political power, he did now ask the Father’s consent for the manifestation of his hitherto unexhibited power over life and death.
2020 167:4.2 Yesus sangat menyayangi Marta, Maria, dan saudara mereka, Lazarus; dia mengasihi mereka dengan rasa sayang yang kuat[16]. Pikiran pertama dan manusiawinya adalah untuk langsung pergi membantu mereka, tetapi suatu gagasan lain muncul dalam benak gabungannya. Dia telah hampir meninggalkan harapan bahwa para pemimpin Yahudi di Yerusalem akan mau menerima kerajaan, tapi dia masih mengasihi bangsanya, dan di sana sekarang terpikir olehnya sebuah rencana dengan mana ahli-ahli kitab dan orang-orang Farisi Yerusalem mungkin mendapat satu kesempatan lagi untuk menerima ajaran-ajarannya; dan dia memutuskan, sekiranya Bapanya menghendaki, supaya membuat seruan terakhir kepada Yerusalem ini menjadi pekerjaan lahiriah yang paling hebat dan luar biasa dalam seluruh karier buminya. Orang-orang Yahudi berpegang pada gagasan tentang seorang pembebas yang melakukan mujizat. Dan meskipun dia menolak untuk tunduk pada pelaksanaan tanda ajaib yang jasmani atau pada pameran kekuasaan politik yang sementara, dia sekarang meminta persetujuan Bapa untuk perwujudan kuasa atas kehidupan dan kematian yang sampai saat itu belum diperagakannya.
1955 167:4.3 The Jews were in the habit of burying their dead on the day of their demise; this was a necessary practice in such a warm climate. It often happened that they put in the tomb one who was merely comatose, so that on the second or even the third day, such a one would come forth from the tomb. But it was the belief of the Jews that, while the spirit or soul might linger near the body for two or three days, it never tarried after the third day; that decay was well advanced by the fourth day, and that no one ever returned from the tomb after the lapse of such a period. And it was for these reasons that Jesus tarried yet two full days in Philadelphia before he made ready to start for Bethany.
2020 167:4.3 Orang-orang Yahudi memiliki kebiasaan menguburkan orang mati pada hari kematian mereka; ini adalah praktek yang diperlukan dalam iklim yang hangat seperti itu. Sering terjadi bahwa yang dimasukkan ke dalam makam adalah seseorang yang hanya koma, sehingga pada kedua atau bahkan hari ketiga, orang seperti itu akan keluar dari kubur. Tapi kepercayaan orang Yahudi adalah, sementara roh atau arwah mungkin masih tinggal berlama-lama dekat tubuh selama dua atau tiga hari, arwah itu tidak pernah menunggu di situ setelah hari ketiga; bahwa pembusukan sudah berlangsung pada hari keempat, dan bahwa tidak ada seorang pun pernah kembali dari kubur setelah selang jangka waktu tersebut. Dan karena alasan-alasan itulah Yesus masih tinggal lagi dua hari penuh di Filadelfia sebelum dia bersiap-siap untuk berangkat ke Betania[17].
1955 167:4.4 Accordingly, early on Wednesday morning he said to his apostles: “Let us prepare at once to go into Judea again.” And when the apostles heard their Master say this, they drew off by themselves for a time to take counsel of one another. James assumed the direction of the conference, and they all agreed that it was only folly to allow Jesus to go again into Judea, and they came back as one man and so informed him. Said James: “Master, you were in Jerusalem a few weeks back, and the leaders sought your death, while the people were minded to stone you. At that time you gave these men their chance to receive the truth, and we will not permit you to go again into Judea.”
2020 167:4.4 Oleh karena itu, hari Rabu pagi-pagi dia berkata kepada para rasulnya: “Marilah kita langsung bersiap untuk pergi ke Yudea lagi[18].” Dan ketika para rasul mendengar Guru mereka mengatakan ini, mereka menarik diri mereka sebentar mencari pertimbangan satu sama lain. Yakobus memegang kepemimpinan pembicaraan, dan mereka semua setuju bahwa itu hanya kebodohan kalau mengizinkan Yesus pergi lagi ke Yudea, dan mereka kembali dengan satu suara dan memberitahukan dia seperti itu. Kata Yakobus: “Guru, engkau berada di Jerusalem beberapa minggu yang lalu, dan para pemimpin mengupayakan kematianmu, sementara orang-orang berpikiran untuk merajam engkau. Pada saat itu engkau memberikan orang-orang ini kesempatan mereka untuk menerima kebenaran, dan kami tidak akan mengizinkan engkau untuk pergi lagi ke Yudea[19].”
1955 167:4.5 Then said Jesus: “But do you not understand that there are twelve hours of the day in which work may safely be done? If a man walks in the day, he does not stumble inasmuch as he has light. If a man walks in the night, he is liable to stumble since he is without light. As long as my day lasts, I fear not to enter Judea. I would do one more mighty work for these Jews; I would give them one more chance to believe, even on their own terms—conditions of outward glory and the visible manifestation of the power of the Father and the love of the Son. Besides, do you not realize that our friend Lazarus has fallen asleep, and I would go to awake him out of this sleep!”
2020 167:4.5 Maka kata Yesus: “Tapi tidakkah kamu mengerti bahwa ada dua belas jam sehari di dalamnya pekerjaan dapat dengan aman dilakukan? Jika seseorang berjalan pada siang hari, dia tidak tersandung oleh karena dia memiliki terang[20]. Jika seseorang berjalan pada malam hari, ia besar kemungkinan akan jatuh tersandung karena ia tanpa terang. Selama hariku masih siang, aku tidak takut masuk Yudea. Aku akan melakukan satu lagi pekerjaan besar untuk orang-orang Yahudi ini; aku akan memberi mereka satu kesempatan lagi untuk percaya, bahkan berdasarkan syarat-syarat mereka sendiri—kondisi-kondisi kemuliaan yang tampak dan perwujudan kasat mata dari kuasa Bapa dan kasih Anak. Selain itu, apakah kamu tidak menyadari bahwa teman kita Lazarus telah tertidur lelap, dan aku akan pergi ke membangunkan dia dari tidur ini!”[21]
1955 167:4.6 Then said one of the apostles: “Master, if Lazarus has fallen asleep, then will he the more surely recover.” It was the custom of the Jews at that time to speak of death as a form of sleep, but as the apostles did not understand that Jesus meant that Lazarus had departed from this world, he now said plainly: “Lazarus is dead. And I am glad for your sakes, even if the others are not thereby saved, that I was not there, to the end that you shall now have new cause to believe in me; and by that which you will witness, you should all be strengthened in preparation for that day when I shall take leave of you and go to the Father.”
2020 167:4.6 Maka kata salah seorang rasul: “Guru, jika Lazarus telah tertidur lelap, maka ia akan lebih pasti pulih.” Adalah kebiasaan orang-orang Yahudi pada waktu itu untuk berbicara tentang kematian sebagai bentuk tidur, tetapi karena para rasul tidak mengerti bahwa Yesus bermaksud bahwa Lazarus telah pergi dari dunia ini, dia sekarang mengatakan dengan terus terang: “Lazarus sudah meninggal. Dan aku senang demi kamu, bahkan jika orang-orang yang lain tidak diselamatkan karenanya, bahwa aku tidak ada di sana, dengan tujuan agar sekarang kamu akan memiliki alasan baru untuk percaya padaku; dan oleh apa yang kamu akan saksikan, kamu semua akan dikuatkan sebagai persiapan untuk hari itu ketika aku harus berpamitan dari kamu dan pergi kepada Bapa[22].”
1955 167:4.7 When they could not persuade him to refrain from going into Judea, and when some of the apostles were loath even to accompany him, Thomas addressed his fellows, saying: “We have told the Master our fears, but he is determined to go to Bethany. I am satisfied it means the end; they will surely kill him, but if that is the Master’s choice, then let us acquit ourselves like men of courage; let us go also that we may die with him.” And it was ever so; in matters requiring deliberate and sustained courage, Thomas was always the mainstay of the twelve apostles.
2020 167:4.7 Ketika mereka tidak bisa membujuk dia agar tidak pergi ke Yudea, dan ketika beberapa dari para rasul enggan bahkan untuk menemaninya, Tomas berbicara pada rekan-rekannya, mengatakan: “Kita telah memberitahu Guru ketakutan kita, tetapi ia bertekad untuk pergi ke Betania. Aku puas itu berarti akhirnya; mereka pasti akan membunuhnya, tetapi jika itu adalah pilihannya Guru, maka marilah kita bertindak sebagai orang-orang yang berani; marilah kita pergi juga agar kita dapat mati bersama dia[23].” Selalu demikianlah; dalam urusan-urusan yang membutuhkan keberanian yang disengaja dan berkelanjutan, Tomas selalu menjadi andalan dua belas rasul.
5. ON THE WAY TO BETHANY
5. PERJALANAN KE BETANIA
1955 167:5.1 On the way to Judea Jesus was followed by a company of almost fifty of his friends and enemies. At their noon lunchtime, on Wednesday, he talked to his apostles and this group of followers on the “Terms of Salvation,” and at the end of this lesson told the parable of the Pharisee and the publican (a tax collector). Said Jesus: “You see, then, that the Father gives salvation to the children of men, and this salvation is a free gift to all who have the faith to receive sonship in the divine family. There is nothing man can do to earn this salvation. Works of self-righteousness cannot buy the favor of God, and much praying in public will not atone for lack of living faith in the heart. Men you may deceive by your outward service, but God looks into your souls. What I am telling you is well illustrated by two men who went into the temple to pray, the one a Pharisee and the other a publican. The Pharisee stood and prayed to himself: ‘O God, I thank you that I am not like the rest of men, extortioners, unlearned, unjust, adulterers, or even like this publican. I fast twice a week; I give tithes of all that I get.’ But the publican, standing afar off, would not so much as lift his eyes to heaven but smote his breast, saying, ‘God be merciful to me a sinner.’ I tell you that the publican went home with God’s approval rather than the Pharisee, for every one who exalts himself shall be humbled, but he who humbles himself shall be exalted.”
2020 167:5.1 Pada perjalanan ke Yudea, Yesus diikuti oleh rombongan hampir lima puluh teman-teman dan musuh-musuhnya. Pada waktu makan siang mereka, pada hari Rabu, dia berbicara kepada para rasulnya dan kelompok pengikut ini tentang “Syarat-syarat Keselamatan,” dan pada akhir pelajaran ini menceritakan perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai (pengumpul pajak). Kata Yesus: “Kamu lihat, karena itu, bahwa Bapa memberikan keselamatan pada anak-anak manusia, dan keselamatan ini adalah pemberian cuma-cuma untuk semua orang yang memiliki iman untuk menerima keanakan dalam keluarga ilahi. Tidak ada yang bisa dilakukan manusia untuk meraih keselamatan ini. Pekerjaan-pekerjaan dari kebenaran diri sendiri itu tidak bisa membeli perkenanan Tuhan, dan banyak berdoa di depan umum tidak akan menebus kurangnya iman yang hidup dalam hati. Manusia bisa kamu tipu oleh layanan yang tampak luar, tetapi Tuhan melihat ke dalam jiwa-jiwamu. Apa yang aku sedang ceritakan kepada kamu itu dengan baik digambarkan oleh dua orang yang pergi ke bait suci untuk berdoa, satunya orang Farisi dan yang lain pemungut cukai[24]. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa pada dirinya sendiri: 'Ya Allah, aku mengucap syukur karena aku tidak seperti orang-orang yang lain, perampok, tidak terpelajar, tidak adil, pezinah, atau bahkan bukan seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali seminggu; aku memberikan zakat dari semua yang aku dapatkan.’ Tapi pemungut cukai itu, berdiri jauh-jauh, tidak berani mengangkat matanya ke langit tapi memukul dadanya, berkata, 'Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.’ Aku memberitahu kamu bahwa pemungut cukai itu pulang dengan perkenanan Allah daripada orang Farisi itu, karena setiap orang yang meninggikan dirinya akan direndahkan, tetapi siapa yang merendahkan dirinya akan ditinggikan.”[25]
1955 167:5.2 That night, in Jericho, the unfriendly Pharisees sought to entrap the Master by inducing him to discuss marriage and divorce, as did their fellows one time in Galilee, but Jesus artfully avoided their efforts to bring him into conflict with their laws concerning divorce. As the publican and the Pharisee illustrated good and bad religion, their divorce practices served to contrast the better marriage laws of the Jewish code with the disgraceful laxity of the Pharisaic interpretations of these Mosaic divorce statutes. The Pharisee judged himself by the lowest standard; the publican squared himself by the highest ideal. Devotion, to the Pharisee, was a means of inducing self-righteous inactivity and the assurance of false spiritual security; devotion, to the publican, was a means of stirring up his soul to the realization of the need for repentance, confession, and the acceptance, by faith, of merciful forgiveness. The Pharisee sought justice; the publican sought mercy. The law of the universe is: Ask and you shall receive; seek and you shall find.
2020 167:5.2 Malam itu, di Yerikho, orang-orang Farisi yang tidak bersahabat berusaha untuk menjebak Guru dengan membujuk dia agar membahas pernikahan dan perceraian, seperti yang suatu kali pernah dilakukan rekan-rekan mereka di Galilea, tetapi Yesus dengan pintar menghindari upaya mereka untuk membawanya ke dalam konflik dengan hukum mereka mengenai perceraian[26]. Seperti halnya pemungut cukai dan orang Farisi menggambarkan agama yang baik dan yang buruk, praktek perceraian mereka berguna untuk mengkontraskan, antara hukum pernikahan yang lebih baik dari aturan Yahudi, dengan kelonggaran memalukan dari tafsiran Farisi terhadap undang-undang perceraian Musa ini. Orang Farisi menilai dirinya sendiri dengan standar terendah; pemungut cukai mengukur dirinya dengan ideal tertinggi. Ibadah, bagi orang Farisi, adalah cara untuk menyebabkan kemalasan (tidak berbuat apa-apa) yang munafik dan jaminan dari keamanan rohani yang palsu; ibadah, bagi pemungut cukai itu, adalah sarana membangkitkan jiwanya pada kesadaran perlunya pertobatan, pengakuan dosa, dan penerimaan, oleh iman, pengampunan penuh belas kasihan. Orang Farisi mencari keadilan; pemungut cukai mencari rahmat. Hukum alam semesta adalah: Mintalah dan kamu akan menerima; carilah dan kamu akan menemukan[27][28].
1955 167:5.3 Though Jesus refused to be drawn into a controversy with the Pharisees concerning divorce, he did proclaim a positive teaching of the highest ideals regarding marriage. He exalted marriage as the most ideal and highest of all human relationships. Likewise, he intimated strong disapproval of the lax and unfair divorce practices of the Jerusalem Jews, who at that time permitted a man to divorce his wife for the most trifling of reasons, such as being a poor cook, a faulty housekeeper, or for no better reason than that he had become enamored of a better-looking woman.
2020 167:5.3 Meskipun Yesus menolak untuk ditarik ke dalam kontroversi dengan orang-orang Farisi mengenai perceraian, dia memang memberitakan suatu ajaran positif tentang ideal-ideal tertinggi mengenai pernikahan[29]. Dia meninggikan pernikahan sebagai yang paling ideal dan tertinggi dari semua hubungan manusia. Demikian juga, dia mengisyaratkan ketidaksetujuan tegas terhadap praktek perceraian yang longgar dan tidak adil orang-orang Yahudi Yerusalem, yang pada waktu itu mengizinkan laki-laki menceraikan istrinya untuk alasan yang paling remeh, seperti tidak bisa memasak, tidak baik mengurus rumah, atau hanya karena alasan sepele bahwa dia telah terpikat wanita lain yang lebih menarik.
1955 167:5.4 The Pharisees had even gone so far as to teach that divorce of this easy variety was a special dispensation granted the Jewish people, particularly the Pharisees. And so, while Jesus refused to make pronouncements dealing with marriage and divorce, he did most bitterly denounce these shameful floutings of the marriage relationship and pointed out their injustice to women and children. He never sanctioned any divorce practice which gave man any advantage over woman; the Master countenanced only those teachings which accorded women equality with men.
2020 167:5.4 Orang-orang Farisi bahkan telah mengajarkan sejauh hingga bahwa perceraian dari jenis mudah ini adalah kelonggaran khusus yang dikaruniakan pada orang-orang Yahudi, teristimewa orang-orang Farisi. Jadi, meskipun Yesus menolak untuk membuat pernyataan yang berhubungan dengan pernikahan dan perceraian, dia memang paling keras mencela pelecehan memalukan terhadap hubungan pernikahan ini dan menuding ketidakadilan mereka pada perempuan dan anak-anak. Dia tidak pernah menyetujui semua praktek perceraian yang memberi lelaki keuntungan apa pun atas perempuan; Guru menyetujui hanya ajaran yang memberikan perempuan kesetaraan dengan laki-laki.
1955 167:5.5 Although Jesus did not offer new mandates governing marriage and divorce, he did urge the Jews to live up to their own laws and higher teachings. He constantly appealed to the written Scriptures in his effort to improve their practices along these social lines. While thus upholding the high and ideal concepts of marriage, Jesus skillfully avoided clashing with his questioners about the social practices represented by either their written laws or their much-cherished divorce privileges.
2020 167:5.5 Meskipun Yesus tidak menawarkan perintah-perintah baru yang mengatur perkawinan dan perceraian, namun dia mendesak orang-orang Yahudi agar memenuhi persyaratan hukum-hukum mereka sendiri dan ajaran-ajaran yang lebih tinggi. Dia terus-menerus mengacu pada Kitab Suci tertulis dalam upayanya untuk meningkatkan praktek-praktek mereka sepanjang garis-garis sosial ini. Sementara menjunjung konsep tinggi dan ideal pernikahan seperti itu, Yesus dengan mahir menghindari bentrok dengan para penanya mengenai praktek-praktek sosial yang diwakili oleh hukum tertulis mereka atau pun oleh hak-hak istimewa perceraian yang sangat mereka senangi itu.
1955 167:5.6 It was very difficult for the apostles to understand the Master’s reluctance to make positive pronouncements relative to scientific, social, economic, and political problems. They did not fully realize that his earth mission was exclusively concerned with revelations of spiritual and religious truths.
2020 167:5.6 Sangat sulit bagi para rasul untuk memahami keengganan Guru untuk membuat pernyataan-pernyataan positif yang bertalian dengan masalah-masalah ilmiah, sosial, ekonomi, dan politik. Mereka tidak sepenuhnya menyadari bahwa misinya di bumi itu khusus berkenaan dengan pewahyuan kebenaran rohani dan keagamaan saja.
1955 167:5.7 After Jesus had talked about marriage and divorce, later on that evening his apostles privately asked many additional questions, and his answers to these inquiries relieved their minds of many misconceptions. At the conclusion of this conference Jesus said: “Marriage is honorable and is to be desired by all men. The fact that the Son of Man pursues his earth mission alone is in no way a reflection on the desirability of marriage. That I should so work is the Father’s will, but this same Father has directed the creation of male and female, and it is the divine will that men and women should find their highest service and consequent joy in the establishment of homes for the reception and training of children, in the creation of whom these parents become copartners with the Makers of heaven and earth. And for this cause shall a man leave his father and mother and shall cleave to his wife, and they two shall become as one.”
2020 167:5.7 Setelah Yesus berbicara tentang pernikahan dan perceraian, belakangan pada malam itu rasul-rasulnya secara pribadi mengajukan banyak pertanyaan tambahan, dan jawabannya untuk pertanyaan-pertanyaan ini melegakan pikiran mereka dari banyak kesalahpahaman[30]. Pada penutupan pembicaraan ini Yesus berkata: “Pernikahan itu terhormat dan akan diinginkan oleh semua pria. Fakta bahwa Anak Manusia mengejar misinya di bumi sendirian itu sama sekali bukan cerminan terhadap keinginan untuk menikah. Bahwa aku harus bekerja seperti itu adalah kehendak-Nya Bapa, tapi Bapa yang sama ini telah mengatur penciptaan lelaki dan perempuan, dan kehendak ilahi adalah bahwa lelaki dan perempuan harus menemukan layanan tertinggi mereka dan sukacita akibatnya dalam pendirian rumah tangga untuk penerimaan dan pelatihan anak-anak, dalam penciptaan mereka para orang tua ini menjadi mitra-bersama dengan para Pencipta langit dan bumi[31]. Dan untuk alasan ini seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan akan bersatu dengan istrinya, dan mereka keduanya akan menjadi satu[32].”
1955 167:5.8 And in this way Jesus relieved the minds of the apostles of many worries about marriage and cleared up many misunderstandings regarding divorce; at the same time he did much to exalt their ideals of social union and to augment their respect for women and children and for the home.
2020 167:5.8 Dan dengan cara ini Yesus melegakan benak para rasul dari banyak kekuatiran tentang pernikahan dan membersihkan banyak kesalahpahaman tentang perceraian; pada saat yang sama ia berbuat banyak untuk meninggikan ideal-ideal mereka tentang kesatuan sosial dan untuk menambahkan rasa hormat mereka bagi perempuan dan anak-anak dan untuk rumah tangga.
6. BLESSING THE LITTLE CHILDREN
6. MEMBERKATI ANAK-ANAK KECIL
1955 167:6.1 That evening Jesus’ message regarding marriage and the blessedness of children spread all over Jericho, so that the next morning, long before Jesus and the apostles prepared to leave, even before breakfast time, scores of mothers came to where Jesus lodged, bringing their children in their arms and leading them by their hands, and desired that he bless the little ones. When the apostles went out to view this assemblage of mothers with their children, they endeavored to send them away, but these women refused to depart until the Master laid his hands on their children and blessed them. And when the apostles loudly rebuked these mothers, Jesus, hearing the tumult, came out and indignantly reproved them, saying: “Suffer little children to come to me; forbid them not, for of such is the kingdom of heaven. Verily, verily, I say to you, whosoever receives not the kingdom of God as a little child shall hardly enter therein to grow up to the full stature of spiritual manhood.”
2020 167:6.1 Malam itu pesan Yesus tentang pernikahan dan diberkatinya anak-anak tersebar di seluruh Yerikho, sehingga keesokan paginya, jauh sebelum Yesus dan para rasul siap untuk pergi, bahkan sebelum waktu sarapan, puluhan ibu-ibu datang ke tempat Yesus menginap, menggendong anak-anak mereka dan menuntun tangan mereka, dan ingin agar dia memberkati anak-anak kecil itu. Ketika rasul-rasul keluar untuk melihat kumpulan ibu-ibu dengan anak-anak mereka ini, mereka berusaha untuk mengusir mereka, tapi para perempuan ini menolak untuk pergi sampai Guru meletakkan tangannya atas anak-anak mereka dan memberkati mereka[33]. Dan ketika para rasul dengan keras memarahi ibu-ibu ini, Yesus, mendengar keributan itu, keluar dan dengan marah menegur mereka, berkata: “Biarkan anak-anak kecil datang kepadaku; jangan larang mereka, karena seperti itulah kerajaan surga. Sesungguhnya, aku berkata kepadamu, barangsiapa tidak menerima kerajaan Allah seperti seorang anak kecil tidak akan bisa masuk ke dalamnya untuk bertumbuh sampai perawakan penuh kedewasaan rohani[34].”
1955 167:6.2 And when the Master had spoken to his apostles, he received all of the children, laying his hands on them, while he spoke words of courage and hope to their mothers.
1955 167:6.3 Jesus often talked to his apostles about the celestial mansions and taught that the advancing children of God must there grow up spiritually as children grow up physically on this world. And so does the sacred oftentimes appear to be the common, as on this day these children and their mothers little realized that the onlooking intelligences of Nebadon beheld the children of Jericho playing with the Creator of a universe.
2020 167:6.3 Yesus sering berbicara kepada rasul-rasulnya tentang rumah-rumah besar selestial (surgawi) dan mengajarkan bahwa anak-anak Tuhan yang sedang maju di sana harus tumbuh secara rohani seperti halnya anak-anak bertumbuh secara badani di dunia ini. Maka memang yang suci seringkali tampak menjadi yang biasa, karena pada hari ini anak-anak dan ibu-ibu mereka sedikit menyadari bahwa kecerdasan-kecerdasan Nebadon yang mengawasi itu menyaksikan anak-anak Yerikho itu bermain dengan Pencipta sebuah alam semesta.
1955 167:6.4 Woman’s status in Palestine was much improved by Jesus’ teaching; and so it would have been throughout the world if his followers had not departed so far from that which he painstakingly taught them.
2020 167:6.4 Status perempuan di Palestina banyak diperbaiki oleh ajarannya Yesus; dan demikianlah itu akan terjadi di seluruh dunia jika saja para pengikutnya tidak menyimpang begitu jauh dari apa yang telah dia dengan susah payah ajarkan kepada mereka.
1955 167:6.5 It was also at Jericho, in connection with the discussion of the early religious training of children in habits of divine worship, that Jesus impressed upon his apostles the great value of beauty as an influence leading to the urge to worship, especially with children. The Master by precept and example taught the value of worshiping the Creator in the midst of the natural surroundings of creation. He preferred to commune with the heavenly Father amidst the trees and among the lowly creatures of the natural world. He rejoiced to contemplate the Father through the inspiring spectacle of the starry realms of the Creator Sons.
2020 167:6.5 Di Yerikho juga, sehubungan dengan pembahasan tentang pelatihan agama awal terhadap anak-anak dalam kebiasaan penyembahan ilahi, khususnya dalam hal anak-anak, Yesus menekankan kepada para rasulnya nilai besar dari keindahan sebagai pengaruh yang mengarah ke dorongan untuk menyembah. Guru dengan ajaran dan teladan mengajarkan nilai menyembah Sang Pencipta di tengah-tengah lingkungan ciptaan yang alami. Dia lebih suka untuk berkomunikasi dengan Bapa surgawi di tengah pepohonan dan di antara makhluk-makhluk rendah dari dunia alami. Dia gembira merenungkan Bapa melalui pemandangan menakjubkan langit penuh bintang dari para Putra Pencipta.
1955 167:6.6 When it is not possible to worship God in the tabernacles of nature, men should do their best to provide houses of beauty, sanctuaries of appealing simplicity and artistic embellishment, so that the highest of human emotions may be aroused in association with the intellectual approach to spiritual communion with God. Truth, beauty, and holiness are powerful and effective aids to true worship. But spirit communion is not promoted by mere massive ornateness and overmuch embellishment with man’s elaborate and ostentatious art. Beauty is most religious when it is most simple and naturelike. How unfortunate that little children should have their first introduction to concepts of public worship in cold and barren rooms so devoid of the beauty appeal and so empty of all suggestion of good cheer and inspiring holiness! The child should be introduced to worship in nature’s outdoors and later accompany his parents to public houses of religious assembly which are at least as materially attractive and artistically beautiful as the home in which he is daily domiciled.
2020 167:6.6 Jika tidak mungkin untuk menyembah Tuhan di kemah-kemah alam, manusia harus melakukan yang terbaik untuk menyediakan rumah yang indah, suaka kesederhanaan yang menawan dan hiasan yang artistik, sehingga yang tertinggi dari emosi manusia dapat dirangsang dalam hubungan dengan pendekatan intelektual kepada persekutuan rohani dengan Tuhan. Kebenaran, keindahan, dan kekudusan adalah alat bantu yang ampuh dan efektif kepada penyembahan yang benar. Tapi komuni (persekutuan) roh tidak ditingkatkan oleh hiasan masif dan perhiasan berlebihan dengan seni yang rumit dan mewahnya manusia belaka. Keindahan itu paling religius kalau paling sederhana dan seperti alam. Betapa sayangnya bahwa anak-anak kecil harus mendapat pengenalan pertama mereka pada konsep ibadah publik dalam ruangan yang dingin dan gersang, yang begitu hampa dari daya tarik keindahan dan begitu kosong dari semua kesan gembira yang baik dan kekudusan yang mengilhami! Anak harus diperkenalkan untuk penyembahan di alam luar ruang dan kemudian menemani orang tuanya ke rumah-rumah pertemuan keagamaan publik yang setidaknya sama menariknya secara jasmani dan sama indahnya secara artistik seperti rumah dimana ia tinggal setiap harinya.
7. THE TALK ABOUT ANGELS
7. PERCAKAPAN TENTANG MALAIKAT
1955 167:7.1 As they journeyed up the hills from Jericho to Bethany, Nathaniel walked most of the way by the side of Jesus, and their discussion of children in relation to the kingdom of heaven led indirectly to the consideration of the ministry of angels. Nathaniel finally asked the Master this question: “Seeing that the high priest is a Sadducee, and since the Sadducees do not believe in angels, what shall we teach the people regarding the heavenly ministers?” Then, among other things, Jesus said:
2020 167:7.1 Ketika mereka brjalan naik bukit dari Yerikho ke Betania, Natanael berjalan pada sebagian besar perjalanan di sisi Yesus, dan diskusi mereka tentang anak-anak dalam kaitannya dengan kerajaan surga membawa tidak langsung pada pemikiran tentang pelayanan malaikat. Natanael akhirnya menanyakan Guru pertanyaan ini: “Melihat bahwa imam besar itu adalah seorang Saduki, dan karena orang-orang Saduki tidak percaya pada malaikat, apa yang harus kita ajarkan pada orang-orang mengenai pelayan-pelayan surgawi itu?” Kemudian, di antara hal-hal lain, Yesus berkata:
1955 167:7.2 “The angelic hosts are a separate order of created beings; they are entirely different from the material order of mortal creatures, and they function as a distinct group of universe intelligences. Angels are not of that group of creatures called ‘the Sons of God’ in the Scriptures; neither are they the glorified spirits of mortal men who have gone on to progress through the mansions on high. Angels are a direct creation, and they do not reproduce themselves. The angelic hosts have only a spiritual kinship with the human race. As man progresses in the journey to the Father in Paradise, he does traverse a state of being at one time analogous to the state of the angels, but mortal man never becomes an angel.
2020 167:7.2 “Kawanan malaikat adalah golongan makhluk ciptaan yang terpisah; mereka sama sekali berbeda dari golongan makhluk-makhluk fana yang bersifat jasmani, dan mereka berfungsi sebagai kelompok kecerdasan semesta yang berbeda. Malaikat itu bukan dari kelompok makhluk yang disebut 'Anak-anak Allah' dalam Kitab Suci; mereka juga bukan merupakan arwah dimuliakan dari manusia fana yang telah pergi untuk maju melalui mansion (dunia rumah-rumah besar) di tempat tinggi[36][37]. Malaikat adalah suatu ciptaan langsung, dan mereka tidak mereproduksi diri mereka. Kawanan malaikat hanya memiliki kekerabatan rohani dengan ras manusia. Sementara manusia maju dalam perjalanan menuju Bapa di Firdaus, pada satu waktu ia memang melintasi suatu keadaan yang setara dengan keadaan malaikat, tetapi manusia fana tidak pernah menjadi sesosok malaikat.
1955 167:7.3 “The angels never die, as man does. The angels are immortal unless, perchance, they become involved in sin as did some of them with the deceptions of Lucifer. The angels are the spirit servants in heaven, and they are neither all-wise nor all-powerful. But all of the loyal angels are truly pure and holy.
2020 167:7.3 “Para malaikat tidak pernah mati seperti manusia. Para malaikat itu tidak bisa mati (baka), kecuali, barangkali, mereka terlibat dalam dosa seperti yang dilakukan beberapa dari mereka oleh tipu daya Lucifer. Para malaikat adalah pelayan-pelayan roh di surga, dan mereka tidak mahabijaksana dan tidak mahakuasa. Tapi semua malaikat yang setia itu benar-benar murni dan kudus.
1955 167:7.4 “And do you not remember that I said to you once before that, if you had your spiritual eyes anointed, you would then see the heavens opened and behold the angels of God ascending and descending? It is by the ministry of the angels that one world may be kept in touch with other worlds, for have I not repeatedly told you that I have other sheep not of this fold? And these angels are not the spies of the spirit world who watch upon you and then go forth to tell the Father the thoughts of your heart and to report on the deeds of the flesh. The Father has no need of such service inasmuch as his own spirit lives within you. But these angelic spirits do function to keep one part of the heavenly creation informed concerning the doings of other and remote parts of the universe. And many of the angels, while functioning in the government of the Father and the universes of the Sons, are assigned to the service of the human races. When I taught you that many of these seraphim are ministering spirits, I spoke not in figurative language nor in poetic strains. And all this is true, regardless of your difficulty in comprehending such matters.
2020 167:7.4 “Dan apakah kamu tidak ingat bahwa aku pernah berkata kepadamu sebelumnya, jika kamu memiliki mata rohani kamu diurapi, maka kamu akan melihat langit terbuka dan menyaksikan malaikat-malaikat Tuhan naik dan turun? Karena pelayanan para malaikat itulah maka dunia yang satu dapat terus berhubungan dengan dunia lain, karena bukankah telah berulang kali aku katakan bahwa aku memiliki domba-domba lain yang bukan dari kandang ini? Dan para malaikat ini bukan mata-mata dari dunia roh yang mengawasi kamu dan kemudian pergi untuk memberitahu Bapa tentang pikiran-pikiran hatimu dan untuk melaporkan perbuatan-perbuatan daging[38][39]. Bapa tidak membutuhkan layanan seperti itu berhubung roh-Nya sendiri hidup dalam diri kamu[40]. Tapi roh-roh malaikat ini memang berfungsi agar suatu bagian ciptaan surgawi itu bisa mengetahui perbuatan bagian-bagian lain dan bagian-bagian yang jauh di alam semesta. Dan banyak dari para malaikat, sementara berfungsi dalam pemerintahan Bapa dan alam semestanya para Putra, ditugasi untuk melayani ras-ras manusia. Ketika aku mengajari kamu bahwa banyak dari serafim ini adalah roh yang melayani, aku berbicara tidak dalam bahasa kiasan maupun dalam sajak puitis[41]. Dan semua ini benar, terlepas dari kesulitan kamu dalam memahami hal-hal tersebut.
1955 167:7.5 “Many of these angels are engaged in the work of saving men, for have I not told you of the seraphic joy when one soul elects to forsake sin and begin the search for God? I did even tell you of the joy in the presence of the angels of heaven over one sinner who repents, thereby indicating the existence of other and higher orders of celestial beings who are likewise concerned in the spiritual welfare and with the divine progress of mortal man.
2020 167:7.5 “Banyak dari malaikat ini terlibat dalam pekerjaan menyelamatkan manusia, karena bukankah aku telah memberitahu kamu tentang sukacita malaikat ketika satu jiwa memilih untuk meninggalkan dosa dan mulai mencari Tuhan? Aku bahkan memberitahu kamu tentang sukacita di hadapan malaikat-malaikat surga karena satu orang berdosa yang bertobat, sehingga menunjukkan adanya golongan-golongan sosok-sosok selestial lain yang lebih tinggi yang juga peduli pada kesejahteraan rohani dan pada kemajuan ilahi manusia fana[42].
1955 167:7.6 “Also are these angels very much concerned with the means whereby man’s spirit is released from the tabernacles of the flesh and his soul escorted to the mansions in heaven. Angels are the sure and heavenly guides of the soul of man during that uncharted and indefinite period of time which intervenes between the death of the flesh and the new life in the spirit abodes.”
2020 167:7.6 “Demikian juga malaikat-malaikat ini banyak berurusan dengan cara-cara bagaimana roh manusia dilepaskan dari badan daging dan jiwanya diantar ke rumah-rumah besar di surga[43]. Malaikat adalah pemandu yang pasti dan surgawi bagi jiwa manusia selama jangka waktu yang belum ditentukan dan belum pasti, yang berada di tengah antara kematian jasmani dan kehidupan baru dalam tempat-tempat kediaman roh.”
1955 167:7.7 And he would have spoken further with Nathaniel regarding the ministry of angels, but he was interrupted by the approach of Martha, who had been informed that the Master was drawing near to Bethany by friends who had observed him ascending the hills to the east. And she now hastened to greet him.
2020 167:7.7 Dan dia hendak berbicara lebih lanjut dengan Natanael mengenai pelayanan malaikat, tapi terputus oleh mendekatnya Marta, yang telah diberitahu bahwa Guru telah mendekati Betania oleh teman-teman yang telah mengamati dia mendaki perbukitan dari timur. Kini Marta bergegas untuk menyambutnya.
Makalah 166. Kunjungan Terakhir ke Perea Utara |
Indeks
Versi tunggal |
Makalah 168. Kebangkitan Lazarus |